*Happy Reading*
Nissa [Asalamualaikum, By.]Abyan [WaalaikumsalamAku lagi sibuk. Jangan ganggu!!]Nissa [Sibuk apa?Kencan di Foodcourt, ya?]Nissa melihat Abyan menoleh ke kanan dan kiri sejenak. Sebelum terpaku beberapa detik saat menemukan keberadaannya di luar jendela, tak jauh dari sana. Kemudian pria itu pun langsung menghela napas panjang di sana. Bukan menghela napas panjang sih, tepatnya. Tetapi mendengus malas.Lalu, Abyan pun terlihat mengetik di ponselnya, dan ....Tring!Sebuah notifikasi chat langsung muncul di ponsel Nissa.Abyan [Tenang aja, dia cuma pacar aku!!]Selalu! Itu terus yang Abyan katakan, tiap kali Nissa memergokinya kencan dengan seorang perempuan. Atau, saat Nissa melaporkan labrakan wanita-wanitanya.Nissa bahkan sudah tidak bisa menghitung lagi, berapa banyak luka yang ada di hatinya, akibat ulah Abyan.Tring!Belum sempat Nissa membalas lagi. Sebuah chat dari Abyan kembali dia dapatkan.Abyan [Awas kamu kalo coba-coba bikin drama di sini!! Lebih baik kamu Pulang, sana!!]Kemudian, luka hati Nissa pun kembali bertambah untuk kesekian kalinya, dengan keacuhan Abyan padanya.Padahal, tak sampai dua bulan lagi. Mereka akan menikah. Tetapi .... sepertinya Abyan benar-benar tidak bisa berubah sama sekali. Bahkan, semakin menjadi tiap harinya. Membuat Nissa makin ragu pada harapannya untuk bisa mengubah Abyan kelak.Sayangnya, sesakit dan seragu apapun Nissa pada pernikahan ini. Nissa tetap tidak bisa melawan. Ataupun membatalkannya. Karena, kesehatan ayahnya akan terpengaruh dengan keputusannya nanti.Karena itulah, kembali menelan luka di hatinya. Nissa menghela napas berat satu kali lagi. Guna meredakan sesak di dadanya yang kian menghimpitnya.Setelahnya, Nissa pun beranjak pergi dari tempat di mana dia kembali menciduk sang calon suami yang lagi, lagi, dan lagi selingkuh.Namun kali ini, sudah tidak ada Air mata pada Nissa. Karena mungkin Nissa sudah mulai kebal akan sikap Abyan padanya. Atau, mungkin malah air matanya yang sudah kering.Entahlah yang mana yang lebih tepat. Yang jelas, untuk saat ini Nissa hanya bisa menahannya, dan ... memaafkan Abyan. Lagi.******"Assalamualaikum, Nissa pulang," seru Nissa dengan riang, sesampainya di Apartemennya.Ah ralat, bukan Apartmennya, tapi lebih tepatnya Apartement sahabatnya, Naira. Sejak lulus kuliah dan mulai bekerja, Naira memang sudah keluar dari rumah orang tua tirinya, dan memilih hidup mandiri. Sambil menampung Nissa.Kenapa menampung? Ya ... karena Nissa tinggal di Apartement ini tanpa harus bayar sama sekali. Bahkan, dibebaskan dari segala biaya yang ada. Pokoknya semua ditanggung Naira.Baik hati sekali ya, Naira? Memang! Nissa tidak akan memungkiri itu. Karena kenyataannya, sahabatnya itu memang seperti malaikat untuk Nissa."Waalaikumsalam. Loh, Nisa? Kok, lo udah pulang?" Naira menjawab salam Nissa, seraya muncul sambil menenteng sepatu kets kesayangannya. Sepertinya Naira mau pergi main ke luar."Iya, gue gak jadi nyari barang. Lagi males," jawab Nissa, berbohong. Sambil menghempaskan tubuhnya disamping Naira.Ya! Tadi Nissa memang berpamitan pada Naira akan ke Mall, untuk membeli barang perlengkapan pernikahannya. Tetapi, siapa sangka? Sampai di sana, Nissa malah dapet jackpot. Memergoki calon suaminya selingkuh lagi, untuk kesekian kalinya.Akan tetapi, walau begitu Nissa tidak punya keinginan sedikit pun untuk bercerita pada Naira. Karena Nissa