Susah kalau berurusan dengan Evangeline, dia akan selalu punya cara agar Princes bisa mengikuti keinginannya.Buktinya, Princes harus terpaksa ikut meski sudah mengatakan banyak alasan agar tidak pergi berlibur ke Villa milik keluarga Ryley.Tapi para sepupu harus melihat wajah masam Princes.Bagi mereka tentunya tidak masalah yang penting Princes ikut bersama mereka.Princes harus ada dalam foto yang mereka bagikan di sosial media sehingga tidak akan ada pertanyaan 'Kenapa Princes enggak ikut?' baik dari kedua orang tua Princes maupun dari anggota keluarga Gunadhya yang lain.Dan sialnya Princes harus duduk semobil dengan Sean dan Kanaya bersama Zyandru di sampingnya.Tadinya Princes ingin satu mobil sekalian bersama Ryley tapi Ryley sudah lebih dulu ada di sana untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Sean tampak pendiam, dia tidak terlalu banyak bicara sepanjang perjalanan.Tapi tangannya sesekali memegang paha Kanaya membuat hati Princes terluka semakin parah. Dia memalingkan w
"Lepaskan aku, Ryley ... aku mau berenang." Barulah Princes meminta agar Ryley melepaskannya setelah pria itu puas menciumnya.Tidak sedikitpun tubuh Princes meremang ketika Ryley menyentuhnya, itu kenapa ekspresi Princes tampak datar karena dia tidak merasakan apa-apa.Princes berenang ke bagian ujung kolam hanya untuk menjauh dari Ryley. Dia bimbang, awalnya berniat memanfaatkan Ryley untuk membuat Sean cemburu tapi tidak berhasil.Kemudian Princes berpikir mungkin dia bisa mencoba membuka hati untuk Ryley tapi ketika mereka berada di kamar sampai tadi Ryley menciumnya—Princes tidak merasakan getaran.Apa dia harus lebih intim dengan Ryley?Tapi setiap kali di dekat Ryley—hati Princes meronta melakukan penolakan.Terlepas dari Ryley yang tampan dan kaya raya tapi Princes tidak bisa membohongi hatinya.Princes menumpuk kedua tangan di sisi kolam dan dia jadikan bantalan sisi wajahnya.
Ryley mendorong pelan tubuh Princes pada pintu yang baru saja ia tutup dengan satu tangannya melindungi kepala bagian belakang sang gadis.Raut wajah Princes masih datar tapi Ryley yakin setelah ia menciumnya—wajah Princes akan berubah merah dan berhasrat.Wajah pria itu mulai mendekat membuat bibirnya menempel di bibir Princes lalu melumat pelan bibir bagian bawah Princes.Princes tidak juga memejamkan mata, dia malah mengerjap tapi Ryley tidak berhenti sampai di situ dia mulai menunjukkan kelihaiannya melakukan french kiss yang biasanya mampu menaklukan banyak wanita.Namun Princes tidak juga membalas ciuman Ryley meski mulutnya terbuka mempersilahkan lidah Ryley melesak masuk mengabsen setiap giginya.Ryley tidak menyerah, tangannya mulai menjelajah memetakan setiap lekuk tubuh Princes hingga Ryley berhasil melepaskan setiap kancing piyama Princes dan meremat gundukan besar di dada sang gadis, namun tidak satu desahan pun keluar dari bibir Princes.Ryley merasa tertantang, dia mena
