"Mari kita bersulang karena anak Ellena bukanlah anakku!" Max mengangkat gelas ke udara, merayakan hasil tes DNA yang membuatnya menjadi ingin dekat dengan Tuhan karena merasa bersyukur.Keith dan Sean ikut mengangkat gelasnya, mereka bersulang.Beberapa bulan terakhir Keith dan Sean membantu Max agar bisa terlepas dari tanggung jawab kepada anak laki-laki yang dibawa Ellena. Menyembunyikan berita tersebut ternyata tidak mudah karena Ellena mengancam akan mengungkap skandal itu ke publik agar bisa menghasilkan uang dari Max.Ellena memanfaatkan kepopuleran Daisy-istri dari Max yang seorang model ternama dan itu menjadi kelemahan bagi Max.Wanita itu tidak tahu saja kalau Max memiliki dua saudara laki-laki yang bersedia membantunya.Dan akhirnya Max terbebas dari Ellena yang tidak bisa berkutik ketika melempar kertas hasil DNA ke wajahnya."Sekarang aku bisa tidur nyenyak," cetus Max setelah menenggak cairan pekat dengan kadar alkohol tinggi dari gelasnya.Keith-sang kakak pertama men
Salju baru saja turun, terlalu awal di bulan November tahun ini.Udara dingin dari luar apartemen Sean mulai merangsak masuk melalui celah kecil.Princes merapatkan tubuhnya, mengusel di dada Sean.Sean tengah termenung, matanya menerawang menatap langit kamar dengan satu tangan ia lipat ke belakang kepala sementara satu tangannya lagi menjadi bantalan kepala Princes dan mengait di pundak gadis yang baru saja ia ambil kegadisannya.Pria itu mengeratkan pelukan ketika tubuh Princes bergerak gelisah.Ditariknya selimut hingga menutupi pundak Princes yang terbuka.Mereka belum memakai pakaian kembali, terlalu lelah usah pergulatan luar biasa beberapa jam lalu. Sean tidak tahu apakah Princes sudah sadar dari pengaruh obat atau belum karena tangan sang gadis masih melingkar di pinggangnya. Dia sempat mendengar nafas Princes berubah teratur, mungkin tadi dia terlelap tapi sekarang tidak lagi karena kulit dadanya merasakan belaian lembut bulu mata setiap kali Princes mengerjap. Sean penas
Sean duduk di sisi ranjang, dia mengusap pipi Princes menghasilkan kerjapan mata dengan bulu mata lebat itu sebelum akhirnya terbuka lebar.Princes menegakan tubuhnya sambil mengapit selimut di ketiak, dia masih dalam keadaan polos dan juga tampak bingung.Princes memegangi kepalanya dengan kedua tangan."Pusing?" Sean bertanya, tangannya menarik tangan Princes. "Iya." Suara serak Princes menjawab pelan."Kamu ada kuliah pagi ini?" Sean menggantikan tangan Princes memijat kepalanya."Jam sembilan." "Mau bolos?" Sean memang pengaruh buruk bagi Princes."Aku mau pulang." Princes mengulurkan tangan, meraih pakaian dari lantai dan mengenakannya.Dia turun dari atas ranjang lantas mulai melangkah, baru satu langkah terdengar ringisan disertai kedua kaki Princes yang merapat."Sakit?" Sean memegangi lengan Princes."Iya." Kening Princes mengkerut, dia merasakan ngilu dan perih pada bagian intinya."Kamu bisa jalan?" Sean tampak khawatir."Bisa." Princes mencoba melangkah lagi, meski teras
