Asa 73*Happy Reading*Di tempat lain. Frans memaki kesal pada ponselnya, yang gagal menghubungi Raid. Frans kira awalnya, Raid mematikan sambungan telepon itu tak sengaja. Maka dari itu, Frans pun menghubungi Raid kembali. Namun, berkali dicoba ternyata gagal terus. Ada dua kemungkinan dalam otak Frans saat ini. Raid membuang ponselnya, atau ponsel pria itu kehabisan daya. Terserahlah! Yang jelas, dia harus mencari keberadaan Raid saat ini. "Lacak keberadaan mobil Raid sekarang!" titah Frans tanpa ba bi bu, pada seseorang yang ia hubungi segera. Siapa itu? Kimberly. Kalian tentu tidak lupa kemampuan wanita yang kini menjadi ustad Darul itu, kan? Ya, meski sudah menikah. Kimberly memilih tetap bekerja pada Raid dan Frans tanpa sepengetahuan suaminya. Bagaimana pun, meski sudah menikah dengan pemuka agama, Kim tidak bisa lepas begitu saja dari dunia hitam."Sebentar," sahut Kim."Segera!"Tut! Frans menutup sambungan telepon segera. Bergerak ke arah mobilnya, sembari menunggu kabar
*Happy Reading*"Kok, masih nggak enak, ya?" Masih mengenakan mukena dan duduk di atas sejadah, Nissa bergumam sambil mengusap dada pelan. Merasa bingung dengan perasaannya yang mendadak tidak enak hari ini. Tadi, Nissa ketiduran saat tengah membaca buku. Bangun kaget di jam lima sore. Nissa kira, karena itulah hatinya mendadak tak nyaman. Sebab dia hampir kebablasan tidur dan lupa shalat Ashar. Gegas Nissa ambil wudhu dan melaksanakan kewajiban empat rakaatnya. Setelah itu berdzikir dan berdoa seperti biasa. Anehnya, perasaan tak membaik jua setelahnya. Membuat Nissa mulai was-was dengan pikiran buruk yang tiba-tiba hadir. "Ya Allah, ada apa ini? Kenapa perasaan hamba tiba-tiba tidak enak begini? Apa ini sebuah firasat buruk? Ya Allah, hamba mohon, lindungilah hamba, orang-orang yang hamba sayangi dan menyayangi hamba selalu. Sebaik-baiknya pelindung hanya engkaulah semata. Kupercayakan segalanya padamu." Nissa kembali memanjatkan doa. Mencoba berbaik sangka dan menyingkirkan sega
*Happy Reading*"Maaf, Nissa. Aku tidak bisa." Sekian lama terdiam, jawaban Raid malah membuat Nissa langsung terhenyak. Padahal, ia sudah menekan ego sekuat mungkin agar bisa memaafkan Raid, juga berusaha merajut harapan yang sudah lama koyak. Namun, siapa sangka, lagi-lagi Raid membuatnya patah.Kenapa? Kenapa Raid harus bilang cinta barusan, kalau diminta berjuang kembali untuk memperbaiki saja tidak mau? Apa Raid hanya ingin main-main dengannya?""Bang--"Ucapan Nissa langsung tertahan di udara, saat tiba-tiba saja melihat Raid malah seperti kesulitan untuk bernafas. "Nina, bawa dia!" Arjuna langsung memberi titah tegas pada istrinya. "Baik!" Dokter Karina pun patuh. Dibantu sang suami dan lainnya. Dia melajukan brankar Raid kembali lebih cepat. "Abang? Abang?""Cukup!" Frans memilih tidak ikut mengantar Raid. Dia malah menghalangi Nissa untuk mengejar Raid. Gerakan Frans yang tiba-tiba berdiri di hadapannya, membuat Nissa sontak melangkah mundur agar tak sampai bersentuhan.
*Happy Reading*"Ekhem!" Frans sengaja berdeham lumayan kencang guna mengusik obrolan dua orang di depan sana. Frans melirik Nissa khawatir sekilas, lalu melayangkan tatapan tajam pada anak buah yang tengah ngobrol dengan Anjani di sana. Orang itu pun langsung menunduk ketakutan.Sementara Anjani, kini sudah menatap Nissa dengan sengit. Penuh permusuhan. Baginya, Nissa itu hanya biang masalah untuk Raid dan dirinya, tentu saja. Jangan lupakan, karena Nissa, Anjani harus kehilangan markas dan kekuasaannya di tangan Raid. Meski kini dia memang sudah memilih menerima tawaran Raid untuk berkerja sama. Namun, dendamnya pada Nissa akan sulit ia lupakan. "Aku menyuruhmu membantu Dokter Karina menolong Raid. Bukan malah mengobrol dengan anak buahku," tandas Frans kesal. Anjani tak berkomentar, memilih beranjak pergi ke dalam ruangan dengan terus menatap Nissa penuh kebencian. Sementara pria yang menjadi anak buah Frans berniat pergi."Tunggu!" larang Frans tegas. Pria tadi tak jadi beranja
*Happy Reading*Disamping rasa haru dan bahagia, akhirnya dapat mengetahui perasaan Raid. Sejujurnya, Nissa masih dilanda kebingungan saat ini. Tepatnya bingung pada sikap Raid. Jika memang apa yang Frans katakan adalah benar. Bukankah tujuan Raid membuatnya menyerah dan pergi sudah tercapai. Lalu, kenapa Raid malah mencarinya terus? Seolah tak ingin kehilangan. Okeh! Katakan Raid sudah sadar, dapat hidayah, atau apalah namanya itu. Lalu, kenapa tadi, saat Nissa ajak memperbaiki semuanya, Raid menolak? Kenapa? Apa alasannya? Bukankah pria itu sudah minta maaf, bahkan menyatakan cintanya. Lalu, kenapa? Kenapa dia masih menolak memperbaiki semuanya? Apa cintanya hanya bohong saja? Atau, Raid minta maaf hanya karena ingin mempermainkannya lagi? Apa? Apa? Apa sebenarnya yang Raid inginkan? Sungguh, Nissa tak mengerti. Ingin bertanya lebih banyak pada Frans pun, tidak bisa. Pak Arjuna tadi datang dan menyuruhnya mengurus sesuatu. Entah apa itu? Yang jelas, kini tinggal Nissa yang masih
*Happy Reading*Selepas kepergian Anjani, yang sebelumnya semakin mendelik garang pada Nissa dan menghentakan kaki layaknya orang ngambek. Nissa langsung terduduk lemas kembali. Ternyata pura-pura tegar itu butuh kekuatan ekstra, ya?"Semoga aku nggak salah ambil keputusan lagi," gumamnya kemudian penuh harap sambil menghela nafas panjang.Sejujurnya ini sangat sulit. Hati dan kepercayaannya terlanjur dihancurkan Raid sedemikian rupa. Namun, untuk pergi lagi pun, Nissa rasanya tidak sanggup. Dalam masa persembunyiannya selama dua bulan saja, Nissa merasa hampir sesak nafas akibat dirong-rong rasa rindu yang tak bisa diabaikan untuk bule galmov itu. Apalagi jika lebih lama. Bisa-bisa Nissa beneran gila. Sungguh Nissa jadi denial sekarang. Bertahan sakit, tapi melepaskan pun tak mampu. Nissa harus bagaimana sekarang? Capek banget rasanya dengan perasaannya sendiri. Mungkin kalau Naira ada di sini, wanita itu pasti sudah mengatai Nissa sebagai bulol alias bucin tolol. Ya emang tolol,
#Satu tahun kemudian ....Tapi boong! Hehehe ....Cie, ngarepnya pasti gitu, kan? Ngaku kalian! Hehehe ....Mon maaf, Amih nggak sebaik itu. Sabar dulu ngapa. Nikmatin aja dulu siksaan Amih buat Ni-Ra#*Enjoy it*Meski kesepakatan telah dibuat. Namun, Nissa bersikukuh tak akan pergi sampai menyaksikan sendiri kondisi Raid kembali pulih. Setidaknya, Nissa ingin melihat Raid membuka matanya kembali. Atau, paling tidak sampai mendengar kondisinya sudah stabil dari Dokter Karina. Itu saja udah cukup untuk Nissa.Anjani tidak bisa memaksakan kehendaknya lagi. Baginya yang penting Nissa sudah berjanji akan pergi saat Raid stabil. Untuk saat ini, mau gadis itu ada atau tidak. Tidak akan berpengaruh apa pun. Toh, Raid juga masih belum sadar, kan?Nissa benar-benar tak pernah meninggalkan tempatnya sedikit pun selain untuk urusan ke toilet sampai hari berganti keesokan harinya. Dia menggelar sajadah dan melakukan apa yang memang dia ucapkan sebelumnya, yaitu melangitkan doa untuk Raid. Frans y
*Happy Reading*Anjani sungguh bahagia saat ini. Selain karena Nissa menepati janjinya langsung pergi setelah kondisi Raid di nyatakan stabil, dia juga kini merasa menjadi satu-satunya wanita yang dekat dengan pria itu hingga bebas dekat dan mengurusnya.Sebenarnya ada beberapa perawat yang di tempatkan di sana oleh Frans untuk mengurus keperluan Raid. Namun, demi mengambil hati sang pujaan, Anjani pun sengaja melarang siapa pun menyentuh pria itu apa pun alasannya. Hanya dia yang boleh menyentuh dan mengurusi segala keperluan Raid. Lagaknya benar-benar sudah seperti istri yang posesif. Tidak apa-apa, kan? Bukan kah sebentar lagi juga itu akan menjadi nyata. Nissa sudah pergi dan Raid pasti sangat merasa hutang budi karena sudah ia selamatkan. Seperti ucapannya pada Nissa, Anjani akan meminta sebuah pernikahan pada Raid sebagai imbalannya. Ugh ... rasanya sudah tidak sabar. "Kira-kira, nanti aku minta mahar apa, ya?" Monolog Anjani, di sela kegiatannya menyiapkan sarapan untuk Raid.