Darah perawan? Virgin?!Marah dan gusar adalah dua hal yang mirip tapi tidak sama. Hanya saja saat ini Chase merasakan keduanya tumpang tindih menyerang Chase dari segala sisi. Makin teringat akan hal itu makin gencarlah Chase mencari istrinya untuk meminta penjelasan, setelah semua ruangan tidak ada barulah Chase teringat satu kamar yang sudah disulap menjadi ruang kerja Samantha. Sebenarnya bukan ruang kerja karena isinya masih lengkap hanya di tambah satu set sofa dan meja kerja lengkap dengan komputernya. Chase segera menuju ke kamar itu dan mengetuk dua kali lalu langsung membuka handle pintu tanpa menunggu jawaban. Chase terdiam menatap dua orang yang sedang berkonsentrasi melihat ke layar komputer. Chase melihat orang yang bersama istrinya... Arnold? Again?Kalau Chase terkejut lalu berubah menjadi kesal tidak demikian halnya dengan Arnold yang dalam dua kali pertemuan dengan Chase tak bisa menahan air liurnya. Walau pun bukan
Chase tidak tahu harus berkomentar apa, dia menangkap bahwa Samantha menahan kesedihannya."Kalian dekat?" "Seperti saudara," jawab Samantha lirih. "Karena itu kau membawa Tristan bersamamu?" tanya Chase."Sebelum meninggal dia berpesan agar aku memberi nama anaknya Tristan Navarell, aku menyetujuinya. Lalu dia kembali meminta agar aku membawa anaknya kepada ayahnya karena anaknya harus mendapatkan semua hak sama seperti yang didapat oleh keturunan klan Navarell yang lain, aku menolak permintaannya yang terakhir!""Why?" "Karena aku bisa menghidupi kami bertiga, aku katakan akan menjaga anaknya seperti layaknya anakku sendiri." "Tidak ada alasan lain?" Samantha memandang Chase, sekilas...hanya sekilas akan tetapi Chase bisa membaca perdebatan di sana. "Ada, aku tidak percaya pada pria yang dengan gampangnya tidur dengan wanita lain yang sama sekali tidak dikenalnya, tidak kenal sebelum dan sesudah mereka bercinta...parah kan?""Kau bi
Suasana pesta begitu megah, begitu meriah dan begitu HANGAT dengan kehadiran para keluarga besar, kerabat juga handai taulan dan teman-teman dekat.Walau telah memiliki cucu akan tetapi nampak ayah dan ibu Chase tetap awet muda dengan kecantikan alami Indonesia ditambah dengan keramahannya menyapa para tamu hingga membuat mereka semua merasa sangat senang bisa menghadiri acara ulang tahun itu. Sang Nyonya rumah terlihat seperti sedang menantikan seseorang. "Nunggu siapa, Mam?" "Aku sedang nunggu anak laki-lakimu." "Anak laki-laki kita, kan jumlahnya ada tiga, jadi yang mana ya!" Sang nyonya rumah tersenyum lebar."Anak laki-laki sulung yang persis ayahnya." "Namanya juga darah dagingku," gumam ayah Chase.Saat itulah mata Ibunda Chase tertumbuk pada sosok jangkung yang sedang berjalan ke arahnya sambil menggendong seorang anak batita, diikuti istri lembut yang berjalan tanpa suara.Samantha tetap memakai baju yang kedodoran, kacama