tahu. Bahwa Naira sendiri juga punya masalah pelik yang selalu membuatnya pusing.Apalagi kalau bukan rongrongan ibu dan adik tirinya, yang masih tak mau menerima kenyataan status Naira yang sebenarnya."Lo sendiri tumben udah rapih. Mau kemana lo?" tanya Nissa. Sengaja mengalihkan topik. Sambil memindai tampilan Naira yang sangat ... cantik.Pantas dua bule London itu klepek-klepek. Naira emang terlalu sayang sih, kalah di lewatkan. Batin Nissa berbisik"Mau jalan gue," jawab Naira sambil memakai sepatu kesayangannya.Nah, kan? Bener dugaan Nissa."Kemana?" tanya Nissa lagi."Gak tau. Raid sih, yang ngajakin tadi."Degh!Seketika, Nissa pun menyesal telah bertanya pada Naira. Karena, diakui atau tidak. Jawaban Naira tadi membuat sudut hatinya tiba-tiba kembali merepih sakit.Kali ini bukan karena kekecewaan. Melainkan karena kecemburuan. Kecemburuan yang sering hadir dengan kurang ajarnya."Eh, atau ... gimana kalo kita jalan bertiga aja? Mayan kan, buat ngilangin suntuk di weekend gini. Sekalian ngerjain Raid. Gimana? Udah lama nih, gak ngerjain tuh bule," usul Naira riang. Karena menyadari perubahan mimik wajah Nissa tadi."Gila lo!! Ya gak bisa, lah! Yang di ajak kan, elo. Ngapa jadi ngajak gue juga? Sengaja ya, lo? mau bikin gue kaya nyamuk, nanti di sono?" tolak Nissa. Seraya sedikit berkelakar. Berusaha sekuat mungkin menyembunyikan luka hatinya."Ck, kaya sama siapa aja dah lo, Nis? Lo kan tau hubungan kami kaya gimana? Dia gak suka sama gue Nissa. Gak percayaan banget sih, jadi orang." Naira berdecak kesal. Sekaligus memberi bantahan keras."Dia yang gak suka sama lo? Atau lo gak suka sama dia?" Pancing Nissa."22-nya. Lo tau kan hati gue udah dimiliki siapa?""Gak tahu gue.""Iihhh elo mah," cebik Naira. Membuat Nissa langsung tergelak renyah."Ya, lagi, gue tuh gemes tahu sama lo! Udah tahu yang di sono udah gak bisa diraih. Masih aja ngarepin. Giliran ada yang tulus di depan mata. Malah lo cuekin. Kejam, tau gak sih, elo tuh! Bae-bae kena karma lo!" ucap Nissa dengan enteng, yang langsung membuat Naira cemberut sambil mengedikan bahu acuh."Namanya juga hati, Niss. Mana bisa gue atur-atur. Apalagi gue paksa. Kalo hati ibarat ponsel. Udah dari kapan tahu kali, gue instal ulang. Terus gue ganti sama yang lain. Lo pikir hidup kaya gini tuh enak? Repot tau!" balas Naira kemudian. Membuat Nissa akhirnya hanya bisa tersenyum miris melihat Naira.Karena Nissa paham betul apa yang Naira rasakan saat ini. Juga, sebenarnya itu pula yang Nissa rasakan saat ini terhadap Raid.Ya!! Kadang takdir memang selucu ini. Kita cintanya sama siapa? Tetapi yang kita cintai malah mencintai orang lain. Parahnya, orang lain itu juga mencintai orang lain lagi. Membuat kisah percintaan Naira dan Nissa bagai rantai makanan di ilmu biologi.Atau, bagaimana kalo kita sebut saja ini rantai cinta? Soalnya, tautannya mirip banget seperti rantai makanan?Gimana? Setuju, kan?Walaupun begitu. Nissa tetap berdoa, kok. Semoga suatu hari Naira bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.Entah itu dengan Raid, atau dengan si orang asing-- yang namanya tidak boleh Nissa sebut-- pokoknya siapapun itu. asal Naira bahagia. Nissa juga akan ikut bahagia.Sementara untuk dirinya sendiri. Nissa tidak berani berharap lebih. Karena jujur saja, Nissa sudah hilang harapan pada Abyan. Yang sepertinya tak akan pernah bisa berubah lagi.Miris, ya?