*Happy Reading*
Ucapan Nissa membuat Dita meradang, bisa-bisanya wanita pelakor itu mengatainya sebagai gundik. Dita langsung memegang lengan Abyan mencari pembelaan.Nissa yang sudah benar-benar muak menghadapi manusia setengah siluman itu akhirnya memilih untuk pergi dari hadapan Abyan. Mau dia menjelaskan sampai mulut berbusa pun percuma saja, pria itu tidak akan percaya padanya."Kamu keterlaluan, Nis. Minta maaf sekarang!" kata Abyan memaksa. Namun, Nissa tidak peduli, semua ini bukan salahnya."Kamu lebih milih belain dia daripada dengerin penjelasanku? Terserah kamu ajalah!" kata Nissa kesal dan memilih pergi seraya mengusap pipinya yang perih bekas tamparan Abyan tadi.Nissa masih tidak menyangka kalau pria itu bisa berbuat kasar padanya. Hanya karena salah paham, pria itu rela melayangkan tamparan keras ke pipinya, tak tanggung-tanggung sampai dua kali.Abyan keterlaluan. Kenapa dia harus dipertemukan dengan pria kejam sepertinya. Apakah sang ayah mau Nissa mati muda di tangan pria itu?Usai kepergian Nissa dari hadapannya, Abyan segera beralih pada Dita yang berada di sampingnya. Pacarnya itu mulai menampakkan ekspresi terluka karena perseteruannya dengan Nissa tadi."Kamu gak apa-apa, Dit? Mana yang sakit?" tanya Abyan seraya memegang kedua pundak pacarnya.Dita menggeleng, dia menatap Abyan dengan ekspresi menyedihkan seolah telah diperlakukan dengan semena-mena oleh Nissa. "Aku gak apa-apa, cuma lututku sakit banget tadi, dia dorong aku keras banget."Abyan mendengkus kesal karena pacarnya sudah disakiti oleh Nissa. Lebih dari itu, Nissa juga tidak mau patuh dan minta maaf. Calon istri macam apa itu? Bisa-bisanya orang tuanya menjodohkannya dengan gadis pembangkang macam Nissa. Lihat saja, kalau mereka sudah menikah. Habis Nissa ditangan Abyan."Ayo masuk ke ruangan aku, yuk." Abyan mengajak Dita untuk pergi ke ruangannya, gadis kurang bahan tapi seksi di mata Abyan itu pun menurut. Tidak enak juga menjadi pusat perhatian banyak orang.Saat mereka hendak pergi, bisik-bisik orang dalam ruangan itu mulai terdengar. Tak sedikit dari mereka menghujat Abyan karena lebih membela perempuan kurang bahan seperti Dita. Padahal jelas-jelas Nissa yang kena solimi."Duh, kasian banget, ya, mbak-mbak berhijab tadi. Udah mah jadi korban, dituduh pula.""Yang cewek gak tau diri. Sok-sokan tersakiti. Yang cowok gak punya mata sama otak!""Pasangan hobi playing victim."Serangkaian hujatan itu masuk ke telinga Abyan, membuat kupingnya seketika terasa panas. Memangnya salah kalau dia menyalahkan Nissa? Lagipula gadis itu yang mulai duluan.Mengabaikan hujatan dari setiap orang yang dilewatinya, Abyan dan Dita terus memacu langkah menuju ruangannya. Semakin mereka berjalan, semakin terdengar pula bisik-bisik tersebut."Yang, mereka kok jahat banget, sih, bicarain kita di belakang." Dita mulai terganggu dengan ocehan orang-orang di sekelilingnya. Mereka semua menghujat Dita karena sudah bersikap kasar pada Nissa.Dia kan cuma mempertahankan diri saja karena tidak mau kalah dengan pelakor, tapi gadis itu malah ngaku-ngaku sebagai calon istrinya Abyan. Apa tidak berang Dita dibuatnya?Dia bahkan masih tidak percaya bahwa Abyan akan menikah dengan