Princes menarik tangan Ryley menjauh dari pinggangnya.Pria itu tampaknya sudah terlelap begitu dalam ke alam mimpi.Tadi setelah Princes berhenti menangis, Ryley melepaskan pelukan kemudian pergi ke kamar mandi.Dia harus mandi air dingin untuk meredam hasratnya karena tidak bisa bercinta dengan Princes yang ternyata mencintai Sean.Princes tidak melihat reaksi maupun respon Ryley yang berlebihan, pria itu hanya mengubah tampangnya menjadi dingin dan beberapa kali mengembuskan napas panjang.Ketika keluar dari kamar mandi dan melihat Princes meringkuk di atas ranjang, Ryley masih mau memeluk gadis itu hingga dirinya terlelap.Princes mendudukan tubuhnya, dia menatap Ryley sebentar, mengusap kepalanya kemudian merunduk memberikan kecupan di pipi Ryley."Makasih udah sayang sama aku, makasih karena enggak marah-marah setelah tahu aku mencintai Sean." Princes melirih kemudian menurunkan ke dua kakinya ke lantai.Princes beranjak dari tempat tidur lalu keluar dari kamar.Tenggorokannya k
"Princes ... kenapa kemarin pulang duluan? Kamu enggak apa-apa, kan?" Evangeline yang bertanya saat kaki Princes sampai di ruang makan.Semua sepupunya ada di sana termasuk Kanaya sedang melakukan sarapan pagi."Aku jalan-jalan sama Ryley terus aku pikir kenapa enggak langsung pulang aja." Princes menjawab acuh.Dia meraih sepotong sandwich kemudian menuang orang juice ke dalam gelas dan menenggaknya habis."Kamu juga enggak bawa hape, kalau Ryley enggak kasih tahu, sampe pagi kita nyariin kamu." Zyandru berujar ketus, dia kesal karena Princes tidak pamit akan pulang lebih dulu.Sebagai satu-satunya laki-laki yang menjaga mereka di sini, dia paling heboh mencari Princes kemarin."Makasih udah peduliin aku, makasih juga udah masukin barang-barang ke koper dan membawanya pulang." Langkah Princes berhenti di samping Zyandru, dia membungkuk untuk dapat mengecup pipi sang sepupu."Aku pergi," kata Princes sambil melengos. "Princes ... kenapa enggak bareng aja sih?" Evangeline berteriak
"Princes mencintai kamu," ucap Ryley tiba-tiba.Sean langsung mendongak dari tatapannya pada layar ponsel.Kedua pria pemimpin perusahaan besar di kota New York itu baru saja bertemu seorang klien yang sama dengan keperluan berbeda.Setelah mereka menyelesaikan pertemuan tersebut, Ryley mengajak Sean makan siang. Dan di sini lah mereka, duduk di meja persegi saling berhadapan di dalam sebuah restoran Italy.Sean menatap Ryley sebentar sebelum akhirnya tertawa sumbang."Jangan bercanda," kata Sean mencoba menyanggah padahal ia juga telah mengetahuinya."Princes mengatakannya langsung kepadaku." Ryley berujar kembali dengan raut sendu.Wajah Sean berubah tegang, dia menunduk menatap gelas kopi yang baru saja disajikan pelayan untuk menu dessert karena mereka telah menghabiskan menu main course."Pantas saja kamu sering membawa Princes kabur dariku, bodohnya aku tidak menyadari itu." Sekarang Ryley yang tertawa tapi malah membuatnya tampak menyedihkan."Aku sudah berusaha membuatnya me
Sudah hampir seminggu Sean dan Kanaya tidak bertukar kabar baik melalui pesan singkat maupun sambungan telepon.Terakhir kali mereka bertemu, Sean mengatakan sedang sibuk membantu sang Kaka-Max yang terkena fitnah karena mantan kekasih di masa lalunya datang membawa seorang anak dan mengaku kalau itu adalah anak Max di saat Max sudah bucin mampus dengan seorang wanita yang dijodohkan orang tua dan mereka juga telah dikaruniai anak.Meski rindu menggebu, tapi Kanaya tidak sudi menghubungi Sean lebih dulu.Selama ini selalu Sean yang menghubunginya duluan.Dan rasa rindu Kanaya sekarang sudah berubah menjadi kesal sekaligus marah.Dia melempar ponsel ke atas ranjang setelah lama memandangi foto mereka berdua saat liburan di Villa Ryley beberapa waktu lalu.Tidak mengerti dengan perasaannya yang mulai terikat dengan Sean padahal biasanya dia yang menjadi pemenang dalam permainan ini tapi nyatanya dia terjebak permainannya sendiri dan dia kalah.Kanaya mengesah, dia meraih ponselnya dari