*Happy Reading*Plak!Nissa yang baru saja tiba di loby tempat kerjanya. Terkejut dengan tamparan tiba-tiba, yang membuat wajahnya langsung terlempar ke samping. Menahan panas yang menjalar di sebelah pipi akibat tamparan barusan, Nissa langsung mencari pelaku. Seorang wanita cantik nan seksi langsung di temukan matanya seketika.'Apa lagi ini ya robb ...?' batin Nissa mendesah kesal. Namun, seakan sudah bisa menebak alasan wanita ini tiba-tiba menamparnya barusan.Abyan! Siapa lagi?"Heh, jalang! Gue peringatin sama lo, ya? Jauhin Abyan! Dia itu milik gue!" hardik wanita itu menunjuk wajah Nissa. Kan? Apa Nissa bilang? Wanita seksi ini pastilah salah satu dari pacar-pacar Abyan. "Ada apa ini? Mbak, mohon jaga sikap!" Satpam yang bertugas di lobby pun segera menghampiri dan mencoba melerai keributan. Sebab kejadian barusan sontak membuat semua orang yang lewat menghentikan langkah dan akhirnya malah mengerumuni mereka dengan wajah penasaran luar biasa. "Diem, lo!" salak wanita t
*Happy Reading*Ucapan Nissa membuat Dita meradang, bisa-bisanya wanita pelakor itu mengatainya sebagai gundik. Dita langsung memegang lengan Abyan mencari pembelaan.Nissa yang sudah benar-benar muak menghadapi manusia setengah siluman itu akhirnya memilih untuk pergi dari hadapan Abyan. Mau dia menjelaskan sampai mulut berbusa pun percuma saja, pria itu tidak akan percaya padanya."Kamu keterlaluan, Nis. Minta maaf sekarang!" kata Abyan memaksa. Namun, Nissa tidak peduli, semua ini bukan salahnya."Kamu lebih milih belain dia daripada dengerin penjelasanku? Terserah kamu ajalah!" kata Nissa kesal dan memilih pergi seraya mengusap pipinya yang perih bekas tamparan Abyan tadi.Nissa masih tidak menyangka kalau pria itu bisa berbuat kasar padanya. Hanya karena salah paham, pria itu rela melayangkan tamparan keras ke pipinya, tak tanggung-tanggung sampai dua kali.Abyan keterlaluan. Kenapa dia harus dipertemukan dengan pria kejam sepertinya. Apakah sang ayah mau Nissa mati muda di tanga
*Happy Reading*Dita yang di cekik Abyan berusaha memukul-mukul tangan pria itu yang kini membuatnya kesulitan bernapas. Dita masih tak mengerti kenapa Abyan bisa tiba-tiba marah begini padanya."Ab ... yhan ... lephas!" rontanya berusaha lepas. Namun, Abyan seperti sudah kesetanan dan malah memperkuat cekikannya. Wajah Dita seketika memucat dan megap-megap berusaha mencari udara. "Ab ... yhan ... tohlong. Akhu ... ghak ... bisha ... naphas! Ab ... yhan!"Beruntung Abyan tak benar-benar membuat gadis itu mati. Melihat Dita yang lemas dan dan sudah hampir membiru, pria itu pun melepaskan cekikannya. Namun, dengan cara kasar sampai Dita tersungkur ke lantai. Dita pun terbatuk-batuk sambil berusaha mengisi rongga dada dengan udara sebanyak-banyaknya."Abyan. Kamu kenapa, sih? Kok kamu tiba-tiba marah gini? Salahku apa?" tanya Dita disela batuknya Bukannya menjawab, tangan Abyan malah kembali mencengkram dagu Dita dengan kuat dan memaksa wajah gadis itu menghadap padanya. "Gak usah b