gadis itu. Apakah selama ini Abyan main-main dengannya? Tidak, kalaupun Abyan benar-benar akan menikah dengan Nissa, tidak mungkin dia sampai menampar Nissa sebanyak dua kali, kan?"Gak usah didengerin. Kamu istirahat aja, ya. Nanti juga mereka berhenti sendiri," kata Abyan yakin setelah keduanya sudah tiba di ruangannya.Dengan telaten dan mesra, Abyan membantu mengobati sikut Dita yang terluka. Sambil bercanda gurau layaknya sepasang kekasih. Mereka berhenti berbincang ketika mendengar pintu ruangan Abyan diketuk,"Masuk," suruhnya singkat tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya pada Dita yang duduk di depannya.Pintu ruangan pun terbuka memperlihatkan seorang pria lain dengan kemeja biru yang dilapisi oleh jas serta dasi berwarna hitam."Maaf mengganggu, Pak." Lelaki itu mengulum bibirnya. "Bos meminta Anda datang ke ruangannya sekarang," katanya yang langsung mendapat tatapan heran dari Abyan. Kenapa tiba-tiba bosnya meminta untuk menemuinya?Abyan mengangkat kedua alisnya. Mengalihkan pandang pada wajah pria di depannya. "Ada apa? Kenapa bos mau bicara denganku?" tanggapnya singkat.Lelaki di depan Abyan itu menghela napas. Memajukan badannya, dan memandangi Abyan intens. "Itu ... orang-orang kantor tak berhenti menghujat Anda sehingga di luar terjadi keributan. Karena itu bos meminta Anda untuk menghadapnya."Kali ini dahi Abyan menciptakan kerutan samar. Ternyata keributan orang-orang itu berhasil memancing emosi sang bos juga. Mampus! Abyan sekarang harus menghadap bosnya karena kesalahan yang dia perbuat, tapi apa dia salah? Lagi pula Nissa yang duluan berulah.***"Masuk."Bos Abyan tampak sibuk membaca dokumen di depannya. Dia merasa terganggu dengan kedatangan Abyan yang tiba-tiba. Dia memang menyuruh Abyan untuk menemui di ruangannya karena huru-hara yang terjadi di kantor hari ini. Tetapi, apa harus secepat ini?"Maaf, Pak. Anda mencari saya?" tanya Abyan sesopan mungkin. Mendengar pertanyaan Abyan, bosnya itu menyimpan kembali dokumen di atas meja kemudian menatap Abyan dengan lirikan tajam.Abyan sedikit menelan ludah. Hari ini dia benar-benar sial, sebab Nissa sudah membuatnya berhadapan dengan sang atasan. Gadis itu pasti senang melihat Abyan menderita seperti ini."Iya, kamu tahu apa kesalahan kamu hari ini?" tanyanya yang mampu membuat Abyan mengerutkan dahi. "Di kantor sekarang sedang terjadi huru-hara yang disebabkan oleh kamu sendiri. Kenapa malah membuat keributan?" Kembali mendapat tatapan tajam dari sang atasan. "Beraninya kamu membuat keributan di perusahaan ini!"Sang atasan terlihat murka. Telak membuat Abyan bungkam sejenak seraya menelan saliva kelat. Itulah mengapa ia tak boleh gegabah dalam bicara, karena yang terjadi adalah ia sendiri yang bingung menjawab ucapan bosnya, tapi memangnya dia salah apa sih?"Saya tidak tahu apa yang terjadi, Pak. Tapi, saya merasa tidak salah. Perempuan itu yang memulai keributan," kata Abyan membela diri. Lagi pula, Abyan benar kan? Dia melihat dengan mata kepala sendiri kalau Nissa mendorong Dita sampai jatuh.Dia jelas tidak mau disalahkan. Lagipula, Abyan hanya menampar Nissa saja karena gadis itu ketahuan bersalah. Lalu, kenapa orang-orang malah