"Baik, kita sudahi rapat kali ini. Saya tunggu laporan selanjutnya di minggu depan," ujar Davika disertai senyuman yang selalu terkembang di bibir ranumnya. Tak hanya parasnya yang cantik, Davika juga tipikal orang yang ramah terhadap siapa pun. Wanita berjilbab peach itu membereskan beberapa file dan laptop di ruang rapatnya. Di usia 35 tahun, ia mencapai puncak kejayaan kariernya. Wanita itu berhasil menghidupkan kembali butik fashion yang pernah dirintis kedua orangtuanya menjadi salah satu butik terbaik di beberapa kota di Jawa Barat dan Banten. Selain itu, ia juga menjadi salah satu distributor terbaik dari brand skincare B ERL Cosmetics dengan penjualan perbulan mencapai 6000-8.000 produk. Tak hanya itu, Davika juga menjadi salah satu selebgram yang sering dilirik beberapa brand ternama untuk menjadi brand ambassador produk-produknya."Bu, ada beberapa brand menghubungi manajer Ibu dan meminta Ibu menjadi model untuk mengiklankan produk-produknya di instagram. Bagaimana?" tanya
"Mulai hari ini jatuh talak dua padamu Davika Darmawan. Sudah kukatakan jangan pernah kamu berhubungan dengan keluargamu lagi, tapi kamu tak mau mendengarku! Kamu malah mengucapkan selamat atas kelahiran anak Kak Aldo! Kamu memang istri kurang ajar! Silakan pergi dari rumah ini!" Usiran dari Rafi bak petir yang menyambar tubuh Davika di siang bolong. Rafi menjatuhkan talak dua hanya karena istrinya membuat status instagram yang berisi ucapan selamat atas kelahiran putri kedua kakak kandungnya. Memang semenjak mereka memutuskan untuk rujuk, Rafi melarang keras Davika menghubungi keluarga besarnya. Laki-laki itu benar-benar memutuskan tali silaturahmi antara Davika dengan keluarganya.Perih! Sangat perih hati perempuan yang beberapa jam lalu masih bergelar istri dari seorang Rafi Rahmadani, seorang putra dari pengusaha ternama di kota tempat tinggal Davika. Seorang laki-laki yang sebenarnya masih terikat saudara jauh dengan Davika. Ya, Kakek Davika dan Rafi masih terikat saudara sepupu
Davika masuk ke dalam kamar dan membereskan barang-barang miliknya. Ia mulai menata pakaian-pakaiannya ke dalam koper besar berwarna abu. Tak lupa ia juga membereskan pakaian Keenan --putra semata wayangnya yang baru berusia 5 tahun--.Pikiran Davika mengawan ke mana-mana. Sekelebat memoar dua tahun lalu mulai bermunculan. Keluarga besar Davika menolak niatnya rujuk dengan Rafi. Memoar itu mulai menerobos masuk ke celah hatinya yang kini berlubang."Sampai mati pun Kakak enggak akan pernah setuju kamu rujuk dengan Rafi!" ucap Aldo penuh penekanan."Tante juga tidak setuju Vika! Buat apa kamu balik sama Rafi? Dia nggak pernah hargain kamu! Kamu lupa apa yang udah Rafi lakuin sama kamu?" Tante Nina --adik kandung Ibu Davika-- ikut melarangnya. Begitu pula dengan suami Nina dan beberapa sanak saudara lainnya. Semua menentang keputusan Davika."Kak, Tante, Om, tolong hargai keputusan Vika," pinta Davika setengah memelas."Mama juga tidak setuju Vika. Mama enggak rela! Mama enggak ridho ka