"Raid! Nissa diculik!"Pria bernetra hijau yang baru saja menghenyakan tubuh pada sofa di apartemennya, seketika tersentak kaget dan menegakan tubuh kembali saat mendengar seruan panik dari Naira di seberang telepon."Apa katamu?" tanyanya kemudian dengan suara tenang."Iya, Raid! Nissa diculik!" Naira kembali memberi info. "Tadi pas aku pulang. Aku kaget banget pintu Apartement terbuka. Saat masuk ternyata isinya sudah kacau sekali. Aku langsung memeriksa cctv. Di sana, aku lihat Nissa di bawa paksa dua laki-laki yang memakai topeng!" Cerita pun akhirnya mengalir dari Naira tanpa harus di perintah. Mata Raid langsung menajam mendengar cerita Naira. Tangannya tanpa sadar mengepal kuat dengan detak jantung yang mulai memburu. "Baiklah, aku mengerti. Kau segeralah tinggalkan apartement itu. Aku khawatir mereka masih di sekitar sana dan mengincarmu juga," titah Raid tegas. "Lalu Nissa?""Nissa biar jadi urusanku. Aku akan segera menyuruh orang mencarinya. Sekarang, kau lebih baik menc
Wajah Nissa tanpa pelindung kepala benar-benar sangat menarik minat semua preman di sana. Mereka semua sudah tak sabar ingin segera menyentuh dan bertukar peluh dengan gadis itu."Lepasin gue!" Nissa berteriak dan meronta lagi. "Lepasin gue!"Dia palingkan wajah lagi. Nissa sungguh merasa jijik dengan perlakuan pria-pria Hidung Belang itu, mengelus-elus wajahnya, dari dahi, pipi sampai bibir. Kurang ajar!Air mata Nissa menetes, ketika dengan lancang salah satu pria membuka paksa kancing depan baju tidur bergambar doraemon miliknya. Beruntung di dalamnya Nissa masih mengenakan tangtop meski bertali spagethi. Setidaknya, tangtop tersebut masih bisa melindungi dalamannya agar tak langsung terekspos.Tubuhnya semakin lemas, keringat dingin membasahi tubuh. Tangannya tidak bisa digerakkan sama sekali. Terlalu kuat ikatannya. Apa yang bisa Nissa lakukan? Sudah dia coba meronta untuk membuka ikatan di tangannya, namun sia-sia. Tangan justru semakin tergores sakit."Gue mohon, lepasin gue ..
"Bangsat! Siapa lo? Berani banget gangguin acara kami! Nyari mati lo?!" maki pria di kaki Nissa, yang sepertinya tak terima perbuatan Raid. Bukan hanya pria itu. Pria-pria lainnya pun akhirnya turut melepaskan tangan-tangan mereka dari Nissa. Melihat hal itu, Nissa segera beringsut ke pojok dan memeluk dirinya sendiri. Melindungi tubuh yang penutupnya terlanjur koyak.Kedua tangan Raid mengepal kuat melihat kondisi Nissa. Dadanya seolah akan meledak sebentar lagi karena gelegak amarah yang muncul cepat. Sialan!"Heh, bangsat! Siapa, lo!" Tak segera mendapatkan jawaban dari Raid. Salah satu pria itu bertanya kembali.Raid tidak segera menanggapi ocehan pria tersebut. Memilih berjalan santai ke arah onggokan sebuah kain, memungutnya dan mengibas-ngibaskannya demi menghilangkan debu yang menempel pada kain tersebut.Itu hijab Nissa, yang tadi di lemparkan seenaknya oleh para preman."Heh! Lo punya kuping, gak? Lo--""Ssstttt ...." sela Raid cepat, melirik para penjahat itu sambil menem
"Kita harus bicara!" Nissa terkesiap. Kala tiba-tiba saja Abyan datang dan menarik tangannya tanpa ijin. Nissa baru saja sampai di lobby perusahaan, kala Abyan muncul entah dari mana dengan wajah merah padam seolah tengah menahan emosi. "Lepaskan, Abyan!" Nissa tentu saja meronta."Ikut, atau kau bersedia dipermalukan di sini!" Peringatan Abyan sukses membungkam Nissa, hingga gadis itu akhirnya patuh dibawa Abyan keluar gedung kantor lagi dengan cara diseret.Bruk!Abyan mendorong tubuh Nissa kasar ke arah sofa, sesampainya mereka di ruangan pria itu."Kau--""Jadi begini kelakuanmu selama ini, Nissa!" sela Abyan cepat, seraya melemparkan sebuah map coklat ke hadapan Nissa. Membuat Nissa yang bersiap memprotes kelakuan Abyan menggantung di udara.Apa lagi kali ini ya Tuhan. Nissa mendesah berat di tempatnya. Sesungguhnya Nissa sudah lelah dengan drama yang selalu dibawa pria ini. Yang kemarin saja masih belum selesai, sekarang sudah ada lagi pertengkaran yang menanti mereka. Nissa m