menghujatnya? Bukankah seharusnya mereka menyalahkan Nissa karena sudah menyakiti Dita?"Saya tidak mau tahu, kamu yang harus bertanggung jawab. Selesaikan masalahmu dan akhiri keributan di kantor ini! Atau ... kamu tidak usah datang bekerja lagi selamanya!" kata atasannya telak, membuat Abyan ikut kesal karena disalahkan.Semua ini salah Nissa. Kalau saja dia tidak membuat keributan, tentu saja Abyan tidak akan ikut kena marah atasannya. Tapi, mau bagaimana lagi? Abyan sudah dihujat orang sekantor. Sekarang dia pun dimarahi oleh bosnya. Double apes sekali."Sekarang kamu keluar dari ruangan saya," kata sang bos final. Mengusir Abyan begitu saja setelah puas memberinya peringatan.Abyan mengangguk, dia pun engkang dari tempat tersebut. Saat keluar dari dalam ruangan sang atasan, semua orang menatapnya dengan lirikan sinis bahkan bisik-bisik orang pun terdengar di telinganya. Mereka menghujat Abyan karena telah berlaku kasar pada Nissa. Abyan mendengkus.Cukup sudah! Sepertinya Abyan memang harus mengecek sendiri untuk membuktikan siapa yang salah sebenarnya. Lihat saja! Tak akan Abyan lepaskan orang-orang yang sudah menghujat itu. Membungkam telak mulut mereka dengan bukti kongkrit!Abyan percaya dia tidak bersalah. Bahkan sebelum masuk ke ruang keamanan dan mengecek cctv, dadanya masih membusung tinggi."Coba putar rekaman saat terjadi keributan," pinta Abyan pada petugas keamanan di ruangan tersebut. Petugas itu dengan sigap melakukan apa yang Abyan suruh.Rekaman CCTV pun diputar. Jelas sekali di sana Dita yang menyulut api lebih dulu. Dia mengamuk bahkan menampar Nissa dua kali. Melihat hal itu Abyan sangat terkejut.Betapa malunya dia akhirnya. Ternyata, di sini memang Ditalah yang salah. Abyan telah membela pihak yang salah.Setelah puas melihat cctv. Abyan pun tak membuang waktu lagi dan bergegas kembali ke ruangannya. Dita menyambut dengan senyum manis kedatangan Abyan."Apa kata pak bos tadi?"Tanpa di duga. Abyan menghampiri gadis itu dengan cepat, dan langsung mencekik kuat leher Dita. Rahang Abyan mengeras, pertanda jika pria itu tengah murka sekarang."Sialan kamu, Dit! Gara-gara kamu aku hampir kehilangan pekerjaan di sini!" hardik Abyan marah.*Happy Reading*Dita yang di cekik Abyan berusaha memukul-mukul tangan pria itu yang kini membuatnya kesulitan bernapas. Dita masih tak mengerti kenapa Abyan bisa tiba-tiba marah begini padanya."Ab ... yhan ... lephas!" rontanya berusaha lepas. Namun, Abyan seperti sudah kesetanan dan malah memperkuat cekikannya. Wajah Dita seketika memucat dan megap-megap berusaha mencari udara. "Ab ... yhan ... tohlong. Akhu ... ghak ... bisha ... naphas! Ab ... yhan!"Beruntung Abyan tak benar-benar membuat gadis itu mati. Melihat Dita yang lemas dan dan sudah hampir membiru, pria itu pun melepaskan cekikannya. Namun, dengan cara kasar sampai Dita tersungkur ke lantai. Dita pun terbatuk-batuk sambil berusaha mengisi rongga dada dengan udara sebanyak-banyaknya."Abyan. Kamu kenapa, sih? Kok kamu tiba-tiba marah gini? Salahku apa?" tanya Dita disela batuknya Bukannya menjawab, tangan Abyan malah kembali mencengkram dagu Dita dengan kuat dan memaksa wajah gadis itu menghadap padanya. "Gak usah b