Davika menyeret dua buah koper keluar dari kamarnya sambil menggenggam tangan Keenan. Entah harus ke mana ia pergi sekarang. Sejujurnya, perempuan muda itu masih ragu jika harus pulang ke rumah ibunya. Namun, jika ia tidak kembali ke rumah itu, harus ke mana lagi kakinya melangkah?"Pa, andai Papa masih ada, mungkin Vika enggak akan segamang sekarang," gumamnya. Setitik air kembali lolos di pipi mulusnya. Ya, Ayah Davika telah pergi selama-lamanya meninggalkan kepedihan yang mendalam di hati perempuan itu. Tak hanya di hati Davika, kepedihan itu juga dirasakan oleh Aldo dan Irvan. Diaz--ayah Davika, Aldo, dan Irvan-- meninggal dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Lelaki paruh baya itu mengembuskan napas terakhirnya di dalam angkutan umum dalam perjalanan menuju rumah Aldo untuk menemui cucu pertamanya yang masih berusia dua tahun. Bukan karena kecelakaan, bukan pula karena terjatuh, beliau tiba-tiba tak sadarkan diri di kursi penumpang. Awalnya ia seperti tertidur di dalam angk
"Vika, Mama pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?""Kak Rafi talak aku, Ma, hanya karena Vika update status instagram ngucapin selamat atas kelahiran baby-nya Kak Aldo dan Kak Chika." Davika menangkupkan kedua tangannya di wajah. Sesungguhnya ia bukanlah wanita yang tegar. Wanita itu mulai sesenggukan. Ia tak habis pikir jika rumah tangganya akan kandas hanya karena status Instagram. Konyol sekali bukan? Susah payah ia mengorbankan segalanya untuk Rafi, tetapi lelaki itu justru dengan mudahnya membuang Davika untuk alasan yang sama sekali tak masuk akal."Dia talak kamu hanya karena itu? Harusnya dari dulu kamu dengerin Mama, Kakak kamu, dan Tante Nina. Apa Mama bilang? Rafi tuh enggak akan pernah berubah!" geram Erna. Wanita cantik yang tak lagi muda itu menahan amarah yang membakar dada. Sesak, sakit, perih melihat nasib anak gadis satu-satunya mendapat perlakuan tak adil dari menantu kurang ajarnya. Rasanya Rafi tak puas-puasnya mempermainkan hati anak gadisnya.“Vi
"Sini kamu!" Aldo menyeret lengan Davika dengan kasar. Bara amarah terpancar dari mata lelaki itu."Ngapain kamu pulang ke rumah? Setelah Rafi udah udah enggak butuh sama kamu, baru kamu inget sama keluarga gitu? Picik banget ya kamu, Vik. Urus aja urusan kamu sendiri! Enggak usah pulang-pulang lagi ke sini!" Ucapan Aldo terdengar keras dan kasar. Lelaki itu masih tak menerima jika Davika harus dimaafkan dengan begitu mudahnya setelah membuang keluarga hanya demi kembali bersama dengan Rafi. Adiknya itu perlu diberikan pelajaran supaya tak mengulang kesalahan yang sama."Kak, maafin Vika. Dulu Vika bener-bener bodoh meninggalkan kalian hanya untuk Kak Rafi. Kali ini aja tolong maafin Vika. Kalau Kakak usir Vika kayak gini, Vika harus ajak Keenan pergi ke mana lagi? Cuman kalian keluarga yang Vika miliki."Bulir air mata turun bersamaan dengan penyesalan Davika. Kakaknya memang benar, ia terlampau bodoh karena rela mening
Dengan sigap, Aldo kembali menggendong Davika ke pangkuannya. Ia memangku Davika dengan ala bridal style. Meski lelaki berlesung pipi itu berusaha untuk tidak peduli pada adiknya, tetap saja hati kecilnya berontak karena sesungguhnya Aldo sangat menyayangi adik-adiknya. Bahkan, saat keluarganya terpuruk Aldo rela jadi tulang punggung keluarga dengan merelakan studi S1-nya. Ia bekerja dalam sebuah proyek pembangunan jalan tol layang bersama Diaz, ayahnya, saat sang ayah belum dipanggil oleh yang Maha Kuasa.Aldo dan Erna langsung masuk ke dalam mobil milik Chika, istri Aldo, yang Aldo kendarai ke rumah sang ibu. Chika sendiri tidak ikut karena ia baru saja melahirkan putri kedua mereka secara caesar tiga hari yang lalu. Sepulang dari rumah sakit tempat Chika melahirkan, Aldo langsung pamit pada Chika untuk menemui Davika di rumah ibunya. Beruntungnya, Chika yang paham dengan hati suaminya langsung mengizinkan tanpa banyak bertanya.Aldo
