Share

Bab 30

Penulis: bubukmerica
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-14 07:29:18

Devan pernah lihat beberapa berita tentang pasangan suami istri baru di internet dengan masalah berbeda-beda. Pembunuhan diantara pasangan suami istri baru lumayan banyak diberitakan. Yang paling ngeri menurut Devan saat ini tentang istri dibunuh di hari pernikahan karena menolak berhubungan badan. Itu berita belasan tahun silam. Devan pernah diceritakan kakaknya.

Dan ternyata banyak kasus serupa yang terjadi. Devan takut kalau istrinya tiba-tiba khilaf karena sudah terlalu kesal. Meski di banyak kasus yang terjadi suami-lah yang menjadi pelaku. Devan menggelengkan kepala. Eleanora cinta padanya, jadi tidak mungkin akan setega itu.

Devan berusaha keras menghilangkan pikirannya itu. Sekarang masih jam kerja, dan sebagai pegawai baru, harusnya ia fokus dan giat, agar tidak dicap berkinerja buruk sejak awal. Biar bagaimanapun Devan harus profesional, masalah rumah pikirkan di rumah, jangan dibawa ke tempat kerja.

“Nggak mau makan siang?”

“Oh, ya?” Devan yang masih dalam lamunan terke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 31

    Siapa sangka mengiyakan ajakan teman bisa berujung maut? Devan mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha memperjelas penglihatan perihal sosok yang ada di depannya, benarkah itu Eleanora atau bukan. Namun begitu menangkap sosok Keenan tak jauh dari Eleanora membuat Devan yakin kalau sosok Eleanora di depannya itu benar adanya. Devan mendengkus. Sosok yang katanya sahabat Eleanora itu sungguh di luar dugaan. Devan baru tahu akan ada orang yang rela-rela menghabiskan uang yang sudah susah payah dikumpulkan lewat warung pecel kecil-kecilan hanya untuk bertemu sahabat. Sungguh penjual pecel yang mencurigakan. Atau mungkin bisa juga Eleanora yang membiayai, mengingat berapa banyak yang Eleanora beri pada Devan. Devan dikejutkan dengan serangan tiba-tiba di pipi kirinya. Lembut, basah dan kenyal, benda yang cukup sering Devan rasakan. Mata Devan bertatapan dengan mata Eleanora yang berwarna coklat bening. Di luar dugaan, tatapan Eleanora yang awal dilihatnya tajam kini tampak berbinar

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 32

    Eleanora menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Ia duduk dengan kaki dilipat, wajahnya disembunyikan dilututnya. Telinganya yang tajam mendengar deru napas Devan yang memburu. Devan duduk dengan posisi yang sama dengan Eleanora. Napas dan detak jantungnya laju dengan cepat, belum ada tanda-tanda mereda setelah tiga puluh menit berlalu. Rambut dan bajunya basah karena keringat, dan getar di tubuhnya masih terasa.Eleanora menghela napas lagi dan berdiri, ia mengambil bantal dan melemparkannya ke Devan. Ia kesal dengan Devan yang seakan mempermainkan. Ia sudah menahan berbulan-bulan, cukup lama, untuk mencium bibir Devan dengan rakus. Namun beberapa menit lalu Devan menghancurkan pertahanannya. Dan yang lebih mengesalkan Eleanora, Devan yang memulai Devan juga yang menghentikan. Eleanora tidak terima. Ia yang dicium, tapi Devan membuat seakan ia yang memaksa. "Kalo belum bisa tuh jangan dipaksa!" Eleanora berdiri di depan Devan, ia kesal, tapi sebenarnya kasian juga. Eleanora p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 33