"Apa yang kamu masukan ke dalam minumanku?" Suara Princes membuat Mario mendongak dari layar MacBook di atas meja perpustakaan.Pria itu tidak menjawab malah sibuk memasukan buku ke dalam tas juga MacBook yang tadi langsung dia tutup layarnya."Mario!" seru Princes mengejar Mario yang melengos begitu saja usai menatap wajahnya sebentar.Beberapa delikan sebal harus Princes dapatkan dari pengunjung Perpustakaan karena suaranya yang mengganggu.Princes tidak peduli, dia terus melangkah mengejar Mario hingga keluar Perpustakaan."Mario! Tunggu! Kamu harus jelaskan padaku!" Dengan bagian pangkal paha yang masih ngilu, Princes memaksakan kakinya bergerak mengejar Mario.Bugh!Princes menghentikan langkah, matanya membulat begitu juga dengan mulut yang ia tutup dengan kedua tangan.Dia syok melihat Mario terkapar oleh hantaman kepalan tangan Zyandru."Zyan!!!!" Prince
PERTEMUAN PERTAMAPERPUSTAKAAN UMUM NEWYORK Pesta pernikahan Keith Maverick dan Audrey Jackson.Lidah Sean Maverick berdecak, menatap malas layar ponselnya yang berkedip menunjukkan foto seorang gadis cantik bernama Britney.Terhitung sudah panggilan ke sepuluh yang gadis itu lakukan tapi Sean masih malas menjawab panggilan sang gadis.Britney adalah anak dari klien Augusta Maverick-sang ayah yang tergila-gila padanya.Beruntung gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas sehingga Charles Jhon-ayah Britney tidak mungkin menjodohkan sang putri dengan Sean.Tinggal menunggu waktu sampai Augusta Maverick dan Charles Jhon menjodohkan Sean dengan Britney.Sean akan bernasib sama seperti Keith-sang kakak yang menikah karena perjodohan.Tapi beruntung bagi Keith dijodohkan dengan gadis cantik seorang Pengacara yang memiliki pembawaan kalem, anggun dan elegan tidak seperti Britney yang tingkahnya selalu membuat Sean sakit kepala.Meski cantik tapi Britney bukan tipe gadis yang dis
PERTEMUAN KEDUA DIAN BALLROOM, HOTEL RAFFLES JAKARTABaby Shower putri pertama Kenzo Maverick.Sean memisahkan diri dari keluarganya, tadi ia pamit untuk mencari minuman.Sesungguhnya bukan minuman yang Sean cari tapi seorang gadis.Sean sudah belajar bahasa Indonesia selama setahun, ia sangat bertekad mendapat istri seorang wanita asli Indonesia.Ia jatuh cinta pada kecantikan wanita Indonesia setelah bertemu Jillian dan Laura meski mereka adalah blasteran.Sekedar memberitau, Jillian adalah istri dari Kenzo Maverick-adik tiri Sean dan Laura adalah ibu tiri Sean.Augusta Maverick menikahi Laura-cinta sejatinya tahun lalu.Sean ingin anak-anaknya secantik Laura dan Jillian bila nanti ia menikahi wanita Indonesia. Satu gelas minuman berada di genggaman Sean, pria itu berjalan pelan sendirian mengitari venue dengan matanya bergerilya mencari mangsa.Sean terlalu fokus menoleh ke samping sampai tidak memperhatikan keadaan di depannya.Bugh!"Yaaaah ...." Seorang gadis mengesah.Sean ba
Sean akhirnya pergi ke Bar, cukup jauh dari resort tempatnya menginap. Sekitar satu jam perjalanan dengan kecepatan maksimum. Sean meminta driver yang disewanya untuk ikut turun menemani tapi pria itu menolak, akhirnya Sean masuk sendirian. Kalau bukan karena Daisy sedang mengandung—ia akan memaksa Max menghabiskan malam bersamanya di Bar dan karena Max tidak bisa ikut, Keith jadi ikut-ikutan tidak mau ikut. "Dasar pria-pria budak cinta." Sean mengumpati kedua kakaknya. Biasanya Mommy Jeniffer bersedia menemaninya tapi beliau sudah tidur semenjak matahari terbenam. Tapi tidak lucu bila ia pergi ke Bar untuk mencari wanita ditemani Mommy. Sean masuk ke dalam Bar yang direkomendasikan petugas resort dan ternyata cukup bagus. Bukan Bar biasa melainkan Bar khusus orang-orang berkantung tebal. Matanya mengedar ke penjuru Bar dan harus mendapati kekecewaan karena kebanyakan pengunjung adalah warga Negara Asing sama seperti dirinya. Sean baru menyadari kalau ia salah masu