“Kenapa Vika dirawat, Kak?” tanya Davika pada Aldo.“Harusnya Kakak yang nanya, kenapa kamu sampai kayak gini? Sebenernya apa yang udah dilakuin si berengsek Rafi sama kamu? Bisa-bisanya kamu sampai kekurangan gizi dan dirawat kayak gini!”Gemuruh di dada Aldo kembali memberontak. Lelaki itu lupa dengan janjinya pada Chika dan Erna yang akan bersikap lebih lembut pada Davika. Semua pertanyaan di kepalanya harus segera terjawabkan agar ia bisa memutuskan bagaimana sikapnya pada mantan adik iparnya nanti. Jika Rafi benar-benar bertindak di luar batas, sebagai Kakak Davika, tentu Aldo akan membuat perhitungan.“Aku cuman kecapaian aja, Kak,” sahut Davika seraya meminum air putih yang tersedia di meja kecil di samping ranjang rawatnya. Perut dan kepala wanita itu masih terasa nyeri.“Enggak usah bohong! Jelas-jelas dokter bilang kamu kekurangan gizi! Apa jangan-j
"Duduk,Vik." Devanno menatap istrinya yang baru saja masuk dan membuka pintu kamar. Davika langsung menghampiri Devanno dan terduduk di samping lelaki berhidung bangir itu sesuai dengan perintah imamnya. Dengan jantung yang bertalu, Devanno meraih kedua tangan wanitanya dan menatap Davika dalam. "Vik, thanks ya kamu udah mau jadi istriku."Devanno mengucapkan kalimat itu seraya mencium punggung tangan istrinya. "Kamu tahu, Vik, memilikimu adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah berikan untukku. Aku akan selalu memastikan tak ada air mata yang akan kamu keluarkan di dalam bahtera rumah tangga kita." Lagi, lelaki tampan berlesung pipi itu menyunggingkan senyuman secerah mentari pagi sehingga membuat ketampanannya naik berkali-kali lipat."Makasih juga buat kesabaranmu menanti hatiku terbuka untuk menerima kamu, Van," balas Davika seraya tersenyum tulus."Aku enggak keberatan nunggu kamu, Vik. Jauh di dalam sini selalu ada namamu dalam doaku." Devanno menunjuk ke dadanya seray
Bab 48 : Happy EndingPesta pernikahan itu berlangsung dengan sangat meriah. Pernikahan Davika dan Devanno dilangsungkan di sebuah gedung pernikahan terkenal daerah Bandung dengan mengusung konsep mewah dan elegan. Dekorasi utama gedung pernikahan tersebut menggunakan perpaduan warna gold dan hitam. Dari arah pintu masuk, para tamu undangan disuguhkan dengan foto-foto pre-wedding Davika dan Devanno dengan bermacam-macam pose jarak jauh tanpa bersentuhan. Walaupun tanpa bersentuhan, foto-foto itu tetap menarik perhatian dan memberikan kesan mendalam bagi orang yang melihatnya. Jika diamati, pose-pose itu menyiratkan bagaimana perjuangan Devanno memendam perasaan selama hampir lima tahun lamanya pada sosok Davika. Foto terakhir menampilkan remake pose saat Davika menerima lamaran Devanno di depan kantor La Moda.Saat memasuki aula utama, para tamu yang hadir disuguhkan dengan pemandangan dekorasi pernikahan yang memikat mata. Lampu gantung berwarna gold panjang menjuntai menghiasi lang