    "Nih, makan yang banyak." Eleanora meletakkan sayap ayam goreng di meja bersama lauk yang lain. Meja ukuran satu kali setengah meter itu nyari penuh dengan lauk, bahkan Eleanora tidak bisa meletakan piring makannya. "Kenapa banyak sekali?” "Nggak suka?"Devan menghela napas, ia bukannya tidak suka, tapi terlalu banyak. Ia sampai bingung harus makan yang mana lebih dulu. "Kamu turun berat badan karena nikah sama aku kah?""Hah?" Devan menyuap makanan ke mulutnya lebih dulu, setelah ia menelan baru melanjutkan. "Berat badanku turun kan sejak di sini, tiap pindah tempat tinggal, berat badanku sering turun banyak."Eleanora menambah tumisan kacang panjang di piring Devan. Sedang piringnya kosong, masih ia pegang, tidak ikut makan. "Sejak hari pertama nikah juga berat badanmu sudah turun."Devan meringis, tidak menyangka Eleanora sadar. Ia sebenarnya tidak ingin Eleanora sadar, takut gadis itu merasa ia tertekan menikah dengannya. "Yang pasti bukan karena kamu."Eleanora mengangguk, apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 34

    Kata orang sesuatu yang dihadapi bersama itu akan terasa ringan. Dan benar Devan merasakannya. Bersama Eleanora sakit ketika mengingat pelecehan yang ia alami ketika kecil perlahan memudar. Gelombang kepalanya perlahan berubah, tidak lagi mengingat hal itu sebagai benda tajam yang setiap waktu menyakiti. Berkat Eleanora beban di kepalanya terasa ringan. Senyum Eleanora yang riang juga manjanya gadis itu meski kerap kali ia marahi membuat Devan tenang dan ketergantungan. Singkatnya Eleanora adalah obatnyaDevan jatuh cinta pada sosok Eleanora yang selama ini ia lihat. Tanpa sadar hanya memikirkan perasaan sendiri dan melupakan fakta jika mungkin Eleanora juga punya luka, sebab mereka yang terlalu ceria kerap menyimpan luka.Lamunan Devan terganggu ketika ponsel di saku celananya bergetar, sedikit bunyi membuat Devan tahu siapa yang menelepon. Devan mengangkat panggilannya, dari Surga, dengan nada dering: SaNelaer ini surgamu, awas durhaka. Nada dering yang ia buat dengan suara mbak g

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 35

    "Devan ajak saya tinggal sama kalian."Devan baru kembali ke kamar rawat inap Eleanora setelah menghabiskan nasi bakarnya. Dan ia disambut dengan pertanyaan tak masuk akal itu. Bahkan kalimat yang keluar dari mulutnya tidak pernah sepanjang itu. "Iya? Sudah berteman kalian?" tanya Eleanora semangat. Ia melihat Devan di dekat pintu. "Sayang!" panggilnya. Eleanora melambaikan tangan menyuruh Devan mendekat. Gadis itu tampak berbinar meski wajah dan bibirnya pucat. Devan mendekat, berdiri di samping Keenan. Ia dan Keenan bertatapan, Keenan mengkode dengan matanya menunjukan apa yang dipegang. Devan mendengkus pelan, hatinya panas. Entah Eleanora sudah bangun berapa lama sehingga akhirnya berduaan dengan Keenan. Eleanora terlihat sangat semangat dan senang Keenan akan tinggal bersama mereka. Lalu Eleanora makan disuap oleh Keenan. Sekarang Eleanora memang sedang makan nasi bakar disuap Keenan. Gadis itu makan sambil minum air, katanya biar tidak mual. Aktivitasnya memang dengan Keenan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 36

    Kalau orang-orang lihat pasti akan menganggap mereka terlibat kisah cinta segitiga. Dan perempuan yang menjadi rebutan akan disebut tidak peka, egois atau rakus karena tidak mau rugi. Sebab raut wajah Eleanora satu-satunya diantara mereka yang berseri. Eleanora tidak peduli bagaimana ekspresi dan tatapan Devan dan Keenan. Tidak peduli Devan dan Keenan saling menusuk lewat tatapan mereka. Yang penting bagi Eleanora ia bisa duduk bersama dua laki-laki itu. "Makan, lah, jangan romantisan terus," tegur Eleanora karena tampaknya mereka belum mau menyudahi tatap-tatapan itu. Saat ini mereka sedang berada di restoran atas permintaan Eleanora. Niatnya mau makan sama-sama, sesekali di luar, tapi rupanya Devan dan Keenan ingin asik sendiri tanpa mengajak Eleanora terbukti sudah setengah jam berlalu mereka seperti itu. "Buka mulutmu, Sayang." Karena tak juga dihiraukan, Eleanora mengambil inisiatif untuk menyupi. Devan membuka mulutnya meski tak melirik Eleanora sedikitpun. Ia memutuskan ko