"Emm ... kayanya sih, boleh ... ayo." Princes turun dari stool diikuti Sean yang begitu antusias dengan ajakannya.Sean yang berjalan di belakang Princes menyeringai, berjanji di dalam hati harus mendapatkan Kanaya.Di meja itu ternyata bukan hanya ada Kanaya dan Princes tapi ada seorang gadis yang mirip dengan Kanaya."Sean ... ini Kanaya dan itu kembarannya Kaluna, yang di samping Kaluna itu Brian-kekasihnya dan ini Zyandru ... mereka semua sepupu aku ... kecuali Brian." Princes mengenalkan para sepupunya pada Sean.Sean mengulurkan tangannya menyalami para sepupu Princes di mulai dari Kanaya."Tadi kami sudah berkenalan, tapi baru sekarang resmi berkenalannya," celetuk Sean seraya menggerakan tangan yang sedang bertaut dengan tangan Kanaya. Sean sengaja menahan sebentar tangan Kanaya ketika hendak menariknya membuat Kanaya mendongak dan netra mereka bertemu."Sean ini klien bisnisnya papa di New York," sambung Princes memberitau siapa Sean.Suara Princes menarik Sean dari dalamny
"Apa yang kamu masukan ke dalam minumanku?" Suara Princes membuat Mario mendongak dari layar MacBook di atas meja perpustakaan.Pria itu tidak menjawab malah sibuk memasukan buku ke dalam tas juga MacBook yang tadi langsung dia tutup layarnya."Mario!" seru Princes mengejar Mario yang melengos begitu saja usai menatap wajahnya sebentar.Beberapa delikan sebal harus Princes dapatkan dari pengunjung Perpustakaan karena suaranya yang mengganggu.Princes tidak peduli, dia terus melangkah mengejar Mario hingga keluar Perpustakaan."Mario! Tunggu! Kamu harus jelaskan padaku!" Dengan bagian pangkal paha yang masih ngilu, Princes memaksakan kakinya bergerak mengejar Mario.Bugh!Princes menghentikan langkah, matanya membulat begitu juga dengan mulut yang ia tutup dengan kedua tangan.Dia syok melihat Mario terkapar oleh hantaman kepalan tangan Zyandru."Zyan!!!!" Prince
Sean duduk di sisi ranjang, dia mengusap pipi Princes menghasilkan kerjapan mata dengan bulu mata lebat itu sebelum akhirnya terbuka lebar.Princes menegakan tubuhnya sambil mengapit selimut di ketiak, dia masih dalam keadaan polos dan juga tampak bingung.Princes memegangi kepalanya dengan kedua tangan."Pusing?" Sean bertanya, tangannya menarik tangan Princes. "Iya." Suara serak Princes menjawab pelan."Kamu ada kuliah pagi ini?" Sean menggantikan tangan Princes memijat kepalanya."Jam sembilan." "Mau bolos?" Sean memang pengaruh buruk bagi Princes."Aku mau pulang." Princes mengulurkan tangan, meraih pakaian dari lantai dan mengenakannya.Dia turun dari atas ranjang lantas mulai melangkah, baru satu langkah terdengar ringisan disertai kedua kaki Princes yang merapat."Sakit?" Sean memegangi lengan Princes."Iya." Kening Princes mengkerut, dia merasakan ngilu dan perih pada bagian intinya."Kamu bisa jalan?" Sean tampak khawatir."Bisa." Princes mencoba melangkah lagi, meski teras
