"Sean?" Kanaya melirih, suaranya nyaris tidak terdengar.Ada perasaan bahagia saat membuka mata dan dia melihat pria yang dicintainya.Sean mengusap kepala Kanaya lembut, pria itu beranjak dari sofa yang dia tarik ke samping ranjang lalu duduk di sisi ranjang Kanaya."Kamu haus?" Sean bertanya dan langsung mendapat anggukan Kanaya.Tidak perlu beranjak, Sean cukup mengulurkan tangan ke meja kecil samping ranjang Kanaya karena sebelumnya dia telah menyiapkan air untuk Kanaya di sana.Sean membantu Kanaya minum, memegangi sedotan juga gelasnya.Kanaya kembali berbaring setelah merasa cukup dan Sean mengembalikan gelas itu ke meja."Apa yang ada dalam pikiran kamu sampai berani menyayat nadi kamu sendiri?" tegur Sean seraya melirik pergelangan tangan kiri Kanaya yang dibalut perban.Kanaya ikut melirik ke sana kemudian mendengkus."Iseng aja, ingin tahu rasanya."Sean berdecak lidah kesal, sorot matanya tampak tidak suka mendengar jawaban Kanaya."Kamu bisa mati, Kanaya."Sean meraih tan
Tok ...Tok ...Princes menoleh pada pintu kamarnya yang diketuk dari luar.Detik berikutnya benda tersebut terbuka memunculkan sosok Sean.Princes yang sedang duduk di sisi ranjangnya tertegun tidak membalas senyum Sean yang merekah untuknya."Lagi apa?" Pria itu bertanya dengan suara rendah sembari melangkah masuk lalu menutup pintu.Princes mengerjap, dia memutus tatap dengan Sean memalingkan wajah ke arah lain sambil berpikir harus menjawab apa karena sedari tadi dia meratapi hatinya yang hancur karena Sean menjenguk Kanaya.Pria itu begitu perhatian kepada Kanaya setelah menyatakan cinta padanya dan merenggut kesuciannya.Princes sendiri benci pada dirinya yang selalu bimbang.Di satu sisi Princes mencintai Sean, rasa itu belum hilang malah semakin kuat setelah mereka bertukar cairan tubuh.Tapi di sisi lain, Princes tahu kalau Kanaya juga mencintai Sean bahkan rela mati karena dicampakkan pria itu.Princes menyayangi Kanaya, dia tidak ingin Kanaya bersedih apalagi dia yang turut
"Princes ...." Suara Zyandru membuat Princes membuka mata.Cowok itu masuk kemudian duduk di sisi ranjang Princes."Hey ... are you oke?"Zyandru meringis melihat Princes yang lemah, lesu dan pucat.Princes menganggukan kepala sambil memaksakan senyum."Udah dua hari kamu kaya gini, kamu yakin enggak mau ke dokter? Atau aku panggil dokter ke sini ya?"Princes menggelengkan kepala."Aku cuma masuk angin," kata Princes pelan nyaris tidak terdengar."Masih mual?" Zyandru mengusap kepala Princes."Enggak ... tapi lemes banget, pengen rebahan aja."Princes menarik selimut hingga pundak, di luar sana salju mulai lebat membuat udara dingin begitu pekat hingga terasa ke dalam ruangan dan penghangat ruangan menjadi seakan tidak berfungsi.Zyandru mengembuskan napas."Kamu stress juga kayanya, Ces ...." Zyandru berpendapat."Mungkin," sahut Princes bergumam. Dia sependapat karena masalahnya dengan Sean dan Kanaya terjadi sebelum ujian dan itu sangat menguras pikiran."Ada party malam ini di r