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 37

    "Sayang!" Devan menjawab dengan gumaman. Ia duduk bersandar di kepala ranjang, fokus membaca buku. Sedang Eleanora berbaring di ketiak Devan. "Coba lagi yuk," ajaknya sembari mengelus elus kaki Devan yang berbulu dengan kakinya. Pelan tapi pasti kaki Eleanora sudah menjalar ke paha bagian dalam. Devan menutup bukunya hingga menimbulkan suara yang keras. "Ayo!" Ia meletakkan bukunya di atas nakas. Lalu tanpa aba-aba tangannya menyapa dua sahabat Eleanora. Memencetnya bak squishy. Eleanora terkejut, matanya melebar dan berkedip beberapa kali. Ia memegang kedua sahabatnya. "Jangan urakan, Sayang. Nanti kendor." Tatapan Eleanora berubah lembut, tangannya masuk ke dalam baju Devan dan mengelus dadanya. "Sentuh dengan lembut dan penuh perasaan," lanjut Eleanora sembari jarinya memutari area dalam areola milik Devan, sedikit menyentuh puncaknya. Devan tertawa. "Geli, El.""Kamu nggak penasaran, kah, Sayang?" Devan menyentuh lagi sahabat Eleanora, ia memperlakukan sama seperti yang dico

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 38

    Hari-hari Devan benar-benar penuh warna sekarang. Tidak ada lagi alasan untuk tidak bersemangat. Sejak menjadi suami-istri sesungguhnya, Devan tidak pernah kusut wajahnya. Datang ke kantor wajah cerah, pulang kantor ia semangat. Tidak peduli berapa banyak pekerjaan atau masalah di kantor, Devan tetap senang. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini Devan sering dimarahi, padahal pekerjaan bagus dan selalu selesai tepat waktu. "Kamu kerja lama-lama nggak becus, ya?” bentak ketua tim, membuat semua orang berbalik. "Maaf, Pak, tapi salah saya di mana ya?” "Kamu nanya? Kamu nanya salahmu di mana?—""Soalnya saya sudah mengikuti yang Bapak minta," serobot Devan, memutuskan omongan ketua tim, membuat laki-laki tua itu makin melotot. "Sudah saya nggak mau tahu, ulangi pekerjaanmu! Bagaimanapun caranya besok pagi harus jadi." Ketua tim melempar dokumen yang Devan kasih tadi lalu kembali duduk, ia fokus dengan kertas-kertasnya lagi. Devan kembali ke mejanya dengan lemas. Ia tidak mengerti d

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15

Bab terbaru

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 92 Tamat

    "Assalamu'alaikum, Papa Mama," sapanya pura-pura mengantuk seakan baru bangun tidur, layar ponselnya ia dekatkan ke wajah agar pemandangan di belakangnya tidak terlihat. "Tidak usah pura-pura, Mama tahu kamu masih di jalan! Kenapa baru pulang jam segini?" Vanela menjauhkan ponselnya seiring suara Eleanora yang semakin nyaring. "Papa, Mama marah-marah." Bukannya menjawab, Vanela malah mengaduh pada Devan. Namun kali ini Devan tidak akan membelanya. "Kamu memang harus dimarahi. Kenapa baru pulang?" Suara dan tatapan Devan tampak tegas, tanda Vanela harus segera menjawab dengan benar, tidak bisa bermanja lagi. Vanela menunjukan lembar soal yang sejak tadi dipangkuannya. "Keasyikan ngerjain ini, lupa kalau nggak lagi di rumah." "Apa itu?" "Soal matematika untuk lomba tingkat SMA." "Papa tidak tahu kalau kamu ikut-ikut yang seperti itu." Memang selama ini Vanela selalu pulang tepat waktu dan bahkan saat jadwal kuliahnya tinggal dua jam lagi, Vanela menyempatkan pulang untuk sekadar b