"Mari kita bersulang karena anak Ellena bukanlah anakku!" Max mengangkat gelas ke udara, merayakan hasil tes DNA yang membuatnya menjadi ingin dekat dengan Tuhan karena merasa bersyukur.Keith dan Sean ikut mengangkat gelasnya, mereka bersulang.Beberapa bulan terakhir Keith dan Sean membantu Max agar bisa terlepas dari tanggung jawab kepada anak laki-laki yang dibawa Ellena. Menyembunyikan berita tersebut ternyata tidak mudah karena Ellena mengancam akan mengungkap skandal itu ke publik agar bisa menghasilkan uang dari Max.Ellena memanfaatkan kepopuleran Daisy-istri dari Max yang seorang model ternama dan itu menjadi kelemahan bagi Max.Wanita itu tidak tahu saja kalau Max memiliki dua saudara laki-laki yang bersedia membantunya.Dan akhirnya Max terbebas dari Ellena yang tidak bisa berkutik ketika melempar kertas hasil DNA ke wajahnya."Sekarang aku bisa tidur nyenyak," cetus Max setelah menenggak cairan pekat dengan kadar alkohol tinggi dari gelasnya.Keith-sang kakak pertama men
"Apa yang kamu masukan ke dalam minumanku?" Suara Princes membuat Mario mendongak dari layar MacBook di atas meja perpustakaan.Pria itu tidak menjawab malah sibuk memasukan buku ke dalam tas juga MacBook yang tadi langsung dia tutup layarnya."Mario!" seru Princes mengejar Mario yang melengos begitu saja usai menatap wajahnya sebentar.Beberapa delikan sebal harus Princes dapatkan dari pengunjung Perpustakaan karena suaranya yang mengganggu.Princes tidak peduli, dia terus melangkah mengejar Mario hingga keluar Perpustakaan."Mario! Tunggu! Kamu harus jelaskan padaku!" Dengan bagian pangkal paha yang masih ngilu, Princes memaksakan kakinya bergerak mengejar Mario.Bugh!Princes menghentikan langkah, matanya membulat begitu juga dengan mulut yang ia tutup dengan kedua tangan.Dia syok melihat Mario terkapar oleh hantaman kepalan tangan Zyandru."Zyan!!!!" Prince
Sean duduk di sisi ranjang, dia mengusap pipi Princes menghasilkan kerjapan mata dengan bulu mata lebat itu sebelum akhirnya terbuka lebar.Princes menegakan tubuhnya sambil mengapit selimut di ketiak, dia masih dalam keadaan polos dan juga tampak bingung.Princes memegangi kepalanya dengan kedua tangan."Pusing?" Sean bertanya, tangannya menarik tangan Princes. "Iya." Suara serak Princes menjawab pelan."Kamu ada kuliah pagi ini?" Sean menggantikan tangan Princes memijat kepalanya."Jam sembilan." "Mau bolos?" Sean memang pengaruh buruk bagi Princes."Aku mau pulang." Princes mengulurkan tangan, meraih pakaian dari lantai dan mengenakannya.Dia turun dari atas ranjang lantas mulai melangkah, baru satu langkah terdengar ringisan disertai kedua kaki Princes yang merapat."Sakit?" Sean memegangi lengan Princes."Iya." Kening Princes mengkerut, dia merasakan ngilu dan perih pada bagian intinya."Kamu bisa jalan?" Sean tampak khawatir."Bisa." Princes mencoba melangkah lagi, meski teras
Salju baru saja turun, terlalu awal di bulan November tahun ini.Udara dingin dari luar apartemen Sean mulai merangsak masuk melalui celah kecil.Princes merapatkan tubuhnya, mengusel di dada Sean.Sean tengah termenung, matanya menerawang menatap langit kamar dengan satu tangan ia lipat ke belakang kepala sementara satu tangannya lagi menjadi bantalan kepala Princes dan mengait di pundak gadis yang baru saja ia ambil kegadisannya.Pria itu mengeratkan pelukan ketika tubuh Princes bergerak gelisah.Ditariknya selimut hingga menutupi pundak Princes yang terbuka.Mereka belum memakai pakaian kembali, terlalu lelah usah pergulatan luar biasa beberapa jam lalu. Sean tidak tahu apakah Princes sudah sadar dari pengaruh obat atau belum karena tangan sang gadis masih melingkar di pinggangnya. Dia sempat mendengar nafas Princes berubah teratur, mungkin tadi dia terlelap tapi sekarang tidak lagi karena kulit dadanya merasakan belaian lembut bulu mata setiap kali Princes mengerjap. Sean penas
"Mari kita bersulang karena anak Ellena bukanlah anakku!" Max mengangkat gelas ke udara, merayakan hasil tes DNA yang membuatnya menjadi ingin dekat dengan Tuhan karena merasa bersyukur.Keith dan Sean ikut mengangkat gelasnya, mereka bersulang.Beberapa bulan terakhir Keith dan Sean membantu Max agar bisa terlepas dari tanggung jawab kepada anak laki-laki yang dibawa Ellena. Menyembunyikan berita tersebut ternyata tidak mudah karena Ellena mengancam akan mengungkap skandal itu ke publik agar bisa menghasilkan uang dari Max.Ellena memanfaatkan kepopuleran Daisy-istri dari Max yang seorang model ternama dan itu menjadi kelemahan bagi Max.Wanita itu tidak tahu saja kalau Max memiliki dua saudara laki-laki yang bersedia membantunya.Dan akhirnya Max terbebas dari Ellena yang tidak bisa berkutik ketika melempar kertas hasil DNA ke wajahnya."Sekarang aku bisa tidur nyenyak," cetus Max setelah menenggak cairan pekat dengan kadar alkohol tinggi dari gelasnya.Keith-sang kakak pertama men
Sudah hampir seminggu Sean dan Kanaya tidak bertukar kabar baik melalui pesan singkat maupun sambungan telepon.Terakhir kali mereka bertemu, Sean mengatakan sedang sibuk membantu sang Kaka-Max yang terkena fitnah karena mantan kekasih di masa lalunya datang membawa seorang anak dan mengaku kalau itu adalah anak Max di saat Max sudah bucin mampus dengan seorang wanita yang dijodohkan orang tua dan mereka juga telah dikaruniai anak.Meski rindu menggebu, tapi Kanaya tidak sudi menghubungi Sean lebih dulu.Selama ini selalu Sean yang menghubunginya duluan.Dan rasa rindu Kanaya sekarang sudah berubah menjadi kesal sekaligus marah.Dia melempar ponsel ke atas ranjang setelah lama memandangi foto mereka berdua saat liburan di Villa Ryley beberapa waktu lalu.Tidak mengerti dengan perasaannya yang mulai terikat dengan Sean padahal biasanya dia yang menjadi pemenang dalam permainan ini tapi nyatanya dia terjebak permainannya sendiri dan dia kalah.Kanaya mengesah, dia meraih ponselnya dari
"Princes mencintai kamu," ucap Ryley tiba-tiba.Sean langsung mendongak dari tatapannya pada layar ponsel.Kedua pria pemimpin perusahaan besar di kota New York itu baru saja bertemu seorang klien yang sama dengan keperluan berbeda.Setelah mereka menyelesaikan pertemuan tersebut, Ryley mengajak Sean makan siang. Dan di sini lah mereka, duduk di meja persegi saling berhadapan di dalam sebuah restoran Italy.Sean menatap Ryley sebentar sebelum akhirnya tertawa sumbang."Jangan bercanda," kata Sean mencoba menyanggah padahal ia juga telah mengetahuinya."Princes mengatakannya langsung kepadaku." Ryley berujar kembali dengan raut sendu.Wajah Sean berubah tegang, dia menunduk menatap gelas kopi yang baru saja disajikan pelayan untuk menu dessert karena mereka telah menghabiskan menu main course."Pantas saja kamu sering membawa Princes kabur dariku, bodohnya aku tidak menyadari itu." Sekarang Ryley yang tertawa tapi malah membuatnya tampak menyedihkan."Aku sudah berusaha membuatnya me