*Happy Reading*Abyan pikir, setelah dia menunjukan photo-photo kebusukan Nissa pada sang Mama. Hal itu akan membuat wanita yang sudah melahirkannya ke dunia tersebut mengurungkan niat menjodohkannya dengan Nissa, wanita yang memang tak pernah Abyan inginkan. Akan tetapi ternyata Abyan salah. Sebanyak apa pun bukti yang ia perlihatkan, sang Mama tetap saja kukuh dengan keputusannya. Abyan sampai tak habis pikir di buatnya. Memang si Nissa itu punya apa, sih? Sampai-sampai mamanya sangat mengidolakannya seperti ini?"Mama tahu benar bagaimana Nissa, Byan. Jadi Mama gak akan mudah percaya pada photo-photo itu! Mama yakin semua itu hanya editan!""Photo itu nyata, Mah!""Kalau begitu Nissa pasti sedang dijebak!"Astaga! Abyan pun menjambak rambutnya sendiri dengan kesal menghadapi sikap keras kepala sang Mama. Harus bagaimana lagi Abyan menyadarkan Mamanya?!"Mah, Nissa itu bukan artis! Dia juga bukan orang kaya. Intinya dia bukan siapa-siapa. Jadi, tidak mungkin ada orang yang ingin men
"Sayang, hari ini Abang ada urusan di knightsbridge. Kamu mau ikut nggak?""Di mana itu, Bang? Jauh nggak dari sini?""Knightsbridge terletak di jantung kota London yang modis, menggabungkan jalur Hyde Park yang dilalui kuda, kedutaan besar Belgravia, museum Kensington, dan kediaman seniman Chelsea. Saat ini, lingkungan itu dipenuhi dengan berbagai toko, restoran, townhouse bersejarah kelas dunia, dan merupakan rumah bagi dua properti Jumeirah . Di sana, kita juga bisa melihat sejarah Knightsbridge dan bagaimana ia bisa mempertahankan reputasi yang dimilikinya saat ini." Raid menjelaskan dengan sabar dan panjang lebar. "Nggak tahu ah, Bang. Nggak ngerti juga. Udahlah, Abang aja yang pergi. Nissa lagi mager," sahut Nissa kemudian dengan malas. Raid mengerutkan keningnya bingung. Beberapa hari ini entah kenapa Nissa memang berubah jadi pemalas. Tak seperti biasanya yang selalu antusias jika di ajak ke tempat baru. Apa mungkin Nissa sudah bosan tinggal di sini? Akan tetapi, mereka baru
Sebenarnya enggan sekali untuk Nissa menerima tawaran Naira pergi ke London. Bukan hanya karena dia tidak suka naik pesawat, tapi juga karena malas ketemu Nichole. Gimana ya, jelasinnya? Semua orang memang bilang Nichole itu sudah berubah. Tetapi sebagai sesama wanita, jelas Nissa tahu dan bisa merasakan kalau sebenarnya Nichole itu belum menyerah tentang perasaannya pada Raid. Wanita itu masih mendamba Raid meski tidak terang-terangan seperti dulu. Di depan Naira dan suaminya, Nichole memang akan bersikap biasa saja dan seolah acuh pada keberadaan Raid. Tetapi Nissa tahu betul, kadang dia masih mencuri pandang pada Raid, dan mencoba mendekati pria-nya dengan gaya halus.Ah, pokoknya Nissa tidak suka sama Nichole!"Sayang, kita nggak akan lama, kok. Hanya mengantarkan Naira saja ke rumah mertuanya.""Abis itu langsung pulang, ya?""Uhm ... tinggal dulu beberapa hari, ya? Soalnya Abang juga ingin menengok Damien dan juga harus mengecek usaha Abang yang ada di sini. Kita juga bisa sek