Salju baru saja turun, terlalu awal di bulan November tahun ini.Udara dingin dari luar apartemen Sean mulai merangsak masuk melalui celah kecil.Princes merapatkan tubuhnya, mengusel di dada Sean.Sean tengah termenung, matanya menerawang menatap langit kamar dengan satu tangan ia lipat ke belakang kepala sementara satu tangannya lagi menjadi bantalan kepala Princes dan mengait di pundak gadis yang baru saja ia ambil kegadisannya.Pria itu mengeratkan pelukan ketika tubuh Princes bergerak gelisah.Ditariknya selimut hingga menutupi pundak Princes yang terbuka.Mereka belum memakai pakaian kembali, terlalu lelah usah pergulatan luar biasa beberapa jam lalu. Sean tidak tahu apakah Princes sudah sadar dari pengaruh obat atau belum karena tangan sang gadis masih melingkar di pinggangnya. Dia sempat mendengar nafas Princes berubah teratur, mungkin tadi dia terlelap tapi sekarang tidak lagi karena kulit dadanya merasakan belaian lembut bulu mata setiap kali Princes mengerjap. Sean penas
"Mari kita bersulang karena anak Ellena bukanlah anakku!" Max mengangkat gelas ke udara, merayakan hasil tes DNA yang membuatnya menjadi ingin dekat dengan Tuhan karena merasa bersyukur.Keith dan Sean ikut mengangkat gelasnya, mereka bersulang.Beberapa bulan terakhir Keith dan Sean membantu Max agar bisa terlepas dari tanggung jawab kepada anak laki-laki yang dibawa Ellena. Menyembunyikan berita tersebut ternyata tidak mudah karena Ellena mengancam akan mengungkap skandal itu ke publik agar bisa menghasilkan uang dari Max.Ellena memanfaatkan kepopuleran Daisy-istri dari Max yang seorang model ternama dan itu menjadi kelemahan bagi Max.Wanita itu tidak tahu saja kalau Max memiliki dua saudara laki-laki yang bersedia membantunya.Dan akhirnya Max terbebas dari Ellena yang tidak bisa berkutik ketika melempar kertas hasil DNA ke wajahnya."Sekarang aku bisa tidur nyenyak," cetus Max setelah menenggak cairan pekat dengan kadar alkohol tinggi dari gelasnya.Keith-sang kakak pertama men
Sudah hampir seminggu Sean dan Kanaya tidak bertukar kabar baik melalui pesan singkat maupun sambungan telepon.Terakhir kali mereka bertemu, Sean mengatakan sedang sibuk membantu sang Kaka-Max yang terkena fitnah karena mantan kekasih di masa lalunya datang membawa seorang anak dan mengaku kalau itu adalah anak Max di saat Max sudah bucin mampus dengan seorang wanita yang dijodohkan orang tua dan mereka juga telah dikaruniai anak.Meski rindu menggebu, tapi Kanaya tidak sudi menghubungi Sean lebih dulu.Selama ini selalu Sean yang menghubunginya duluan.Dan rasa rindu Kanaya sekarang sudah berubah menjadi kesal sekaligus marah.Dia melempar ponsel ke atas ranjang setelah lama memandangi foto mereka berdua saat liburan di Villa Ryley beberapa waktu lalu.Tidak mengerti dengan perasaannya yang mulai terikat dengan Sean padahal biasanya dia yang menjadi pemenang dalam permainan ini tapi nyatanya dia terjebak permainannya sendiri dan dia kalah.Kanaya mengesah, dia meraih ponselnya dari
"Princes mencintai kamu," ucap Ryley tiba-tiba.Sean langsung mendongak dari tatapannya pada layar ponsel.Kedua pria pemimpin perusahaan besar di kota New York itu baru saja bertemu seorang klien yang sama dengan keperluan berbeda.Setelah mereka menyelesaikan pertemuan tersebut, Ryley mengajak Sean makan siang. Dan di sini lah mereka, duduk di meja persegi saling berhadapan di dalam sebuah restoran Italy.Sean menatap Ryley sebentar sebelum akhirnya tertawa sumbang."Jangan bercanda," kata Sean mencoba menyanggah padahal ia juga telah mengetahuinya."Princes mengatakannya langsung kepadaku." Ryley berujar kembali dengan raut sendu.Wajah Sean berubah tegang, dia menunduk menatap gelas kopi yang baru saja disajikan pelayan untuk menu dessert karena mereka telah menghabiskan menu main course."Pantas saja kamu sering membawa Princes kabur dariku, bodohnya aku tidak menyadari itu." Sekarang Ryley yang tertawa tapi malah membuatnya tampak menyedihkan."Aku sudah berusaha membuatnya me