Sean sedang sibuk denagn pekerjaannya di luar kota jadi beberapa hari ini harus menahan rindunya pada Princes.Dia berdecak lidah kesal karena tidak bisa menghubungi Princes, di lemparnya ponsel ke atas meja kerja.Princes memblokir nomornya sampai ke seluruh akun sosial media yang dia miliki.Sean jadi gelisah, dia tidak mengerti apa kesalahannya padahal sebelum dia pergi ke luar kota—mereka sempat bercinta dengan penuh hasrat.Setiap kali Sean memejamkan mata, bayangan tentang betapa bergairahnya mereka malam itu selalu terlintas di benaknya membuat Sean semakin merindukan Princes. Sean meraih ponselnya kembali untuk menghubungi Zyandru.Lama bunyi panggilan berdering tapi tidak ada jawaban.Apa pria itu sedang kuliah?Tapi masa ujian telah selesai, atau mungkin sedang melakukan remedial?Karena terkadang ada beberapa profesor yang berbaik hati memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperbaiki nilainya.Sean berhenti menghubungi Zyandru, dia beralih pada Kanaya karena tid
"Jangan beritahu Sean kalau aku mengandung anaknya," pinta Princes penuh permohonan sambil mencekal pergelangan tangan Sean."Kenapa?" Raut wajah Ryley tampak sangat tidak setuju."Aku tidak mau dia terpaksa bertanggung jawab."Ryley mengesah. "Tapi Princes, dia harus tahu.""Tidak perlu, biarkan dulu aku tenang ... Sean juga masih bimbang dengan perasaannya ... aku tidak ingin Sean bertanggungjawab tapi hatinya masih mencintai Kanaya ...."Ryley melepaskan tangannya dari Princes, selain kecewa dia juga tidak mengerti kenapa Princes bisa berpikir seperti itu?Apa karena dia masih remaja dan pikirannya masih sederhana?"Lalu apa rencana kamu sekarang?" "Aku akan pulang ke Jerman." "Aku antar," kata Ryley.Entah kenapa dia merasa khawatir padahal seharusnya tidak perlu karena Princes tidak pernah membalas cintanya."Tidak usah, aku minta tolong ... jangan beritahu siapapun tentang ini, apalagi Sean ... aku juga tidak ingin mereka tahu kalau kita bertemu di sini ...." Princes beranja
Seekor kucing langsung melompat menerjang tubuh Princes begitu dia membuka pintu rumah."Princesa!" Princes berseru.Dia memeluk sambil mencium Princesa-kucing kesayangannya."Loh ... Kak Princes?" Shaquelle-adik bungsu Princes terkejut melihat sang kakak yang kuliah di Amerika kini berdiri di ambang pintu rumahnya."Hai Shaquelle." Princes menyapa sambil tersenyum.Detik berikutnya terdengar suara derap langkah berlari dari arah lantai dua."Princes?" Mama dan Papa bergumam kemudian menuruni anak tangga."Kamu sama siapa? Bukannya Eva masih ada ujian?" cecar Mama seraya mengeratkan nightrobe karena udara dingin masuk dari pintu yang masih terbuka.Rencananya memang Princes akan pulang bersama Evangeline menggunakan privat jet Daddynya Evangeline.Sang mama pasti mengetahui rencana itu dari mamanya Evangeline."Iya Ma, Princes pulang duluan ... Princes kangen sama Mama sama Papa," jawab Princes sambil menutup pintu.Begitu langkah Arjuna sampai di depan putrinya, kedua tangan pria yan
"Eh ... Sean, long time no see ya?" sapa Zyandru saat membuka pintu utama Penthouse. "Princes mana?" Sean langsung bertanya."Princes udah pulang," jawab Zyandru sekenanya.Cowok itu lantas membalikan badan dan mulai melangkah meninggalkan Sean di ambang pintu.Sean menahan pintu, dia maju selangkah lalu menutup pintu dan mengikuti Zyandru ke ruang televisi."Pulang? Pulang ke mana?" Sean bertanya lagi."Ke Jerman lah, rumahnya 'kan di Jerman." Zyandru menjawab, dia duduk di sofa—meraih stik PS dan melanjutkan permainannya.Sean tertegun sesaat, dia sedang berpikir keras kenapa Princes memblokir nomornya kemudian pulang ke Jerman tanpa memberitahunya.Sean pikir malam itu Princes sudah menjadi miliknya dan mereka resmi berpacaran.Memang Sean tidak pernah meminta Princes untuk menjadi kekasihnya secara langsung atau meresmikan hubungan mereka tapi sering kali Sean mengatakan kalau dirinya mencintai Princes dan menginginkan Princes menjadi miliknya seutuhnya.Menurut Sean itu sudah cu
