Esok harinya, Andre sudah terlebih dahulu bangun. Ia sengaja tidak membangunkan istrinya yang masih terlelap. Ia menyiapkan sesuatu untuk Mosa.Saat adzan subuh berkumandang, Mosa terbangun. Ia melihat Andre sedang sibuk. Dengan mengucek mata, Mosa bangkit dan melihat Andre."Dre, kamu ngapain?" tanya Mosa."Aku sedang menunggu kamu bangun. Karena pagi ini kita akan menuju sebuah tempat. Jadi kamu siap-siap saja, ya! Tapi jangan mandi dulu. Kita mandi bareng, oke?" jawab Andre.Mosa memicingkan matanya. Lalu tersenyum. Ia tahu maksud dari ucapan suaminya itu. Mosa masih ingin merebahkan dirinya. Membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Andre. Kejutan apalagi yang akan diberikan kepadanya sembari menunggu Andre menyelesaikan sesuatu. "Yuk, Mosa! Aku sudah selesai," ajak Andre.Mosa pun bangkit lagi dan menepi ke tepi ranjang. Saat akan mengambil sandal Andre mengangkat dirinya. "Ah, aku jalan saja, Dre!" pinta Mosa."Aku mau menggendong kamu, nih. Sudah kamu nurut saja, ya!" sahut A
"Iya. Namanya juga umur, Mosa. Kita tidak tahu kapan, dimana dan bagaimana. Yang jelas aku berusaha untuk menjadi suami yang baik untuk mu. Kamu jangan sedih! Sekarang kita kan lagi bulan madu. Hari ini kegiatan kita hanya di sini saja, ya! Karena setelah ini aku ingin menghabiskan waktu berdua sama kamu di kamar saja," balas Andre, lalu memeluk Mosa."Iya, Dre. Aku sebenarnya masih kasihan sama istrinya Roni. Dia bisa meninggal di tangan Roni. Meskipun tidak sengaja tetapi kan buktinya memang Roni membunuh istrinya sendiri,'' sahut Mosa."Nah, itu tadi yang aku bilang, Mosa. Kita tidak tahu kapan, dimana dan bagaimana akhir hanya kita nantinya. Tetapi aku harap kita bisa bersama-sama dalam waktu yang lama. Aku ingin menghabiskan waktuku bersama kamu selamanya. Oh ya, kamu mau tinggal dimana setelah ini? Mau kontrak atau bagaimana? Jujur, memang aku belum punya rumah meskipun pekerjaanku mendesain rumah orang tapi aku sendiri belum punya rumah," tanya Andre."Em, enaknya bagaimana? Ak
"Kamu siapa?" tanya Roni. Ia tidak mengenal dengan siapa sosok laki-laki yang masih muda itu datang menemui dirinya."Perkenalkan, saya Hendra. Saya adalah seorang pengacara. Saya datang kemari untuk membantu masalah Anda agar bisa mempercepat proses peradilan Anda," ucap Hendra sembari bersalaman dengan Roni.Roni masih bingung. "Siapa yang menyuruh Anda ke sini? Saya tidak mengenal Anda.""Saya yang datang ke sini. Saya yang ingin menemui Anda tanpa ada yang menyuruh. Jadi saya kenal dengan Andre. Dia sebenarnya dulu adalah teman saya ketika masih kuliah. Tetapi saya kemudian pindah. Saya sudah dendam dengannya sejak lama. Saya mengikuti perjalanan Anda dengan Andre. Tetapi saya ingin membantu Anda dulu untuk bebas. Saya ingin membantu Anda untuk mendapatkan Mosa kembali. Bagaimana?"Roni kembali berpikir. "Baiklah saya setuju. Tetapi bagaimana bisa saya keluar dari penjara sedangkan saya sudah menjadi tahanan?" tanyanya. "Memang Anda sementara harus ada di sini tapi tidak selama t
Sepulang Mosa dengan Andre dari bulan madu, mereka memutuskan untuk pindah tinggal ke rumah Andre. Sesampainya di sana memang ada rasa canggung Mosa terhadap ayah Andre yang sebagai kepala sekolah.Setelah selesai beberes, Ayah Andre sengaja mengajak Mosa untuk bicara empat mata selagi Andre keluar untuk membeli makanan."Mosa, kamu yang memutuskan untuk tinggal di sini secara bergantian?" tanya ayah Andre."Iya, Pak," jawab Mosa dengan menunduk."Mosa, kamu kan sudah menjadi menantu saya, jadi kamu harus terbiasa. Anggap saja saya adalah ayahmu sendiri! Jangan menganggap kepala sekolah terus! Kalau di sekolah ya seperti biasanya nggak apa-apa. Tapi kalau di rumah ya santai sajalah! Nanti kalau kamu kaku seperti itu membuat saya tidak tega kalau kamu tinggal di sini," sahut ayah Andre.Mosa mencerna perkataan mertuanya. Memang benar adanya. "Jadi kamu mulai sekarang panggil aku ayah kalau di rumah. Kalau di sekolah Pak tidak apa-apa. Tapi kalau kamu lebih nyaman panggil ayah di sekol