"Princes ... kenapa kemarin pulang duluan? Kamu enggak apa-apa, kan?" Evangeline yang bertanya saat kaki Princes sampai di ruang makan.Semua sepupunya ada di sana termasuk Kanaya sedang melakukan sarapan pagi."Aku jalan-jalan sama Ryley terus aku pikir kenapa enggak langsung pulang aja." Princes menjawab acuh.Dia meraih sepotong sandwich kemudian menuang orang juice ke dalam gelas dan menenggaknya habis."Kamu juga enggak bawa hape, kalau Ryley enggak kasih tahu, sampe pagi kita nyariin kamu." Zyandru berujar ketus, dia kesal karena Princes tidak pamit akan pulang lebih dulu.Sebagai satu-satunya laki-laki yang menjaga mereka di sini, dia paling heboh mencari Princes kemarin."Makasih udah peduliin aku, makasih juga udah masukin barang-barang ke koper dan membawanya pulang." Langkah Princes berhenti di samping Zyandru, dia membungkuk untuk dapat mengecup pipi sang sepupu."Aku pergi," kata Princes sambil melengos. "Princes ... kenapa enggak bareng aja sih?" Evangeline berteriak
Princes menarik tangan Ryley menjauh dari pinggangnya.Pria itu tampaknya sudah terlelap begitu dalam ke alam mimpi.Tadi setelah Princes berhenti menangis, Ryley melepaskan pelukan kemudian pergi ke kamar mandi.Dia harus mandi air dingin untuk meredam hasratnya karena tidak bisa bercinta dengan Princes yang ternyata mencintai Sean.Princes tidak melihat reaksi maupun respon Ryley yang berlebihan, pria itu hanya mengubah tampangnya menjadi dingin dan beberapa kali mengembuskan napas panjang.Ketika keluar dari kamar mandi dan melihat Princes meringkuk di atas ranjang, Ryley masih mau memeluk gadis itu hingga dirinya terlelap.Princes mendudukan tubuhnya, dia menatap Ryley sebentar, mengusap kepalanya kemudian merunduk memberikan kecupan di pipi Ryley."Makasih udah sayang sama aku, makasih karena enggak marah-marah setelah tahu aku mencintai Sean." Princes melirih kemudian menurunkan ke dua kakinya ke lantai.Princes beranjak dari tempat tidur lalu keluar dari kamar.Tenggorokannya k
Ryley mendorong pelan tubuh Princes pada pintu yang baru saja ia tutup dengan satu tangannya melindungi kepala bagian belakang sang gadis.Raut wajah Princes masih datar tapi Ryley yakin setelah ia menciumnya—wajah Princes akan berubah merah dan berhasrat.Wajah pria itu mulai mendekat membuat bibirnya menempel di bibir Princes lalu melumat pelan bibir bagian bawah Princes.Princes tidak juga memejamkan mata, dia malah mengerjap tapi Ryley tidak berhenti sampai di situ dia mulai menunjukkan kelihaiannya melakukan french kiss yang biasanya mampu menaklukan banyak wanita.Namun Princes tidak juga membalas ciuman Ryley meski mulutnya terbuka mempersilahkan lidah Ryley melesak masuk mengabsen setiap giginya.Ryley tidak menyerah, tangannya mulai menjelajah memetakan setiap lekuk tubuh Princes hingga Ryley berhasil melepaskan setiap kancing piyama Princes dan meremat gundukan besar di dada sang gadis, namun tidak satu desahan pun keluar dari bibir Princes.Ryley merasa tertantang, dia mena