"Princes ... kenapa kemarin pulang duluan? Kamu enggak apa-apa, kan?" Evangeline yang bertanya saat kaki Princes sampai di ruang makan.Semua sepupunya ada di sana termasuk Kanaya sedang melakukan sarapan pagi."Aku jalan-jalan sama Ryley terus aku pikir kenapa enggak langsung pulang aja." Princes menjawab acuh.Dia meraih sepotong sandwich kemudian menuang orang juice ke dalam gelas dan menenggaknya habis."Kamu juga enggak bawa hape, kalau Ryley enggak kasih tahu, sampe pagi kita nyariin kamu." Zyandru berujar ketus, dia kesal karena Princes tidak pamit akan pulang lebih dulu.Sebagai satu-satunya laki-laki yang menjaga mereka di sini, dia paling heboh mencari Princes kemarin."Makasih udah peduliin aku, makasih juga udah masukin barang-barang ke koper dan membawanya pulang." Langkah Princes berhenti di samping Zyandru, dia membungkuk untuk dapat mengecup pipi sang sepupu."Aku pergi," kata Princes sambil melengos. "Princes ... kenapa enggak bareng aja sih?" Evangeline berteriak
Princes menarik tangan Ryley menjauh dari pinggangnya.Pria itu tampaknya sudah terlelap begitu dalam ke alam mimpi.Tadi setelah Princes berhenti menangis, Ryley melepaskan pelukan kemudian pergi ke kamar mandi.Dia harus mandi air dingin untuk meredam hasratnya karena tidak bisa bercinta dengan Princes yang ternyata mencintai Sean.Princes tidak melihat reaksi maupun respon Ryley yang berlebihan, pria itu hanya mengubah tampangnya menjadi dingin dan beberapa kali mengembuskan napas panjang.Ketika keluar dari kamar mandi dan melihat Princes meringkuk di atas ranjang, Ryley masih mau memeluk gadis itu hingga dirinya terlelap.Princes mendudukan tubuhnya, dia menatap Ryley sebentar, mengusap kepalanya kemudian merunduk memberikan kecupan di pipi Ryley."Makasih udah sayang sama aku, makasih karena enggak marah-marah setelah tahu aku mencintai Sean." Princes melirih kemudian menurunkan ke dua kakinya ke lantai.Princes beranjak dari tempat tidur lalu keluar dari kamar.Tenggorokannya k
Ryley mendorong pelan tubuh Princes pada pintu yang baru saja ia tutup dengan satu tangannya melindungi kepala bagian belakang sang gadis.Raut wajah Princes masih datar tapi Ryley yakin setelah ia menciumnya—wajah Princes akan berubah merah dan berhasrat.Wajah pria itu mulai mendekat membuat bibirnya menempel di bibir Princes lalu melumat pelan bibir bagian bawah Princes.Princes tidak juga memejamkan mata, dia malah mengerjap tapi Ryley tidak berhenti sampai di situ dia mulai menunjukkan kelihaiannya melakukan french kiss yang biasanya mampu menaklukan banyak wanita.Namun Princes tidak juga membalas ciuman Ryley meski mulutnya terbuka mempersilahkan lidah Ryley melesak masuk mengabsen setiap giginya.Ryley tidak menyerah, tangannya mulai menjelajah memetakan setiap lekuk tubuh Princes hingga Ryley berhasil melepaskan setiap kancing piyama Princes dan meremat gundukan besar di dada sang gadis, namun tidak satu desahan pun keluar dari bibir Princes.Ryley merasa tertantang, dia mena