Samantha berusaha menepis kegalauannya dan fokus pada ayahanda Chase yang sudah ada di hadapannya. "Grandpa, kami hanya dapat memberikan sebuah jam tangan...kami ingin Grandpa tetap sehat, mungkin Grandpa sudah punya banyak, kalau boleh sesekali Grandpa memakai jam tangan ini untuk mengingat Tristan adalah bagian dari keluarga besar Navarell." Samantha mengakhiri kalimatnya lalu sadar bahwa kalimatnya itu tidak cocok sama sekali dengan penyamarannya sebagai seorang istri dari anak sulung klan Sebastian! Itu kalimat yang cocok diucapkan oleh orang yang menemukan Tristan lalu mengembalikannya kepada keluarganya.Samantha berusaha memutar otak untuk menetralisir keadaan karena ucapannya yang 'aneh' itu. Sebelum Samantha bisa menemukan solusinya tiba-tiba terdengar suara Tristan menyela. "Selamat ulang tahun Glandpa, semoga Glandpa sepelti Papa Tlistan." Semua yang mendengar tertawa.Mr Navarell senior mengangkat Tristan lalu bertanya."Seperti Papa Tristan? Apanya yang seperti Pap
Chase mencium Samantha dengan segenap gairah yang sudah di tahannya bahkan sejak sebelum mereka pergi. Chase melepaskan bibirnya hanya untuk mengambil nafas lalu kembali melumat bibir Samantha!Sambil memeluk Tristan di tangan kirinya Chase mencium bibir Samantha dan menangkup leher Samantha untuk menjaganya tetap di tempatnya. Samantha berusaha menarik bibirnya, dia merasa sulit mempertahankan kemarahannya, akan tetapi sesungguhnya dia masih marah, masih tersinggung dan masih... Sedih! Samantha berusaha mempertahankan jarak, mengucapkan gumaman penolakan non verbal melalui sorot matanya dan melihat ke arah Chase seperti burung hantu yang sedang terpana. Chase tidak mengurangi serangannya hanya karena pandangan mata istrinya! Dia kembali melumat mulut Samantha yang sangat menggoda itu dengan intensitas sensual panas yang menyerangnya dan meruntuhkan setiap penghalang.Terkejut dan terperangah akibat ciuman penuh gairah tersebut membuat Samantha tak lagi bi
Chase memeluk Samantha dengan sangat erat hingga tubuh mereka berdua tak menyisakan ruang sedikit pun. Chase langsung menekan bibir istrinya, melumat habis-habisan memantik api gairah yang sudah menyala langsung berkobar menjilat sisa-sisa pertahanan mereka. Segala kemarahan, kekesalan, rasa penasaran, rasa curiga, semuanya lenyap diganti hasrat yang membara. Chase menjulurkan lidahnya dengan lembut membelai lidah Samantha.Respon lembut yang ragu-ragu dari Samantha saat menyambut lidahnya membuat Chase teringat bahwa istrinya bukan wanita berpengalaman, istrinya hanya pernah bersama satu pria...hanya pernah bersamanya! Pemahaman yang membawa rasa hangat di hati Chase. Selama ini dia bukan pria egois yang mempermasalahkan keperawanan pasangannya bahkan Chase tidak pernah membahas masa lalu para kekasihnya, baginya tiap orang punya masa lalu dan dengan siapa mereka tidur sebelum bersamanya bukan masalah baginya, akan tetapi saat mendapati bahwa Samantha tidak pernah bersama siapa
Pagi ini, Chase sudah disibukkan dengan diskusi mengenai jadwalnya satu minggu penuh. Chase mencoba mencari celah agar dia masih punya waktu untuk pulang lebih cepat dari biasanya, kecenderungannya akhir-akhir ini adalah secepat mungkin bertemu dengan Samantha. Ia begitu serius dan mencoba untuk mencocokkan semua jadwal yang memadati acaranya dari pagi hingga malam.Chase sedang fokus mendengarkan sekretarisnya yang baru, yang sedang membaca jadwalnya.Pengganti Leda namanya Diana, wanita menikah yang hidup bahagia dengan suami dan anak-anaknya.Diana menguasai bahasa Inggris pasif aktif, dan bahasa cina aktif, sedikit di bawah Leda akan tetapi bagi Chase itu sepadan dengan ketenangan yang didapatnya.“Jadi, besok Anda akan ada rapat hingga jam dua belas siang dan lanjutan rapat proyek terbaru dengan cabang lain di sore hari.”“Bagaimana dengan hari Jumat? Apa sudah penuh juga?”“Ya, semuanya sudah sangat penuh bahkan sampai Sabtu pagi. Tapi sudah