Sudah dua hari Sean berusaha keras menghubungi papanya Princes namun tidak ada satu pun usaha pria itu yang membuahkan hasil.Mulai dari menghubungi nomor ponselnya secara langsung hingga melalui sekertarisnya namun Sean masih tidak bisa bicara dengan tuan Folke dan bertanya tentang Princes juga alasannya yang tiba-tiba memutuskan kontrak kerja yang tentunya merugikan beliau.Sean semakin curiga, pasti ada sesuatu yang terjadi yang tidak dia ketahui. Sean mengusap wajahnya frustrasi, dia kehabisan akal untuk menggapai Princes dan papanya."Ariana!" Sean berteriak dari ruangannya.Dia tidak mau repot-repot menggunakan intercom.Gadis cantik dengan rok span itu lari tergopoh-gopoh ke ruangan Sean."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Ariana begitu tiba di depan meja Sean."Belikan saya tiket pesawat untuk malam ini ke Jerman," titah Sean."Tapi Tuan, masih ada jadwal deng—" "Reschedule untuk minggu depan, katakan pada mereka kalau saya harus ke Jerman dan berikan alasan lain yang m
Mansion milik keluarga Alterio yang terletak di Florida-Negara bagian Amerika Serikat tidak pernah seramai sekarang.Itu terjadi karena liburan musim panas tahun ini, keluarga Alterio dan keluarga Gunadhya kompak melakukan liburan bersama.Bisa dibayangkan bila The Gunadhya yang banyak itu berkumpul ditambah keluarga Alterio yang juga merupakan keluarga besar maka sudah bisa dipastikan Mansion dengan dua puluh kamar tersebut nyaris tidak dapat menampung mereka.Beberapa lajang harus tidur di ruang televisi atau perpustakaan yang di sulap menjadi kamar yang nyaman.Tapi keseruan bisa berkumpul bersama belum tentu bisa terulang lagi.Tahun ini banyak sekali kelahiran baik di keluarga Alterio maupun Gunadhya, jadi tangis bayi menggema hampir di seluruh ruangan."Ryleeeey!" Kanaya berseru memanggil suaminya yang entah ada di mana.Dia kelelahan mencari ayah dari Arthur itu di Mansion yang luas ini sambil menggendong sang putra yang tidak berhenti menangis."Liat Ryley enggak, Bang?" Kanay
Chapter 59 – BABY BOY "Hai," suara serak Ryley menjadi yang pertama kali Kanaya dengar begitu dia tersadar."Ry ... ley," panggil Kanaya parau."Yes babe." Ryley menggenggam tangan Kanaya erat.Kanaya mengernyit ketika perih terasa di kulit bagian perut.Dia pun melihat ke sana kemudian refleks memegang perutnya."Bayi kita ... mana bayi kita," kata Kanaya di antara tubuhnya yang lemah."Dia sedang di ruangan bayi ... kamu berhasil mengeluarkannya." "Benarkah?" Kanaya tampak tidak percaya.Ryley mengecup kening Kanaya, membungkukan tubuhnya lebih dalam untuk memeluk Kanaya."Aku pikir aku akan kehilanganmu, aku takut sekali." Ryley berbisik lirih.Kanaya malah terkekeh tapi tak ayal membalaskan pelukan suaminya."Apa benar anak kita laki-laki seperti hasil USG terakhir?" Kanaya hanya memastikan.Ryley mengurai pelukan setelah sebelumnya mengecup kening Kanaya.Dia pergi menjauh menuju pantri mengambil air minum untuk Kanaya."Aku tidak tahu, aku belum melihatnya." Ryley menyahut sei
