"Pak, istri Bapak sudah meninggal sebelum datang ke sini. Tadi saya memeriksa Ibu ini sudah tidak bernyawa karena kehilangan banyak darah," jawab Dokter.Roni merasa sangat bersalah. Kepalanya sakit seperti tersambar petir. Ia tidak mau dikatakan sebagai seorang pembunuh."La-lalu bagaimana janin yang dikandung, Dok?" tanya Roni terbatas."Janinnya pun juga tidak bernyawa. Karena sabetan pisau bahkan janinnya juga sudah terbelah. Kami akan membersihkan semuanya. Tetapi Bapak silakan urus administrasinya dulu. Nanti kalau sudah selesai jenazah bisa dibawa pulang," jawab Dokter.Roni menjadi lemas. Di tangannya sendiri, istri dan calon anaknya meninggal. Ia kemudian tidak bisa berkata-kata lagi. Bahkan untuk berdiri saja tidak sanggup. Ia hanya memandangi kain putih yang menutupi jenazah Laila.Padahal baru saja mereka akan memperbaiki hubungan. Tetapi kini Laila sudah meninggal. Bahkan di tangannya sendiri Laila kehilangan nyawa.Roni tak sanggup untuk melakukan apapun. Kemudian tetang
"Tetapi apapun yang terjadi tidak akan mengubah apapun, Ron. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu ini!" tutur Karno."Sudah Ibu bilang, kan? Usir Perem ular itu. Malah kamu bawa dia pergi cari kontrakan baru. Kalau seperti ini jadinya siapa yang menyesal kalau bukan kami sendiri," cibir Sarni."Ibu jangan menambah suasana menjadi panas! Ini semua diluar kendali kita. Mungkin besok atau setelah penyidikan kasus kamu selesai, barang-barang mu di rumah kontrakan itu akan Bapak bawa pulang. Kamu yang sabar menjalani hukuman ini. Bapak sama Ibu pamit dulu," pamit Karno. Roni bersalaman dengan kedua orangtuanya. Bukti sudah didapatkan oleh polisi. Karno segera ke rumah sakit untuk mengurus pemulangan jenazah Laila.*Di rumah Mosa pukul 8 malam.Suasana di rumah Mosa sudah hening. Mina dan Arka sudah memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat. Tetapi Mosa dan Andre memilih untuk menonton televisi. "Mosa, kamu mau makan apa?" tanya Andre."Aku masih kenyang nih. Kamu mau ma
Suasana berubah menjadi riuh. Semua membicarakan tentang Mosa, bahkan teman-teman guru pun juga ikut membicarakan Mosa. "Saya mohon untuk semua setelah ini tidak ada kesalahpahaman lagi. Bu Mosa ini sudah sah menjadi seorang istri. Jadi saya pribadi sebagai mertua dari Bu Mosa meminta maaf jika ada kesalahpahaman sebelum ini," tutur kepala sekolah.Semua tidak menyangka jika Mosa menjadi menantu dari kepala sekolah yang selama ini disegani oleh semua warga sekolah.Setelah upacara selesai, acara dilanjutkan dengan bersalaman kepada Mosa untuk memberikan selamat. Siswi yang tadinya curiga dengan Mosa kemudian meminta maaf karena sudah salah sangka.Tetapi Mosa justru meminta maaf karena adanya salah paham, tidak segera mengumumkan pernikahannya. Di ruang guru, Mosa mendapatkan banyak pujian serta ucapan selamat dari teman sesama guru."Aduh, Bu Mosa ini tiba-tiba menikah sama anak kepala sekolah," goda salah satu guru perempuan. "Mungkin sudah jodoh kali ya? Kalau yang tidak berjodo
"Maaf, Bu. Kedatangan kami kemari memang untuk berbela sungkawa. Saat pernikahan Roni waktu itu saya juga datang. Saya turut sedih mendengar semua ini. Apalagi istri Roni yanh sedang mengandung," sahut Andre."Nggak usah banyak bicara kamu! Kamu itu laki-laki yang tidak punya hati sama teman. Teman macam apa kamu, teman yang mengambil pasangan temannya," cibir Sarni."Maaf, Bu. Mosa dan Roni sudah resmi bercerai. Bahkan sebelum menikah dengan Mosa, saya juga sudah pernah bertanya apakah dia mau kembali dengan Roni, dia pun menjawab tidak. Kami memang menikah karena suka sama suka, Bu. Tidak ada yang merebut dan terebut. Jadi tolong jangan rendahnya Mosa seperti itu, karena saya tidak rela. Karena istri saya sudah ibu siram dengan teh seperti itu membuat hati saya perih. Dan kami akan pamit sekarang juga," sahut Andre.Sebelumnya Karno sudah memberikan informasi dimana Roni ditahan agar Andre bisa bertemu dengan Roni keesokan harinya.Esok harinya, Andre dan Mosa mendatangi dimana Roni
Mosa menoleh, lalu mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu?''"Iya, bulan madu. Kamu mau kemana gitu berdua sama aku," sahut Andre santai sambil masih menatap layar televisi.Mosa masih menatap wajah suaminya. Lalu Andre pun menoleh. "Bagaimana?""Kamu serius?" tanya Mosa meyakinkan."Ya seriuslah. Kalau nggak serius kenapa aku bertanya, Mosa," jawab Andre.Mosa tersenyum lalu menunduk. Ia merasa tersipu dengan pernyataan Andre barusan."Jadi bagaimana?" Andre kembali bertanya."Entah. Aku masih bingung."Andre tahu jika istrinya merasa malu. "Kamu jangan malu sama aku! Kita ini sudah menjadi suami istri, loh. Jadi kalau bisa kita harus selalu terbuka apa adanya. Jangan ada yang ditutupi. Kita akan hidup berdampingan selamanya. Jadi kita harus selalu terbuka. Aku ingin mengajak kamu berbulan madu, Mosa. Tetapi mau kemananya terserah kamu," sahut Andre. "Jujur aku nggak pernah kepikiran untuk berbulan madu, Dre. Aku memang malu dan bingung," balas Mosa."Oke. Nanti aku yang berikan kamu
Mosa kemudian duduk bersebelahan dengan Andre. Memandang gunung dengan matahari yang hangat. Bersama Andre sangat nyaman baginya. Apalagi Andre merangkul Mosa dengan sangat mesra."Terima kasih ya, Dre. Kamu memang laki-laki yang aku idamkan," tutur Mosa."Sama-sama, Mosa. Aku juga ingin menjadi pendamping kamu. Aku bahagia bisa memiliki kamu seutuhnya," balas Andre.Pagi itu mereka habiskan bersama dengan berdua. Andre juga sudah menyiapkan sarapan di kamar hotelnya. Beberapa saat kemudian pesanan Andre pun tiba. Santapan istimewa sudah disiapkan oleh petugas hotel dengan dekorasi yang cantik. Mosa kembali terkesima. Setelah petugas hotel meninggalkan kamar mereka. Andre menyiapkan kursi untuk Mosa. Ia membimbing Mosa untuk duduk dan Andre pun duduk di samping Mosa."Kamu menyiapkan ini semua, Dre?" tanya Mosa."Untuk kamu, Mosa," sahut Andre.Mosa kemudian merangkul lengan Andre. Lalu mengecup pipi Andre. Andre pun membalas kecupan Mosa di pipi.Mereka menikmati sarapan bersama saa
"Sudah! Kamu ikuti saja gerakan ku nanti, kamu cukup berdiam saja! Lagipula tidak ada yang akan melihat kita, karena semua fokus sama dirinya masing-masing. Coba kamu lihat semua yang ada di sini!" tutur Andre.Mosa memandang semua yang ada di sana. "Tapi aku ragu.""Kenapa ragu? Kamu sedang bersama suami kamu lo, Mosa," ucap Andre meyakinkan."Ya sudah. Aku mau. Tapi pelan-pelan saja, ya!" pinta Mosa.Andre mengajak Mosa untuk lebih dekat dengan orang-orang yang ada di sana. Andre mulai mengarahkan Mosa untuk meletakkan tangan di bahu dan pinggang Andre. Gerakan mereka mulai pelan. Mosa hanya mengikuti kemana Andre bergerak. Meskipun sedikit kaku, tetapi Mosa cukup tanggap dengan gerakan Andre. Mosa pun bisa mengimbanginya.Mosa tidak menyangka jika Andre lihai dalam berdansa. Bahkan Mosa yang sebelumnya tidak pernah berdansa pun dibimbingnya."Kamu cantik, Mosa," puji Andre di tengah berdansa.Mosa hanya tersenyum tipis sembari masih fokus mengikuti gerakan Andre. Setelah musik bera
Esok harinya, Andre sudah terlebih dahulu bangun. Ia sengaja tidak membangunkan istrinya yang masih terlelap. Ia menyiapkan sesuatu untuk Mosa.Saat adzan subuh berkumandang, Mosa terbangun. Ia melihat Andre sedang sibuk. Dengan mengucek mata, Mosa bangkit dan melihat Andre."Dre, kamu ngapain?" tanya Mosa."Aku sedang menunggu kamu bangun. Karena pagi ini kita akan menuju sebuah tempat. Jadi kamu siap-siap saja, ya! Tapi jangan mandi dulu. Kita mandi bareng, oke?" jawab Andre.Mosa memicingkan matanya. Lalu tersenyum. Ia tahu maksud dari ucapan suaminya itu. Mosa masih ingin merebahkan dirinya. Membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Andre. Kejutan apalagi yang akan diberikan kepadanya sembari menunggu Andre menyelesaikan sesuatu. "Yuk, Mosa! Aku sudah selesai," ajak Andre.Mosa pun bangkit lagi dan menepi ke tepi ranjang. Saat akan mengambil sandal Andre mengangkat dirinya. "Ah, aku jalan saja, Dre!" pinta Mosa."Aku mau menggendong kamu, nih. Sudah kamu nurut saja, ya!" sahut A