Bab 47 : Mengejar Restu Devanno mengantar Davika pulang selepas makan bersama. Lelaki berhidung mancung itu tersenyum semringah selama perjalanan mengantarkan Davika ke kediamannya yang berada di sebuah cluster mewah daerah Dago. Senyuman semanis gula-gula tercetak sempurna di bibir lelaki tampan itu. “Aku pulang dulu ya, Vik. Besok aku jemput lagi.” “Enggak usah, Van. Besok aku bisa naik go-car atau grabcar,” tolak Davika. Ia tidak mau bergantung atau menyusahkan Devanno.“Lho kok punya punya calon suami malah pengen naik ojek online.” Devanno mencebik.“Belom resmi, di restoran kan aku udah bilang kamu minta izin dulu ke orangtuamu dan minta izin pada mamaku dan Kak Aldo. Kalo udah dapet restu, baru deh beneran jadi calon suami.” Kalimat yang diucapkan Davika memang lembut dan tanpa tekanan. Akan tetapi rasanya langsung menohok Devanno. Perempuannya ini memang paling pintar mendebat apa pun yang diucapkan Devanno.“Iya-iya, secepatnya aku minta izin. Besok pun kalau kamu minta ak
Bab 46 : Berbuah Manis Tak mau berlama-lama, Davika langsung menyambar ponsel dan tasnya menuju lobi kantor La Moda. Ia penasaran dengan apa yang dikatakan Raissa tentang kedatangan Devanno. Bagaimana mungkin Devanno datang sebagai tunangannya? Dalam rangka apa? Kenapa ekspresi Raissa harus mengulum senyum seperti tadi? Berbagai pertanyaan menari-nari di kepala Davika.Wanita cantik bertubuh proporsional itu segera menekan lift menuju lantai dasar. Hari ini Davika terlihat lebih anggun dengan setelan outer blazer berbahan dasar katun tweed motif kotak-kotak berwarna dasar putih, cream, dan cokelat susu. Blazer itu dipadukan dengan rok slimfit berwarna cokelat tua berbahan dasar leather. Di kaki jenjangnya terpasang sepatu boots berwarna putih membuat penampilannya semakin terkesan berkelas. Wajah selebgram sekaligus owner butik La Moda itu tampil segar dengan konsep make up natural look. Wajah nge-glazed-nya dilapisi beberapa produk make up dari brand B Erl Cosmetics. Salah satu pro
Bab 45 : Aksi Percomblangan“Papi ….” Sejenak Rafi menggantungkan kalimatnya, terasa berat. Namun, apa boleh buat. Pada akhirnya Rafi memang telah kalah, kalah dari permintaan sederhana Keenan. Setitik air kembali terjatuh di pelupuk matanya. Baiklah asalkan Keenan mau kembali ke pelukannya, Rafi akan menghapus keinginannya untuk kembali merajut kasih dengan Davika. Setidaknya Rafi bisa memperbaiki hubungannya dengan Keenan dan menyelamatkan garis keturunan keluarga besarnya. Rafi menghidu napas beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Keenan.“Papi janji, Papi enggak akan ganggu Mami Keenan lagi.” Dengan hati yang patah, akhirnya Rafi melontarkan janjinya pada putra semata wayangnya. Janji yang sebaiknya tak Rafi ingkari, jika tak ingin berimbas pada kepercayaan Keenan padanya. Terasa sangat berat, tetapi rasanya sedikit melegakan. Karena buah dari janjinya, Keenan kembali bersikap manis padanya. “Keenan pegang janji Papi, ya. Keenan harap Papi akan menemukan kebahagiaan lain, m
Bab 44 : Kejujuran Keenan“Kangen?" Keenan tersenyum mengejek dan menggantung kalimatnya membuat udara yang Rafi hirup semakin terasa menyesakkan. “Rasa itu udah lama hilang semenjak Papi melupakan Keenan dan Mami sepuluh tahun lalu."Anak lelaki itu menatap ayahnya dalam. Kali ini tanpa air mata atau pun rasa sesak yang membelit dada. Keenan sudah berhasil melepaskan beban luka di pundaknya. Ia bisa dengan tegar memandang sang ayah tanpa rasa takut atau pun trauma. Keenan sudah bertekad untuk melepaskan masa lalu, agar ibunya pun bisa melakukan hal yang sama."Keenan akui, dulu saat Keenan masih TK atau SD mungkin sampai kelas tiga Keenan masih sering merindukan Papi. Sampai-sampai Keenan sering bolak-balik masuk rumah sakit karena asma Keenan kambuh tiap kali Keenan ingin bertemu Papi.” Bayangan luka masa lalu itu mulai mengoyak pertahanan Keenan. Kilasan-kilasan memoar itu berkelindan di kepala menyisakan pil pahit yang terasa menempel di kerongkongan.“Seiring berjalannya waktu,