Karena takut kehilangan Princes lagi, Sean melengkapi setiap sudut rumahnya dengan CCTV.Dari kantor dia bisa melihat apa saja yang dilakukan Princes seharian.Dan itu kenapa juga dia selalu bisa menemukan Princes setiap pulang kerja tanpa perlu berteriak memanggilnya.Meski sibuk, Sean tidak pernah lupa untuk mengecek kondisi Princes dan bayi perempuan mereka yang diberi nama Brielle Taleigha Maverick melalui CCTV.Sean menyesal kalau hari ini dia harus lembur sehingga tiba di rumah saat malam sudah larut.Dia langsung menuju kamar utama, Sean melihat istrinya dan putri mereka sudah terlelap dengan posisi sama yang ia lihat sebelum pulang melalui aplikasi ponsel yang tersambung ke kamera CCTV kamar.Bergegas Sean pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaian.Brielle atau Elle nama kecil panggilan kedua orangtuanya—tengah terlelap begitu pulas di samping Princes.Sean menarik selimut untuk membalut tubuh sang istri yang seharian ini sudah bekerja keras merawat p
Hampir seminggu Kanaya tidak bicara dengan suaminya semenjak malam pesta pernikahan mereka, setiap kali Ryley bertanya—Kanaya tidak pernah menjawab.Dia akan menunjukkan wajah masam dan sering melempar-lempar barang untuk menunjukkan kekesalannya.Ryley harus menerima sikap Kanaya dengan lapang dada karena dia telah membuat singa betina marah.Meskipun berulang kali Ryley minta maaf dan menjelaskan alasannya bersikap kasar malam itu namun tidak ada ampun bagi Kanaya.Dia akan berprilaku seperti ini sampai suasana hatinya membaik.Bisa satu bulan, satu tahun atau mungkin sepuluh tahun.Walau mendiamkan Ryley, Kanaya tetap berbelanja menggunakan kartu kredit unlimited milik pria itu.Kanaya menghabiskan banyak uang suaminya untuk membeli pakaian, sepatu, tas, accesories, makeup sampai perhiasan.Dia berdalih kalau itu semua untuk membeli sakit hati yang ditorehkan sang suami padanya.Ryley tidak mempermasalahkan, dia senang-senang saja Kanaya menghabiskan uangnya.Dia beranggapan kalau
Di pesta pernikahan yang digelar sangat mewah dan meriah di kota New Yor, Kanaya mengundang teman-temannya yang beberapa bulan lalu sempat dia jauhi.Atau lebih tepatnya dia yang mengucilkan diri dari circle anak Crazy Rich New York.Pasalnya menikah dan langsung memiliki anak tidak pernah terlintas dalam benak Kanaya apalagi menjadi rencananya.Lalu bagaimana nanti tanggapan para pria teman bercintanya di masa lalu bila mengetahui hal ini?Mereka tidak pernah diberikan kesempatan oleh Kanaya untuk menjalin hubungan asmara karena Kanaya selalu berdalih kalau dia tidak percaya akan cinta.Beruntung Kanaya menikahi seorang Konglomerat, level Ryley sangat jauh di atas para pria teman bercintanya Kanaya yang dulu.Jadi mungkin opini mereka tentang Kanaya tidak akan terlalu buruk.Mereka pasti beranggapan bahwa jelas saja Kanaya mengubah prinsipnya karena dipinang oleh Konglomerat Negri ini.Dan hal itu menjadi alasan kenapa Kanaya kembali menjalin hubungan dengan para sahabatnya.Kanaya b
"Kamu saja yang datang ... ah, tidak ... aku saja ...." Kanaya berulang kali mengatakan hal tersebut sambil mondar-mandir di kamarnya yang luas.Ryley sudah terbiasa melihat pemandangan ini jadi dia hanya bisa meluruskan kakinya di sofa kemudian bersandar nyaman dengan kedua tangan di lipat di belakang kepala. "Ryley!" seru Kanaya menghentikan langkah."Yes Babe." Ryley menegakan punggung juga menurunkan kakinya."Bantu aku memikirkan apakah aku atau kamu yang datang ke Baby shower anaknya Princes? Atau kita tidak perlu datang saja sekalian?" Kanaya menghentakan kakinya kemudian duduk menyamping di atas pangkuan Ryley.Kedua tangannya melingkar di leher Ryley namun sayangnya wajah cantik itu terus memberengut. "Bagaimana kalau kita berdua datang ... kamu dan Princes adalah sepupu, kita sudah mendapat kebahagiaan kita sendiri ... kamu tidak perlu cemburu lagi dengan Princes dan aku juga tidak akan mengungkit masa lalu kamu dengan Sean."Tentu saja Ryley bisa dengan mudah mengatakan