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 91

    Beberapa tahun lagi mamanya akan kepala empat menyusul ayahnya, pasti akan sulit untuk hamil diusia seperti itu. Dan Vanela menyesal sudah mengatakan permintaannya itu, harusnya ia lebih memikirkan orang tuanya ketimbang diri sendiri.Hari ini Vanela memulai perkuliahannya lagi. Selama masa kuliah, Vanela tidak lagi pergi bersama Baruna. Bukan karena jadwal kuliah yang berbeda, melainkan karena Baruna tidak berkuliah di universitas yang sama dengan Vanela. Vanela tetap tinggal di Kota Kendari agar selalu dengan orang tuanya dan berkuliah di universitas Halu Oleo dengan mengambil jurusan yang sekiranya santai.Vanela tidak peduli dengan jurusan kuliah yang dia ambil. Yang dipikirkannya hanya bagaimana caranya ia menyelesaikan kuliahnya tanpa terlalu banyak membuat waktu di kampus. Sehingga Vanela benar-benar menjadi anak kupu-kupu, kuliah pulang kuliah pulang. Kendati demikian, Vanela masih memiliki teman walau tidak akrab.Pukul sebelas siang ketika Vanela baru pulang dari kampus, har

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 90

    Sudah sejak pertengahan SMP Devan tinggal jauh dari orang tua, tapi setidaknya ia tinggal bersama kakaknya yang jauh sudah dewasa. Kepindahannya kala itu karena ingin bersekolah di kota yang katanya pendidikan lebih bagus. Karena mendukung anaknya, orang tua Devan menyetujui. Kehidupan sekolah Devan lancar-lancar saja, ia tidak pernah di bully atau merasakan stres yang luar biasa menggangguk.Kemudian sewaktu awal masuk kuliah, Devan memutuskan hal yang besar, yaitu tinggal sendiri, mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dengan tinggal di tempat kos-kosan. Hari-hari tenangnya mulai hilang, kegiatan kampus juga uang bulanan mulai memeras is kepalanya. Beberapa bulan pertama kehidupan Devan di kos-kosan terasa sangat berat baginya.Devan yang tadinya tidak perlu memikirkan uang saku habis, tidak perlu memikirkan kebutuhan hidupnya, kini harus memikirkan semuanya. Karena sudah tidak ada lagi kakaknya yang baik hati yang tidak pernah memperhitungkan uangnya dipakai Devan.Uang yang Laki

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 89

    Tidak disangka ujian kelulusan sebentar lagi, kurang dari dua minggu lagi, tapi Vanela tidak pernah belajar. Ia lebih sering latihan bersama Yudi dan pengawal yang lain ketimbang membuka buku pelajaranBanyak yang mengira kalau setelah Vanela berhijab gadis itu akan berubah jadi lembut seperti yang terlihat jelas diwajahnya. Namun sayang hal itu hanya harapan semata. Nyatanya Vanela masih suka sadis, apalagi saat sedang kesal. Gadis itu belum bisa yang satu itu.Beberapa kali saat emosi, Vanela menggunakan salah satu pengawal untuk menjadi tempatnya menaruh objek sasaran saat olahraga lempar pisau atau panahan. Seperti saat ini. Tadi Vanela secara random memanggil salah satu pengawal yang sedang duduk asyik sembari merokok. Pengawal itu tadinya tenang-tenang saja sampai di ajak ke tempat latihan, ia langsung panas dingin.Ketika Eleanora sudah bersiap menarik busurnya, tiba-tiba Keenan datang."Diego Lim datang," bisik Keenan yang langsung dibalas lirikan oleh Vanela."Cukup kasih tah