Satu tahun kemudian. Selama satu tahun ini, Mosa dan Andre selalu berpindah satu minggu sekali di rumah mertuanya. Mosa dan Andre menikmati menjadi pasangan suami istri. Tetapi hal yang dirasa Mosa ada yang beda. Karena ia belum juga dikaruniai seorang anak. Waktu satu tahun menunggu masih belum juga mendapatkan hasil. Meskipun orangtua dan mertua Mosa tidak pernah membicarakan itu, tetapi teman di sekolah dan juga tetangga sering bertanya itu dan membuat Mosa begitu tersiksa. Andre pun tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Yang terpenting baginya adalah kebersamaan dan kebahagiaan pernikahan. Bagi Mosa, perempuan mana yang tahan dengan pernyataan tentang momongan. Memang pernikahannya selama ini selalu bahagia. Ia juga tahu bagaimana perasaan Raisa yang menunggu momongan selama bertahun-tahun dan beberapa bulan yang lalu Mosa dan Andre juga datang saat kelahiran anak Raisa. Mosa begitu sabar di bibir, tetapi hatinya tidak seperti itu. Andre saat ini telah bekerja di sebuah peru
"Tunggu, Mosa!" teriak Roni.Tetapi Mosa tidak menoleh. Ia terus berjalan hingga ke parkiran agar tidak bertemu dengan Roni lagi. Tetapi Andre menghentikan langkah dan kemudian menunggu Roni."Untuk apa, Dre?" tanya Mosa."Sebentar!" sahut Andre. Roni sampai di hadapan Andre."Ron, kamu apa kabar?" tanya Andre."Eh, kamu teman yang busuk, ya, Dre. Kamu sudah menikmati tubuh Mosa ku yang cantik ini," sahut Roni. Andre menghela nafas. "Mosa sudah menjadi istriku, Ron. Aku harap kamu bisa menerima itu. Waktu kamu di penjara sudah bisa membuat kamu sadar jika aku dan Mosa sudah menikah. Dan semoga kamu bisa menemukan istri yang baru, Ron," sahut Andre lalu menepuk bahu Roni.Roni justru menarik dan mengibaskan tangan Andre. "Nggak usah sok peduli kamu! Aku nggak sudi lagi untuk berteman denganmu,'' dengusnya. "Ron, kamu sadarlah apa yang kamu lakukan! Jangan bertindak yang melewati batas! Kamu itu masih bisa mencari perempuan yang lebih baik dari sebelumnya. Tetapi tidak Mosa. Karena M
Andre bergeming. Apa yang diucapkan istrinya itu memang benar. "Ya sudah, sekarang kamu yang tenang dulu, ya! Kata dokter tadi kan kamu harus banyak bersabar," ucapnya."Oh ya, bagaimana tadi ke dokternya? Ibu jadi lupa mau bertanya karena cerita Roni," tanya Mina."Syukurlah tidak apa-apa, Bu. Kami sama-sama sehat, hanya saja memang Tuhan belum mengizinkan untuk kami memiliki momongan," jawab Andre."Ya sudah, syukurlah kalau begitu. Lebih baik kalian istirahat saja dulu! Kalian pasti lelah," tutur Mina.Mosa dan Andre menuju ke kamar. Mosa langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Memikirkan banyak sekali yang ada di hadapannya. Roni yang seperti gila membuat Mosa merasa takut akan diganggu oleh Roni. Terlebih Andre. Apalagi status Roni adalah mantan pembunuh. Dirinya takut akan mengancam keselamatan suaminya. Melihat Roni dengan tatapan kebencian saat melihat Andre membuat Mosa begitu khawatir. Beberapa kali Mosa menghela nafas kasar, dan hal itu disadari oleh Andre. Andre kemud
"Sekarang kamu tenang saja dulu, Mosa! Semua itu adalah di tangan Tuhan. Jadi kamu jangan terlampau khawatir! Takutnya apa yang kamu takutkan malah bisa terjadi," ucap Raisa sembari menepuk lengan Mosa."Kemarin Andre juga berkata seperti itu. Apa aku keterlaluan, ya?" tanya Mosa."Iya. Kamu bersikap seperti biasa saja! Kamu juga harus bisa tenang! Andre pasti bisa menjaga diri. Dan dia nggak mau kamu terlalu khawatir, jadi pikiranmu jangan aneh-aneh!" tutur Raisa."Iya. Terima kasih, Raisa. Nanti aku akan meminta maaf kepada Andre. Aku jadi merasa bersalah sama dia," sahut Mosa.Mereka pun kembali ke ruang guru untuk segera menyiapkan untuk mengajar.Sepulang dari sekolah, kebetulan hari ini Mosa dan Andre akan pulang ke rumah Andre. Andre sudah menunggu di ruang tunggu. Mosa menghampirinya. "Sudah datang, ya?" tanya Mosa santai, ia memberikan senyum kepada Andre.Andre membalas senyum. Perasaannya lega karena Mosa sudah bisa tersenyum. "Iya, sudah. Kita balik Sekarang?" tanyanya."
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel