*Happy Reading*Disamping rasa haru dan bahagia, akhirnya dapat mengetahui perasaan Raid. Sejujurnya, Nissa masih dilanda kebingungan saat ini. Tepatnya bingung pada sikap Raid. Jika memang apa yang Frans katakan adalah benar. Bukankah tujuan Raid membuatnya menyerah dan pergi sudah tercapai. Lalu, kenapa Raid malah mencarinya terus? Seolah tak ingin kehilangan. Okeh! Katakan Raid sudah sadar, dapat hidayah, atau apalah namanya itu. Lalu, kenapa tadi, saat Nissa ajak memperbaiki semuanya, Raid menolak? Kenapa? Apa alasannya? Bukankah pria itu sudah minta maaf, bahkan menyatakan cintanya. Lalu, kenapa? Kenapa dia masih menolak memperbaiki semuanya? Apa cintanya hanya bohong saja? Atau, Raid minta maaf hanya karena ingin mempermainkannya lagi? Apa? Apa? Apa sebenarnya yang Raid inginkan? Sungguh, Nissa tak mengerti. Ingin bertanya lebih banyak pada Frans pun, tidak bisa. Pak Arjuna tadi datang dan menyuruhnya mengurus sesuatu. Entah apa itu? Yang jelas, kini tinggal Nissa yang masih
*Happy Reading*Selepas kepergian Anjani, yang sebelumnya semakin mendelik garang pada Nissa dan menghentakan kaki layaknya orang ngambek. Nissa langsung terduduk lemas kembali. Ternyata pura-pura tegar itu butuh kekuatan ekstra, ya?"Semoga aku nggak salah ambil keputusan lagi," gumamnya kemudian penuh harap sambil menghela nafas panjang.Sejujurnya ini sangat sulit. Hati dan kepercayaannya terlanjur dihancurkan Raid sedemikian rupa. Namun, untuk pergi lagi pun, Nissa rasanya tidak sanggup. Dalam masa persembunyiannya selama dua bulan saja, Nissa merasa hampir sesak nafas akibat dirong-rong rasa rindu yang tak bisa diabaikan untuk bule galmov itu. Apalagi jika lebih lama. Bisa-bisa Nissa beneran gila. Sungguh Nissa jadi denial sekarang. Bertahan sakit, tapi melepaskan pun tak mampu. Nissa harus bagaimana sekarang? Capek banget rasanya dengan perasaannya sendiri. Mungkin kalau Naira ada di sini, wanita itu pasti sudah mengatai Nissa sebagai bulol alias bucin tolol. Ya emang tolol,
#Satu tahun kemudian ....Tapi boong! Hehehe ....Cie, ngarepnya pasti gitu, kan? Ngaku kalian! Hehehe ....Mon maaf, Amih nggak sebaik itu. Sabar dulu ngapa. Nikmatin aja dulu siksaan Amih buat Ni-Ra#*Enjoy it*Meski kesepakatan telah dibuat. Namun, Nissa bersikukuh tak akan pergi sampai menyaksikan sendiri kondisi Raid kembali pulih. Setidaknya, Nissa ingin melihat Raid membuka matanya kembali. Atau, paling tidak sampai mendengar kondisinya sudah stabil dari Dokter Karina. Itu saja udah cukup untuk Nissa.Anjani tidak bisa memaksakan kehendaknya lagi. Baginya yang penting Nissa sudah berjanji akan pergi saat Raid stabil. Untuk saat ini, mau gadis itu ada atau tidak. Tidak akan berpengaruh apa pun. Toh, Raid juga masih belum sadar, kan?Nissa benar-benar tak pernah meninggalkan tempatnya sedikit pun selain untuk urusan ke toilet sampai hari berganti keesokan harinya. Dia menggelar sajadah dan melakukan apa yang memang dia ucapkan sebelumnya, yaitu melangitkan doa untuk Raid. Frans y
*Happy Reading*Anjani sungguh bahagia saat ini. Selain karena Nissa menepati janjinya langsung pergi setelah kondisi Raid di nyatakan stabil, dia juga kini merasa menjadi satu-satunya wanita yang dekat dengan pria itu hingga bebas dekat dan mengurusnya.Sebenarnya ada beberapa perawat yang di tempatkan di sana oleh Frans untuk mengurus keperluan Raid. Namun, demi mengambil hati sang pujaan, Anjani pun sengaja melarang siapa pun menyentuh pria itu apa pun alasannya. Hanya dia yang boleh menyentuh dan mengurusi segala keperluan Raid. Lagaknya benar-benar sudah seperti istri yang posesif. Tidak apa-apa, kan? Bukan kah sebentar lagi juga itu akan menjadi nyata. Nissa sudah pergi dan Raid pasti sangat merasa hutang budi karena sudah ia selamatkan. Seperti ucapannya pada Nissa, Anjani akan meminta sebuah pernikahan pada Raid sebagai imbalannya. Ugh ... rasanya sudah tidak sabar. "Kira-kira, nanti aku minta mahar apa, ya?" Monolog Anjani, di sela kegiatannya menyiapkan sarapan untuk Raid.
*Happy Reading*"Hallo Anjani, do you miss me?"Degh!Suara itu! Tubuh Anjani bergetar hebat mendengar suara itu. Sampai terhuyung kebelakang saking tak siapnya menerima kejutan yang Raid bawa untuknya. Bagaimana bisa? Kenapa begini? Oh gosh!Ia melirik Raid dengan perasaan tak karuan. Dan perasaannya malah makin entah saat melihat pria itu malah kini tersenyum penuh makna. Kenapa? Kenapa Raid malah menghadirkannya?"Ada apa denganmu, Anjani? Kenapa kau malah mundur? Apa kau tidak merindukanku?" Pria itu kembali berucap, meminta atensi Anjani. Rindu? Masihkah? Anjani menanyakan hal tadi pada hatinya sendiri. Dan sialnya, rindu itu memang masih ada. Padahal Anjani kira sudah tidak ada karena tertutup kehadiran dan perasaan yang ia rasakan pada Raid. Ternyata ia salah. Rasa rindu itu masihlah ada dan kembali bergemuruh saat bertemu langsung begini.Akan tetapi ... kenapa harus sekarang? Bukan ini yang inginkan saat ini!"A-apa maksudnya ini? Ke-kenapa dia bi-bisa ada di sini?" tuntut
*Happy Reading*"Frans, katakan sebenarnya apa yang terjadi selama aku tidak sadar?" Raid menutut Frans selepas Anjani pergi entah kemana.Wanita itu sangat keras kepala. Ditekan bagaimana pun, tetap tak mau buka mulut. Alih-alih buka suara, Anjani malah kabur. Pergi menghindari entah ke mana. Karenanya, kini malah Frans yang Raid tuntut untuk menjelaskan.Sayangnya, Frans pun tak kalah keras. Bukannya memberi tahu Raid, malah mengedikan bahu dengan acuh. "Aku tidak bisa membantumu kali ini, Raid. Sorry.""Kenapa?""Karena aku sudah berjanji pada Nissa."Raid memicing tak suka dengan jawaban Frans. Ada cemburu yang mencubit akan kepedulian yang tak sengaja Frans tunjukan untuk Nissa. Entah sejak kapan kedua orang itu saling mengenal. Raid tak pernah mengingat pernah mengenalkan Frans dan Nissa. Akan tetapi, kenapa Frans terlihat sangat mengenal Nissa lebih dari apa yang Raid ceritakan? Apa itu karena Frans yang terlalu sering terlibat dalam bantuan menolong Nissa. Entahlah, Raid tak
*Happy Reading*"Mbak Nissa, ada kiriman buat Mbak."Langkah Nissa terhenti, kala mendengar pemberitahuan tersebut dari salah satu karyawan Distro, yang saat ini tengah Nissa pegang.Distro milik Naira tentu saja. Selain cafe bersama Nissa dan Navisha, Naira memang juga memiliki beberapa usaha lain. Salah satunya Distro ini. Dan selama lima bulan ini, di sinilah Nissa bersembunyi. "Dari siapa?""Dari Pak Victor," jawab karyawan wanita tadi sambil tersenyum penuh makna. Tatapan si karyawan seolah tengah menggoda dan berkata 'Cie ... cie ...'Sementara itu, Nissa malah nampak mendesah panjang menanggapinya. Entahlah, Nissa tidak tahu apa sebenarnya mau pria yang bernama Victor itu. Yang jelas, sejak sebulan setelah Nissa berada di sini, pria itu muncul dan mulai mengakrabkan diri. Setelahnya pria yang bernama Victor itu suka sekali mengiriminya sesuatu.Entah itu bunga, hadiah, makanan atau semacamnya. Membuat Nissa bukannya senang malah risih. Meski kata karyawan-karyawannya Victor it
*Happy Reading*"Hahahaha ... " Victor tertawa renyah seraya menekan gemuruh dalam dada yang kembali bergolak tiap menghadapi Nissa. Sesungguhnya Victor bukanlah orang yang sabar. Kalau tidak mengingat apa tujuannya mendekati gadis berhijab ini, sebenarnya dia sangat ingin sekali menampar dan mencekik Nissa saking kesalnya. Sayang, dia tidak bisa melakukannya sekarang. Sebelum niatnya tercapai Victor memang harus pandai-pandai menekan ego dan memanjangkan sabar. Sebab dia sungguh ingin membuat Raid menderita meski sudah di alam arwah. Victor memang tidak tahu jika Raid selamat dan tertolong. Saat Frans datang, dia sudah pergi bersama anak buahnya. Meski setelahnya Victor juga belum mendengar kabar kematian pria itu. Namun bagi Victor itu tak penting. Orang-orang yang bekerja dalam dunia gelas sepertinya, memang bukan hal aneh jika menghilang begitu saja tanpa jejak. Jadi, bagi Victor, Raid sudah mati tanpa di ketahui siapa pun. Mungkin saja mayatnya sudah membusuk di gudang terbeng