"Raid! Nissa diculik!"Pria bernetra hijau yang baru saja menghenyakan tubuh pada sofa di apartemennya, seketika tersentak kaget dan menegakan tubuh kembali saat mendengar seruan panik dari Naira di seberang telepon."Apa katamu?" tanyanya kemudian dengan suara tenang."Iya, Raid! Nissa diculik!" Naira kembali memberi info. "Tadi pas aku pulang. Aku kaget banget pintu Apartement terbuka. Saat masuk ternyata isinya sudah kacau sekali. Aku langsung memeriksa cctv. Di sana, aku lihat Nissa di bawa paksa dua laki-laki yang memakai topeng!" Cerita pun akhirnya mengalir dari Naira tanpa harus di perintah. Mata Raid langsung menajam mendengar cerita Naira. Tangannya tanpa sadar mengepal kuat dengan detak jantung yang mulai memburu. "Baiklah, aku mengerti. Kau segeralah tinggalkan apartement itu. Aku khawatir mereka masih di sekitar sana dan mengincarmu juga," titah Raid tegas. "Lalu Nissa?""Nissa biar jadi urusanku. Aku akan segera menyuruh orang mencarinya. Sekarang, kau lebih baik menc
Wajah Nissa tanpa pelindung kepala benar-benar sangat menarik minat semua preman di sana. Mereka semua sudah tak sabar ingin segera menyentuh dan bertukar peluh dengan gadis itu."Lepasin gue!" Nissa berteriak dan meronta lagi. "Lepasin gue!"Dia palingkan wajah lagi. Nissa sungguh merasa jijik dengan perlakuan pria-pria Hidung Belang itu, mengelus-elus wajahnya, dari dahi, pipi sampai bibir. Kurang ajar!Air mata Nissa menetes, ketika dengan lancang salah satu pria membuka paksa kancing depan baju tidur bergambar doraemon miliknya. Beruntung di dalamnya Nissa masih mengenakan tangtop meski bertali spagethi. Setidaknya, tangtop tersebut masih bisa melindungi dalamannya agar tak langsung terekspos.Tubuhnya semakin lemas, keringat dingin membasahi tubuh. Tangannya tidak bisa digerakkan sama sekali. Terlalu kuat ikatannya. Apa yang bisa Nissa lakukan? Sudah dia coba meronta untuk membuka ikatan di tangannya, namun sia-sia. Tangan justru semakin tergores sakit."Gue mohon, lepasin gue ..
"Bangsat! Siapa lo? Berani banget gangguin acara kami! Nyari mati lo?!" maki pria di kaki Nissa, yang sepertinya tak terima perbuatan Raid. Bukan hanya pria itu. Pria-pria lainnya pun akhirnya turut melepaskan tangan-tangan mereka dari Nissa. Melihat hal itu, Nissa segera beringsut ke pojok dan memeluk dirinya sendiri. Melindungi tubuh yang penutupnya terlanjur koyak.Kedua tangan Raid mengepal kuat melihat kondisi Nissa. Dadanya seolah akan meledak sebentar lagi karena gelegak amarah yang muncul cepat. Sialan!"Heh, bangsat! Siapa, lo!" Tak segera mendapatkan jawaban dari Raid. Salah satu pria itu bertanya kembali.Raid tidak segera menanggapi ocehan pria tersebut. Memilih berjalan santai ke arah onggokan sebuah kain, memungutnya dan mengibas-ngibaskannya demi menghilangkan debu yang menempel pada kain tersebut.Itu hijab Nissa, yang tadi di lemparkan seenaknya oleh para preman."Heh! Lo punya kuping, gak? Lo--""Ssstttt ...." sela Raid cepat, melirik para penjahat itu sambil menem
"Kita harus bicara!" Nissa terkesiap. Kala tiba-tiba saja Abyan datang dan menarik tangannya tanpa ijin. Nissa baru saja sampai di lobby perusahaan, kala Abyan muncul entah dari mana dengan wajah merah padam seolah tengah menahan emosi. "Lepaskan, Abyan!" Nissa tentu saja meronta."Ikut, atau kau bersedia dipermalukan di sini!" Peringatan Abyan sukses membungkam Nissa, hingga gadis itu akhirnya patuh dibawa Abyan keluar gedung kantor lagi dengan cara diseret.Bruk!Abyan mendorong tubuh Nissa kasar ke arah sofa, sesampainya mereka di ruangan pria itu."Kau--""Jadi begini kelakuanmu selama ini, Nissa!" sela Abyan cepat, seraya melemparkan sebuah map coklat ke hadapan Nissa. Membuat Nissa yang bersiap memprotes kelakuan Abyan menggantung di udara.Apa lagi kali ini ya Tuhan. Nissa mendesah berat di tempatnya. Sesungguhnya Nissa sudah lelah dengan drama yang selalu dibawa pria ini. Yang kemarin saja masih belum selesai, sekarang sudah ada lagi pertengkaran yang menanti mereka. Nissa m
*Happy Reading*Abyan pikir, setelah dia menunjukan photo-photo kebusukan Nissa pada sang Mama. Hal itu akan membuat wanita yang sudah melahirkannya ke dunia tersebut mengurungkan niat menjodohkannya dengan Nissa, wanita yang memang tak pernah Abyan inginkan. Akan tetapi ternyata Abyan salah. Sebanyak apa pun bukti yang ia perlihatkan, sang Mama tetap saja kukuh dengan keputusannya. Abyan sampai tak habis pikir di buatnya. Memang si Nissa itu punya apa, sih? Sampai-sampai mamanya sangat mengidolakannya seperti ini?"Mama tahu benar bagaimana Nissa, Byan. Jadi Mama gak akan mudah percaya pada photo-photo itu! Mama yakin semua itu hanya editan!""Photo itu nyata, Mah!""Kalau begitu Nissa pasti sedang dijebak!"Astaga! Abyan pun menjambak rambutnya sendiri dengan kesal menghadapi sikap keras kepala sang Mama. Harus bagaimana lagi Abyan menyadarkan Mamanya?!"Mah, Nissa itu bukan artis! Dia juga bukan orang kaya. Intinya dia bukan siapa-siapa. Jadi, tidak mungkin ada orang yang ingin men
*Happy Reading*"Astagfirullahaladzim ...." Nissa mengusap wajahnya penuh sesal saat sebuah kesadaran menghampiri. Keputusasaan hampir membuatnya khilaf. 'Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.' (An Nisa ayat 29). Islam tidak memperbolehkan dan melarang tindakan bunuh diri, karena hidup dan mati adalah urusan Allah SWT. Mukmin hendaknya paham bahwa kehidupan di dunia hanyalah berisi ujian dan cobaan yang sementara. Di mana Allah SWT terkadang mengeraskan ujian dan cobaan bagi seseorang untuk mengetahui sejauh mana batas kesabaran dan keimanannya.Dijelaskan lebih lanjut, sebagai seorang muslim sepatutnya bersabar dan banyak beribadah apabila dilanda masalah serta cobaan, bukan malah memilih untuk mengakhiri hidup.Selain surah An Nisa ayat 29 di atas yang menjadi dalil larangan bunuh diri, Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits terkait hukum bunuh diri ini. "Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari
*Happy Reading*"Jadi simpanan Bapak?" Nissa mengulang tawaran Pak Agung sambil menelengkan kepala."Iya, Nissa jadilah simpanan saya." Pak Agung mengangguk yakin. "Saya jamin gosip ini akan segera hilang dan kamu bisa bekerja dengan tenang lagi. Selain itu, hidup kamu pun akan semakin terjamin. Karena saya bisa memberikan apa pun yang kamu mau. Rumah, mobil, tas mahal, dan plesiran ke mana pun yang kamu mau tiap bulan. Pokoknya apa pun yang kamu mau, saya bisa memberikannya. Bagaimana? Tawaran yang menarik, kan?" Pak Agung tersenyum lebar. Mungkin dia kira senyumnya itu manis di mataku. Padahal sangat memuakan. Aku sampai ingin meludahi wajahnya saking muaknya. Nissa tersenyum tipis menanggapinya. Sungguh tak habis pikir dengan otak pria tua, yang seumuran ayahnya ini. Apa dia tidak sadar kalau usianya sudah hampir renta? Bukannya memperbanyak pahala malah nambah dosa."Bagaimana, Nissa? Daripada kamu jadi pengangguran dan tidak ada yang menafkahi lahir batin, kan?" Alis pria tua i
"Sayang, hari ini Abang ada urusan di knightsbridge. Kamu mau ikut nggak?""Di mana itu, Bang? Jauh nggak dari sini?""Knightsbridge terletak di jantung kota London yang modis, menggabungkan jalur Hyde Park yang dilalui kuda, kedutaan besar Belgravia, museum Kensington, dan kediaman seniman Chelsea. Saat ini, lingkungan itu dipenuhi dengan berbagai toko, restoran, townhouse bersejarah kelas dunia, dan merupakan rumah bagi dua properti Jumeirah . Di sana, kita juga bisa melihat sejarah Knightsbridge dan bagaimana ia bisa mempertahankan reputasi yang dimilikinya saat ini." Raid menjelaskan dengan sabar dan panjang lebar. "Nggak tahu ah, Bang. Nggak ngerti juga. Udahlah, Abang aja yang pergi. Nissa lagi mager," sahut Nissa kemudian dengan malas. Raid mengerutkan keningnya bingung. Beberapa hari ini entah kenapa Nissa memang berubah jadi pemalas. Tak seperti biasanya yang selalu antusias jika di ajak ke tempat baru. Apa mungkin Nissa sudah bosan tinggal di sini? Akan tetapi, mereka baru
Sebenarnya enggan sekali untuk Nissa menerima tawaran Naira pergi ke London. Bukan hanya karena dia tidak suka naik pesawat, tapi juga karena malas ketemu Nichole. Gimana ya, jelasinnya? Semua orang memang bilang Nichole itu sudah berubah. Tetapi sebagai sesama wanita, jelas Nissa tahu dan bisa merasakan kalau sebenarnya Nichole itu belum menyerah tentang perasaannya pada Raid. Wanita itu masih mendamba Raid meski tidak terang-terangan seperti dulu. Di depan Naira dan suaminya, Nichole memang akan bersikap biasa saja dan seolah acuh pada keberadaan Raid. Tetapi Nissa tahu betul, kadang dia masih mencuri pandang pada Raid, dan mencoba mendekati pria-nya dengan gaya halus.Ah, pokoknya Nissa tidak suka sama Nichole!"Sayang, kita nggak akan lama, kok. Hanya mengantarkan Naira saja ke rumah mertuanya.""Abis itu langsung pulang, ya?""Uhm ... tinggal dulu beberapa hari, ya? Soalnya Abang juga ingin menengok Damien dan juga harus mengecek usaha Abang yang ada di sini. Kita juga bisa sek
Raid mengulas senyum manis sambil menatap Nissa yang terlelap paska percintaan panas mereka. Panas dan menegangkan seperti permintaan wanita itu. Sungguh, Raid selalu dibuat kagum setiap kali bercinta dengan Nissa. Wanita itu banyak kejutan. Gadis alim itu sudah tidak ada. Wanita polos, cengeng, dan menyusahkan itu sudah sirna. Berubah menjadi wanita dewasa yang mengagumkan.Ia adalah Anissa fatih Zhakia. Wanita lemah yang awalnya tak pernah Raid inginkan dan terus ia hindari. Merepotkan! Beban! Titel itu sering Raid sematkan pada Nissa. Apalagi jika Nissa sudah mulai menunjukan sifat cengengnya. Rasanya ingin Raid cekik saja lehernya agar berhenti menangis selamanya. Namun, siapa sangka? Gadis yang awalnya tak pernah Raid inginkan ini justru mampu mencuri hatinya. Membuat seorang Raid bertekuk lutut hingga rela menyerahkan seluruh hidupnya hanya untuk seorang Nissa yang cengeng. Terlebih setelah berhasil memiliki Nissa seutuhnya, Raid dibuat tergila-gila. Jatuh cinta setiap hari da