“Thank you, Nat, untuk 10 tahun kebersamaan kita.” Rafi menyodorkan lengan kanannya pada Natasha. “Semoga kamu dan aku bisa lebih bahagia setelah ini.”Natasha meraih jemari Rafi dan tersenyum dingin. “Boleh aku kasih saran sama kamu, Mas? Baiknya Mas Rafi perbaiki sikap Mas. Kalau Mas tetap bersikap seperti ini, aku tidak yakin akan ada perempuan yang bertahan lama dengan Mas Rafi. Satu lagi, Mas Rafi harus belajar bersyukur dengan apa yang Mas miliki. By the way, thanks buat doanya. Untuk pengesahan pembagian harta gono-gini hubungi saja notaris,” pungkas Natasha.Setelah itu keduanya pun berpisah. Rafi kembali pada aktivitasnya sebagai pengusaha dan Natasha kembali pada pekerjaannya sebagai sekretaris di perusahaan elite di Jakarta. Tak ada lagi drama mengenai kehidupan pribadi keduanya di media sosial. Netizen sudah teralihkan oleh pemberitaan-pemberitaan lain yang lebih viral dan menghebohkan yang datang dan pergi silih berganti. Kehidupan pribadi Hyacinth Jasmine dan CEO Shop.I
Bab 42 : Usaha Devanno “Kak Hyacinth tunggu sebentar, tolong dijawab pertanyaan kami. Bagaimana tanggapan Anda terhadap konferensi pers yang dilakukan Natasha dan mantan suami Anda? Apakah Anda akan memaafkan mereka atau perbuatan Natasha akan Anda laporkan pada pihak yang berwajib?” tanya seorang wartawan laki-laki berkacamata dengan potongan rambut plontos. Wartawan itu menyodorkan sebuah microphone wireless ke hadapan Davika yang sedang berjalan keluar dari lobi kantor La Moda. Davika menghentikan langkahnya dan mulai menjawab dengan sopan pertanyaan-pertanyaan dari beberapa wartawan yang datang.“Sejak awal, saya memang tidak mau memperpanjang masalah ini. Jika Natasha sudah meminta maaf, tentu saja saya akan memaafkannya. Jadi, saya mohon tidak ada yang perlu diributkan lagi. Saya, Natasha, dan Rafi Rahmadani sudah tidak memiliki masalah apa pun,” tutur Davika ramah. Wanita berjilbab cokelat itu menyunggingkan senyuman semanis permen kapas menciptakan dua lubang terbentuk sempu
Bab 41 : Real KarmaSeorang ibu-ibu tiba-tiba saja menjambak rambut Natasha saat wanita berambut pirang itu berniat nyalon di mall. “Dasar pelakor!” teriak ibu-ibu itu. Ibu-ibu berambut hitam bergelombang setengkuk dan berbadan gempal itu menatap Natasha dengan nyalang. Bara amarah terpancar di bola matanya. “Enggak punya malu, pelakor teriak pelakor,” serang ibu-ibu itu lagi tanpa perasaan. Tergurat jelas wajah si ibu menampilkan ekspresi khas tetangga julid bin rese yang selalu bergossip saat bertemu dengan kawan-kawannya. Natasha terseret karena rambutnya dijambak cukup kencang. Wanita berkulit putih itu berteriak dan berusaha melepaskan cengkraman lengan ibu-ibu gila yang menyerangnya. Dasar wanita kurang ajar! Berani-beraninya ia menyerang seorang Natasha.Natasha naik pitam, ia balik menyerang ibu-ibu itu. Namun, serangannya gagal karena si ibu dengan cekatan menangkis gerakan-gerakan Natasha. Bahkan, wanita berhidung bangir bak perosotan di taman bermain anak-anak itu kembal