Kanaya memang tega, tanpa perasaan melarang Ryley untuk mengundang Princes ke pesta pernikahan mereka yang dirayakan di New York."Bagaimana aku mengatakannya kepada Sean, Babe?" Ryley mengesah, dia stress karena tidak berhasil membujuk Kanaya, meluluhkan hatinya selama seminggu ini."Kamu tinggal mengatakan kalau Sean boleh datang tapi istrinya tidak," jawab Kanaya santai tanpa beban.Kanaya sedang memoles blushon di pipinya.Hari ini mereka akan pergi memilih kue dan mencicipi catering untuk pesta pernikahan yang akan berlangsung dua minggu lagi."Dia sepupumu." Ryley mengingatkan."Betul, dan dia merebut priaku." Kanaya mengarahkan ujung blushon pada Ryley yang duduk di kursi di bagian kaki ranjang.Ryley mengesah panjang. "Aku tidak tega mengatakannya kepada Sean... Princes pasti akan sakit hati...." Ryley menggantung kalimatnya."Memangnya kamu belum bisa melupakan Sean?" tanya Ryley hati-hati tidak ingin si ibu hamil dengan hormon yang membuat mood berubah-ubah itu mengamuk."
Perut buncit Princes menjadi daya tarik sendiri bagi Sean, dia suka sekali mengusap perut Princes dan menurutnya dengan kehamilan itu—Princes tampak berkali-kali lipat lebih seksi.Selama resepsi berlangsung, Sean mati-matian menahan gairahnya.Dan akhirnya sekarang dia bisa berdua saja dengan Princes melewati malam pertama setelah mereka resmi menjadi suami istri."Aku bantu," ujar Sean menahan tangan Princes yang tengah membuka sleting di belakang punggung.Princes mengumpulkan rambutnya di pundak agar Sean mudah membuka sleting.Perlahan tangan pria itu menurunkan resleting lalu menarik bagian atas gaun ke bawah namun tertahan di pinggang karena perut Princes yang besar.Princes harus menggunakan kedua tangan dan menggoyangkan sedikit bokong agar bisa menurunkan gaun itu melewati perutnya."Bisa?" tanya Sean perhatian."Bisa ...." Princes menjawab setelah berhasil melepas gaun menyisakan camisol sebagai dalaman.Dia membalikan badan mengajadap Sean."Aku bantu buka kemejanya ya?""
Princes seringkali menonton film di Netflix yang menceritakan tentang hubungan calon mempelai pengantin yang sering kali tidak sependapat ketika mempersiapkan pernikahan sampai berujung dibatalkannya pernikahan tersebut.Awalnya ketika Sean mengatakan dia mengambil cuti untuk membantu mempersiapkan pesta pernikahan—jujur, Princes khawatir kalau kisahnya dan Sean akan berakhir seperti film di Netflix.Tapi nyatanya yang terjadi pada Princes, mempersiapkan pernikahan bersama orang dicintai menjadi pengalaman paling seru dan menarik.Karena Sean selalu mendukung keinginan Princes tapi terkadang dia juga memberikan masukan yang tidak mendapat penolakan dari Princes.Malah selisih paham terjadi antara Princes dengan ayahnya, tapi Papa Juna segera mengalah.Shamika Princes benar-benar menjadi seorang Princes yang keinginannya selalu diikuti oleh Raja dan Ratu juga semua orang.Dan hari yang dinanti-nanti oleh Princes juga Sean telah tiba.Princes dan Sean tentu menjadi orang paling bahagia