Raid mengulas senyum manis sambil menatap Nissa yang terlelap paska percintaan panas mereka. Panas dan menegangkan seperti permintaan wanita itu. Sungguh, Raid selalu dibuat kagum setiap kali bercinta dengan Nissa. Wanita itu banyak kejutan. Gadis alim itu sudah tidak ada. Wanita polos, cengeng, dan menyusahkan itu sudah sirna. Berubah menjadi wanita dewasa yang mengagumkan.Ia adalah Anissa fatih Zhakia. Wanita lemah yang awalnya tak pernah Raid inginkan dan terus ia hindari. Merepotkan! Beban! Titel itu sering Raid sematkan pada Nissa. Apalagi jika Nissa sudah mulai menunjukan sifat cengengnya. Rasanya ingin Raid cekik saja lehernya agar berhenti menangis selamanya. Namun, siapa sangka? Gadis yang awalnya tak pernah Raid inginkan ini justru mampu mencuri hatinya. Membuat seorang Raid bertekuk lutut hingga rela menyerahkan seluruh hidupnya hanya untuk seorang Nissa yang cengeng. Terlebih setelah berhasil memiliki Nissa seutuhnya, Raid dibuat tergila-gila. Jatuh cinta setiap hari da
Setelah urusan ngisi perut kelar, maka waktunya ... tidur. Eh, ya enggak, dong! Itu mah kaum rebahan yang makin menggemoy kayak Amih. Kalau Nissa sama Raid mah, abis makan mereka belanja. Soalnya, inget kan, kalau mereka perginya tadi dadakan dan tanpa tujuan. Jadi ya mereka nggak ada persiapan apa pun sebelumnya. Bahkan baju saja, mereka hanya bawa beberapa lembar. Raid membawa Nissa ke salah satu pusat pembelanjaan yang ada di sana. Membeli keperluan yang dibutuhkan sekaligus jalan-jalan cuci mata. Ya, anggap aja ng'date setelah nikah."Abang, cukup! Ngapain sih beli sebanyak ini? Abang mau buka toko atau gimana?" tegur Nissa saat melihat Raid memasukan banyak sekali barang. Bukan barangnya yang membuat Nissa keberatan, tapi jumlahnya. Masalahnya, Raid beli satu jenis barang dalam jumlah besar. Padahal, mereka di sana hanya akan liburan, bukan menetap. Tetapi Raid belanja seolah mereka akan lama saja. "Nggak papa, sayang. Abang sanggup kok bayarnya.""Ck, ini bukan masalah sanggu
Brak!Nissa terkesiap kaget saat tiba-tiba saja Nita menggebrak meja. Wajahnya merah padam menatap Raid. Pasti dia sangat marah sekali saat ini. Tentu saja, ucapan Raid barusan memang terlalu kejam. Bahkan Nissa yang mendengarnya saja merasa sakit hati barusan. Ah, suaminya ini kalau sudah mode julid memang tak kaleng-kaleng. Akibat ulah Nita barusan. Kini, mereka jadi pusat perhatian di tempat makan tersebut. "Kurang ajar!" sentaknya keras. "Berani sekali kamu menghinaku seperti itu. Apa kamu tidak tahu siapa aku?!""Tahu, kok. Kamu sampah, kan?" Raid tak gentar sama sekali. Berucap santai sambil sebelah tangannya mengusap lembut punggung Nissa demi menenangkan kekagetan yang sempat dirasakan. "Diam!""Ah, atau kau lebih suka ku panggil jalang?""Kurang ajar!"Grep!"Akh!"Nita yang murka pun berniat melayangkan tangannya. Namun, dengan cepat Raid tahan dan gantian mencekal tangannya hingga wanita itu meringis kesakitan. "Bang?" Tahu keadaan sudah tak kondusif. Nissa pun mencoba
"Papa?" beo Nissa refleks. "Iya, Papa kamu. Bule tadi. Itu papa kamu, kan?"Dilihat dari mana, ya ampun! Jelas-jelas wajah Raid bule banget, sementara Nissa sendiri khas asia. Nah, kok, bisa wanita ini menyangka Nissa dan Raid adalah anak dan ayah. Katarak atau gimana?Atau ... ah, jangan-jangan memang itu akal-akalan si Mbak calon valakor ini agar bisa dekat dan kenalan dengan Raid. Baiklah kalau begitu. Jika memang dia ingin kenalan dengan Raid, maka dengan senang hati Nissa kabulkan. "Apa bagusnya sih Mbak dapet nomornya doang. Lebih enak kenalan langsung, kan?" tawar Nissa kemudian. "Eh, emang boleh?" Si wanita tadi mengerjap tak percaya dengan tawaran Nissa. 'Calon anak tirinya baik hati sekali!' Mungkin itulah yang saat ini ada dalam pikirannya."Boleh, kok." Nissa menjawab ramah. "Ayo, ikut saya."Wanita itu pun mengekori Nissa dengan senyum sumringah dan mata berkilat bahagia. Hatinya dag dig dug parah ketika jalan untuk mendekati Raid di buat selancar mungkin oleh calon a