Setelah urusan ngisi perut kelar, maka waktunya ... tidur. Eh, ya enggak, dong! Itu mah kaum rebahan yang makin menggemoy kayak Amih. Kalau Nissa sama Raid mah, abis makan mereka belanja. Soalnya, inget kan, kalau mereka perginya tadi dadakan dan tanpa tujuan. Jadi ya mereka nggak ada persiapan apa pun sebelumnya. Bahkan baju saja, mereka hanya bawa beberapa lembar. Raid membawa Nissa ke salah satu pusat pembelanjaan yang ada di sana. Membeli keperluan yang dibutuhkan sekaligus jalan-jalan cuci mata. Ya, anggap aja ng'date setelah nikah."Abang, cukup! Ngapain sih beli sebanyak ini? Abang mau buka toko atau gimana?" tegur Nissa saat melihat Raid memasukan banyak sekali barang. Bukan barangnya yang membuat Nissa keberatan, tapi jumlahnya. Masalahnya, Raid beli satu jenis barang dalam jumlah besar. Padahal, mereka di sana hanya akan liburan, bukan menetap. Tetapi Raid belanja seolah mereka akan lama saja. "Nggak papa, sayang. Abang sanggup kok bayarnya.""Ck, ini bukan masalah sanggu
Brak!Nissa terkesiap kaget saat tiba-tiba saja Nita menggebrak meja. Wajahnya merah padam menatap Raid. Pasti dia sangat marah sekali saat ini. Tentu saja, ucapan Raid barusan memang terlalu kejam. Bahkan Nissa yang mendengarnya saja merasa sakit hati barusan. Ah, suaminya ini kalau sudah mode julid memang tak kaleng-kaleng. Akibat ulah Nita barusan. Kini, mereka jadi pusat perhatian di tempat makan tersebut. "Kurang ajar!" sentaknya keras. "Berani sekali kamu menghinaku seperti itu. Apa kamu tidak tahu siapa aku?!""Tahu, kok. Kamu sampah, kan?" Raid tak gentar sama sekali. Berucap santai sambil sebelah tangannya mengusap lembut punggung Nissa demi menenangkan kekagetan yang sempat dirasakan. "Diam!""Ah, atau kau lebih suka ku panggil jalang?""Kurang ajar!"Grep!"Akh!"Nita yang murka pun berniat melayangkan tangannya. Namun, dengan cepat Raid tahan dan gantian mencekal tangannya hingga wanita itu meringis kesakitan. "Bang?" Tahu keadaan sudah tak kondusif. Nissa pun mencoba
"Papa?" beo Nissa refleks. "Iya, Papa kamu. Bule tadi. Itu papa kamu, kan?"Dilihat dari mana, ya ampun! Jelas-jelas wajah Raid bule banget, sementara Nissa sendiri khas asia. Nah, kok, bisa wanita ini menyangka Nissa dan Raid adalah anak dan ayah. Katarak atau gimana?Atau ... ah, jangan-jangan memang itu akal-akalan si Mbak calon valakor ini agar bisa dekat dan kenalan dengan Raid. Baiklah kalau begitu. Jika memang dia ingin kenalan dengan Raid, maka dengan senang hati Nissa kabulkan. "Apa bagusnya sih Mbak dapet nomornya doang. Lebih enak kenalan langsung, kan?" tawar Nissa kemudian. "Eh, emang boleh?" Si wanita tadi mengerjap tak percaya dengan tawaran Nissa. 'Calon anak tirinya baik hati sekali!' Mungkin itulah yang saat ini ada dalam pikirannya."Boleh, kok." Nissa menjawab ramah. "Ayo, ikut saya."Wanita itu pun mengekori Nissa dengan senyum sumringah dan mata berkilat bahagia. Hatinya dag dig dug parah ketika jalan untuk mendekati Raid di buat selancar mungkin oleh calon a