Kembali Chase melihat layar kaca.Acara masih berlanjut makin heboh dengan bintang tamu tunggal Alana Drew. Banyak penonton yang bersorak gembira dan tidak sabar untuk menantikan penampilan khusus dari Alana Drew yang sudah sangat mereka tunggu-tunggu.Ratusan fans yang hadir di studio bahkan membawa banner dengan berbagai tulisan yang memuja Sang Diva. Beberapa histeris dan tak bisa menahan tangis saat kembali melihat Sang Diva yang akhirnya menunjukkan diri setelah cukup lama menghilang dari peredaran.Kecantikan Alana Drew hari itu pun nampak sangat luar biasa. Begitu mempesona dan membuat orang-orang di sana yang melihatnya tak bisa berpaling. Bagi mereka itu adalah hal yang sangat berharga untuk dilewatkan.Bahkan sang presenter, Dalthon , terlihat kesulitan untuk mengalihkan pandangannya dari wajah jelita Sang Diva. Chase mengamati bahasa tubuh Alana yang tenang.Dan lagi-lagi Chase merasa mengenal penyanyi itu, tapi lagi-lagi dia menemui jalan buntu, black hole. C
"Apa yang nggak bisa terus?" "Ngomongnya." Terdengar helaan nafas lega dari sisi Chase. "Baguslah, harusnya memang bukan waktunya ngomong!" "Chaseeee." Teriakan Samantha tak bertahan lama karena dengan segera bibirnya mendapat serangan dari sang suami pura-pura. Tak berapa Chase menarik bibirnya dengan tubuh masih melekat. "Aku sudah kasih waktu lima menit, bahkan Dewa pun tidak akan tahan menunggu lama-lama dengan tubuh saling melekat begini, bicaralah dengan cepat, Sam." "Aku bukan mau bicara, aku mau mengakui sesuatu, aku ingin mengatakan bahwa selama ini aku telah.... kamu.........aku."Chase menegakkan badannya karena mendengar kalimat istrinya yang kacau balau kenapa Samantha sampai sebegitu nervous nya?"Hai santai, katakan ada apa?" Samantha segera melepaskan tangan Chase dari pinggangnya lalu dengan perlahan mundur. Saat kakinya menyentuh dinding, Samantha tahu itu sudah jarak terjauh yang bisa diupayakannya.
"Sam..why? Kau sana rindunya deng..." Chase tidak melanjutkan kalimatnya sebagai gantinya dia mengacak-acak rambutnya. "Mungkin mulut kita berkata lain tapi tubuh kita lebih jujur dalam meneriakkan kerinduannya," kata Chase dengan wajah tersiksa. Samantha pun yakin ekspresinya tidak lebih baik dari Chase. Dia sampai ingin menangis saat merasa tubuhnya terpisah dari tubuh Chase.Akan tetapi dia tidak mungkin membiarkan keadaan kembali keluar dari jalur yang direncanakan, sudah terlalu lama dia menyembunyikan sebuah DUSTA. Malam ini semua harus berakhir....Berakhir bahagia? Berakhir duka?Dia hanya bisa menunggu..."Chase, ada yang harus kita bicarakan." Chase memandang Samantha dengan wajah suntuk. "Kau tahu kalimat itu yang paling dibenci seorang pria? Kalimat 'kita harus bicara' mengindikasikan ada sesuatu yang tidak beres!" "Memang ada yang tidak beres." Mereka berdua termenung sejenak. "Kalau tentang apa ya