"Wah! Ini tempat siapa, Bang?" Nissa berseru takjub ketika akhirnya mobil yang mereka kendarai masuk ke sebuah pekarangan luas di depan sebuah bangunan yang menarik hati. Bukan bangunan itu yang membuat Nissa terpesona sebenarnya, tapi pekarangan asri dan sekitarnya yang sungguh memanjakan mata. Adem!"Tempat kita." Raid menjawab seadanya."Punya abang?""Punya kita."Nissa tak bertanya lagi. Sejatinya dia tahu, jika Raid berkata 'punya kita' itu berarti adalah milik Raid. Sementara jika Raid berkata punya Nissa. Maka itu berarti hak milik ada pada Nissa. Percayalah, Raid itu tipe pria yang masih menjunjung tinggi istilah 'milik suami, milik istri. Milik istri, ya milik istri'. Jadi, jelaskan kalau hunian asri di depan itu milik siapa?"Rumahnya bagus banget, Bang!" Nissa berlarian seperti anak kecil saat memasuki rumah tersebut. Bangunan yang tak begitu luas, tapi juga tidak bisa dibilang sederhana. Pas lah untuk ukuran Villa yang hanya akan mereka tinggali. Rumah tersebut juga s
Raid tersenyum manis menatap sang istri yang tengah terlelap. Disibakkannya rambut yang menjuntai menghalangi wajah cantik istrinya. Lalu satu kecupan panjang Raid berikan di sisi kepala wanita yang sudah mencuri hatinya tersebut.Nissa tak bergeming. Benar-benar tak terganggu sama sekali dengan perbuatan Raid barusan. Begitulah Nissa, kalau sudah tidur memang seperti mayat. Tak terganggu oleh apa pun. Itulah kenapa, dulu saat Raid masih suka iseng mencuri ciuman dibibir semerah cerry-nya. Nissa tak menyadarinya sedikit pun. Pernah satu kali hampir ketahuan, pas awal melakukannya. Beruntung Raid sudah terlatih dalam hal bersembunyi. Ajaib memang Nissa ini. Sepulas apa pun tidurnya, dia akan terbangun jika jam sudah menunjukan pukul tiga pagi. Meski tanpa alarm. Tetapi memang Nissa pasti akan terbangun jam sekian. Seolah punya alarm tubuh sendiri. Raid mengetahui hal itu setelah memantau Nissa diam-diam lewat cctv.Raid bahkan hafal betul apa yang akan Nissa kerjakan di jam segitu. Se
#WARNING!! ZONA KHUSUS DEWASA! YANG MASIH DIBAWAH UMUR MENYINGKIR DULU! KALAU PERLU TUNJUKAN KTP KALIAN DI KOLOM KOMENTAR##*Happy Reading*Sebenarnya Nissa masih penasaran akan penjelasan Raid tentang Abyan yang ternyata 'letoy'. Masih ingin mendengar secara detail lagi. Sungguh suaminya ini ternyata luar biasa. Apa daya, perut tak bisa di ajak kompromi. Di tengah-tengah obrolan mereka. Dia malah berbunyi nyaring. Tanda cacing di dalam tengah demo minta diberi asupan energi. Akhirnya Nissa pun terpaksa mengakhiri obrolan seru mereka."Sudah, sudah. Kita lanjut ngobrol lagi nanti. Sekarang lebih baik kamu mandi dulu, habis itu makan.""Nggak kebalik, Bang? Bukannya lebih enak makan dulu baru mandi? Nanti kalau Nissa masuk angin, gimana?"Raid mengulas senyum manisnya, lalu membelai rambut panjang Nissa yang tampak acak-acakan, tapi tetap memesona di matanya. Malahan menggoda. Membuat Raid ingin mengulangi pergumulan manis mereka semalam kalau saja tidak kasihan pada istrinya ini."Tid