"Wah! Ini tempat siapa, Bang?" Nissa berseru takjub ketika akhirnya mobil yang mereka kendarai masuk ke sebuah pekarangan luas di depan sebuah bangunan yang menarik hati. Bukan bangunan itu yang membuat Nissa terpesona sebenarnya, tapi pekarangan asri dan sekitarnya yang sungguh memanjakan mata. Adem!"Tempat kita." Raid menjawab seadanya."Punya abang?""Punya kita."Nissa tak bertanya lagi. Sejatinya dia tahu, jika Raid berkata 'punya kita' itu berarti adalah milik Raid. Sementara jika Raid berkata punya Nissa. Maka itu berarti hak milik ada pada Nissa. Percayalah, Raid itu tipe pria yang masih menjunjung tinggi istilah 'milik suami, milik istri. Milik istri, ya milik istri'. Jadi, jelaskan kalau hunian asri di depan itu milik siapa?"Rumahnya bagus banget, Bang!" Nissa berlarian seperti anak kecil saat memasuki rumah tersebut. Bangunan yang tak begitu luas, tapi juga tidak bisa dibilang sederhana. Pas lah untuk ukuran Villa yang hanya akan mereka tinggali. Rumah tersebut juga s
Raid tersenyum manis menatap sang istri yang tengah terlelap. Disibakkannya rambut yang menjuntai menghalangi wajah cantik istrinya. Lalu satu kecupan panjang Raid berikan di sisi kepala wanita yang sudah mencuri hatinya tersebut.Nissa tak bergeming. Benar-benar tak terganggu sama sekali dengan perbuatan Raid barusan. Begitulah Nissa, kalau sudah tidur memang seperti mayat. Tak terganggu oleh apa pun. Itulah kenapa, dulu saat Raid masih suka iseng mencuri ciuman dibibir semerah cerry-nya. Nissa tak menyadarinya sedikit pun. Pernah satu kali hampir ketahuan, pas awal melakukannya. Beruntung Raid sudah terlatih dalam hal bersembunyi. Ajaib memang Nissa ini. Sepulas apa pun tidurnya, dia akan terbangun jika jam sudah menunjukan pukul tiga pagi. Meski tanpa alarm. Tetapi memang Nissa pasti akan terbangun jam sekian. Seolah punya alarm tubuh sendiri. Raid mengetahui hal itu setelah memantau Nissa diam-diam lewat cctv.Raid bahkan hafal betul apa yang akan Nissa kerjakan di jam segitu. Se
#WARNING!! ZONA KHUSUS DEWASA! YANG MASIH DIBAWAH UMUR MENYINGKIR DULU! KALAU PERLU TUNJUKAN KTP KALIAN DI KOLOM KOMENTAR##*Happy Reading*Sebenarnya Nissa masih penasaran akan penjelasan Raid tentang Abyan yang ternyata 'letoy'. Masih ingin mendengar secara detail lagi. Sungguh suaminya ini ternyata luar biasa. Apa daya, perut tak bisa di ajak kompromi. Di tengah-tengah obrolan mereka. Dia malah berbunyi nyaring. Tanda cacing di dalam tengah demo minta diberi asupan energi. Akhirnya Nissa pun terpaksa mengakhiri obrolan seru mereka."Sudah, sudah. Kita lanjut ngobrol lagi nanti. Sekarang lebih baik kamu mandi dulu, habis itu makan.""Nggak kebalik, Bang? Bukannya lebih enak makan dulu baru mandi? Nanti kalau Nissa masuk angin, gimana?"Raid mengulas senyum manisnya, lalu membelai rambut panjang Nissa yang tampak acak-acakan, tapi tetap memesona di matanya. Malahan menggoda. Membuat Raid ingin mengulangi pergumulan manis mereka semalam kalau saja tidak kasihan pada istrinya ini."Tid