Chase sibuk mempersiapkan malam spesial menyambut kedatangan istri tersayang.Sesorean Chase merasa seperti remaja yang baru jatuh cinta, rasanya ingin waktu cepat berlalu tapi juga ingin waktu berhenti...Plin plan kan? 'mungkin beginilah yang namanya jatuh cinta, irasional, nggak masuk akal,' Chase sibuk bermonolog dengan diri sendiri. Chase sudah mengatur makan malam romantis tapi tetap di rumah saja, dia sudah terlalu rindu dengan Samantha, kalau mereka makan di luar bakalan panjang waktu perjalanan pulang perginya, lagian dia membutuhkan istrinya sendirian tanpa ada orang lain tanpa ada interupsi apapun! Agar mereka bisa bercakap-cakap sepuasnya, sejujurnya, akan dicurahkannya isi hatinya lalu dia akan memulai rayuan, mengerahkan segenap kemampuan mautnya, kalau Samantha belum bisa mencintainya minimal mereka telah terhubung dengan sangat kuat secara fisik. Chase setelah berpakaian lengkap yaitu setelan formal untuk makan malam dan dia juga telah
Arnold mengusap wajahnya mendengar pertanyaan tajam dari Samantha. "Kurang 10 menit lagi kau tampil, bersiaplah." Arnold menerangkan dengan wajah serius. "Kau tahu, kau harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi hingga kau bertingkah seperti pelindungku." Kembali mereka saling berpandangan, lalu Arnold memalingkan kepala sambil mengumpat."Lima menit lagi, Tha." Samantha mengangkat dagunya. "Aku tidak akan tampil sebelum kau bilang apa yang sebenarnya terjadi!" "Tha.." "Say it!" "Tha.." "Oh oke, kalau mau bermain lambat...silahkan, mari kita lihat siapa yang pegang bola saat ini." Samantha pun memilih kursi tunggal lalu duduk dengan santai, walau pun rasa gemuruh di dadanya tak juga mereda. "Ok, wajahmu muncul di surat kabar pagi ini, dan kini waktumu harus tampil." "Apa judul beritaku?" tanya Samantha yang reflek berdiri. Samantha bertahan ditempatnya walau pun Arnold berusaha mendorong dia untuk maju. "Nold? Apa judulnya?" Nampak Arnold ingin menendang se
Chase bersiap untuk pulang saat kembali ponselnya berdering. GRANDPA! 'Semoga ini tidak ada hubungannya dengan berita hari ini.' "Halo Grandpa?" "Aku tidak membesarkan mu untuk jadi pria kebanyakan, aku mendidik mu agar suatu hari kau bisa jadi pria pelindung keluarga besar mu dan keluarga kecilmu sendiri." "Grandpa_" "Kalau saja dari awal kau bilang terus terang, Grandpa akan cari cara lain untuk membesarkan cicit grandpa dan ibunya, Grandpa tadinya yakin kau mampu melihat jauh ke dalam hati wanita yang kalian bilang BUKAN WANITA YANG PANTAS untukmu! Omong kosong darimana itu? Hah?" "Grandpa, kasih kesempatan Chase untuk_" Berkali-kali Chase berusaha menyela akan tetapi Grandpa tidak pernah memberi kesempatan, nampaknya Grandpa begitu emosional sehingga tidak mau mendengarkan siapapun. "Memangnya siapa wanita yang pantas, bawa mereka ke sini, Grandpa akan bandingkan mereka dengan ibu Tri
Leda masih juga berdiri di hadapan Chase, hanya saja kali ini Leda mulai gentar. "Kau tuli? Keluar dari rumahku, kau dipecat!"Seketika Leda terbelalak, sepertinya bukan begini yang direncanakannya. "Chase_""Mr Chase Navarell! Dan tidak usah menjelaskan apapun, kau sudah di pecat, keluar sebelum kau menyesal berurusan denganku!" "Kau yang akan menyesal, Chase! Kau yang akan menyesal! Apa kurang ku dibanding istrimu yang lusuh, tidak bisa dandan, kedodoran, hah? Kelebihannya hanya dia melahirkan anakmu! Aku juga bisa, hamili aku, aku akan memberikan keturunan sebanyak yang kau inginkan!" Rentetan kalimatnya Leda tembakkan sambil berjalan mundur karena Chase terus maju dengan sikap mengancam. "Tutup mulutmu wanita gila, jangan pernah menghina istriku." Begitu kalimatnya selesai, Chase langsung teringat masalah yang ada dan sadar bahwa ada kemungkinan Leda terlibat di balik semua yang terjadi. "Kau yang merancang semua ini?" Chase bertanya sambil mendekatkan wajahnya, nampak Le
"Aku berusaha mengerahkan otakku kiri dan kanan untuk bisa mencerna penjelasanmu, Tha. Jadi karena sekarang Chase sudah tahu bahwa dia menikah dengan Sang Diva, maka_""Dia belum tahu, Bi." "Impossible Tha, kalian bercinta pakai gaya apa? Dia pasti tahu keindahan tubuh bagai iblis betina yang kau miliki.""Dia cuma tahu aku ternyata nggak gendut, tapi selebihnya dia belum tahu. Saat tidur bersamanya aku tetap mengenakan softlens ku, tetap dengan rambut pirang pucat jelek ini kan dan tetap tidak berdandan, jadi dia nggak tahu." "Dari awal aku tidak terlalu setuju kau mempertahankan penyamaran sampai selama ini awalnya hanya untuk paparazi kan, Tha? Kenapa jadi selama ini?""Terlanjur, Bi." "Kalau begitu MENGAKULAH sekarang, Tha. Aku yakin dia akan mengerti." "Aku takut melihat reaksinya, Bi. Dia pria yang sangat jujur, sangat berintegritas, dia pasti jijik dengan kebohonganku.""Coba dulu, Tha. Lakukan hari ini ceritakan semuanya jangan ada yang kau tutupi, jangan ada yang dise
"Sebenarnya aku lagi gabut, terus nggak bisa tidur dan sekarang moodku makin nggak jelas!"Samantha menunggu sahabatnya yang selalu berhasil mencerahkan suasana hatinya beraksi. Akan tetapi sampai lama belum juga Bianca bersuara."Biii?" "Hmm, makanya kalau main jangan setengah -setengah, jadinya nanggung, seandainya Dewa Yunani kamu ijinkan ikut kan nggak sampai duduk-duduk bengong gini, bisa nggak sempat duduk malah, bangun hajar, bangun hajar!" Membayangkan Chase malah makin membuat Samantha pusing. "Sayang sekali dia nggak ada di sini."kembali Bianca bersuara. "Masalahnya dia ada di sini." "WHAT? Jadi kamu ijinkan Chase ikut? Kamu udah terus terang? Kamu udah membuka identitas mu?""Nggak Bi! Itulah masalahnya. Kami tidak pergi bersama tapi dia ada di sini. Dia ada di sini bukan karena aku tapi karena ada janji dengan wanita lain." hening ....Mungkin Bianca sedang berpikir keras. "Tha...perjanjian kalian belum berubah kan?""Belum! Karena itu aku menelepon mu Bi! Kau ora
"Banyak hal menarik yang tidak hanya bisa memuaskan rasa ingin tahu sebagian orang saja, tapi hal yang kutemukan akan menggemparkan!"Samantha kembali menghadap piringnya jadi posisinya kini membelakangi pria asing itu. "Pergilah, kau tidak diterima di meja kami," kata Arnold sambil bangkit berdiri. Nampak si pria tak gentar sedikitpun, dia hanya berjalan berputar, lalu perlahan berada di sisi Arnold dan mulai mengangkat kameranya. Terjadi tarik menarik. "Aku bebas memberitakan apa yang kameraku tangkap." "Tidak tanpa seijin kami." Terjadi perdebatan antara Arnold dan pria asing itu.Sambil tersenyum mengejek sang pria asing menjawab Arnold. "Ijinkan aku mengambil foto yang akan melengkapi berita besok pagi dengan judul Hubungan Rahasia Istri Sang Penguasa!"Seketika Samantha menarik nafas panjang, tadinya dia menebak bahwa sang paparazi ini sudah tahu tentang penyamarannya, akan tetapi ternyata sepertinya dia hanya mencurigai ba