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 88

    "Papa, Nela kangen," lirih Vanela sembari mengelap tubuh ayahnya. Padahal ia tahu sudah ada yang bertugas menjaga dan merawat orang tuanya, tapi ia tetap ingin berbakti meski sedikit."Nela."Vanela menoleh. Zia datang dengan membawakan makanan untuknya. Vanela menyudahi menyeka tubuh Devan, ia menghampiri Zia yang menata makanannya di meja."Padahal Tante nggak usah repot-repot antar ke sini. Aku kan bisa ambil makan sendiri." Vanela duduk di samping Zia. Ia mengambil air putih yang Zia siapkan, menghabiskannya hingga nyaris tandas."Kapan? Nanti malam?"Vanela tertawa kecil. Zia sudah mengenal Vanela dari kecil. Zia sudah hapal dengan kelakuan Vanela yang kalau sudah masuk ke ruang perawatan orang tuanya ini susah keluar lagi. Kecuali ada buku pelajarannya yang harus dia ambil."Kamu sudah kelas tiga, apa tidak lebih nyaman belajar di kamar?""Iya ini belajar di kamar kan?" Vanela tersenyum menbuat Zia merasa gemas.Padahal maksud Zia, Zia ingin Vanela punya kehidupan lain selain di

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 87

    "Sayang! Kamu bikin apa?" Devan melongok dari semak-semak, melihat Eleanora memetik bunga. "Kenapa kamu petik?" Devan menyayangkan tindakan Eleanora."Bunga-bunganya sudah jelek. Kalau mau tumbuh bunga bunga baru yang segar, bunga yang lama harus disingkirkan. Begitu juga kehidupan Vanela."Vanela terkejut namanya dipanggil ia kira ia sedang bermimpi sekarang, tapi mimpinya cukup indah karena orangnya sadar akan kehadiarannya."Kamu harus membuang kenangan, agar hidupmu terus berjalan."Tiba-tiba pemandangan orang tuanya yang sedang ditaman bunga kini berganti menjadi pemandangan yang setipa hari ini lihat, orang tuanya terbaring tak berdaya dengan tak sadarkan diri.Lalu tiba-tiba lagi pemadangan itu hilang tergantikan ruang putih yang kosong. Vanela berlari ke tempat orang tuanya tadi berada, tapi sepanjang berlari ia hanya menemukan ruang putih yang terasa hampa."Maamaaaa! Papaaaaaaa!" Vanela berteriak sekuat tenaga sampai tenggorokannya habis. Sampai ia terbangun seketika dari ti

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 86

    "Jadi bagaimana, Mas? Apa perlu kita mengirim orang untuk mengecek ke sana?""Jangan, jangan." Keenan menggeleng, tidak menyutujui saran Yudi. "Lebih baik jangan, terlalu berbahaya. Kita tidak tahu situasi di sana seperti apa. Jangan sampai masih ada yang berusaha untuk masuk, atau mungkin lebih parah, kita tidak tahu. Saya tidak mau kalian kenapa-kenapa."Keenan menarik napas sejenak, ia menatap teman-temannya satu persatu. Tidak semua berada di dalam ruangan itu karena beberapa harus tetap berjaga di luar, tapi masing masing dari mereka bisa mendengar percakapan ini dan juga bisa mengutarakan pendapat."Dengar, kalian semua yang ada di sini adalah orang orang yang dipilih langsung oleh Tuan, itu tandanya beliau sangat percaya kalian bisa menjaga anak, menantu dan cucunya. Paham?"Semua serentak mengatakan paham."Jadi saya tidak mau kalian kenapa-kenapa. Apalagi sekarang dua tuan kalian dalam keadaan yang tidak baik, kalau terjadi sesuatu sama kalian, siapa yang akan menjaga dan me

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 85

    Mendengar penuturan Ibu, Zia hanya bisa menghela napas. Sementara itu Devan bersama Yudi mendatangi penjara bawah tanah yang berada di bawah rumah salah satu pengawal. Di sana Damar dikurung. "Siapa namanya?" "Damar, Mas." Keenan menaikkan alisnya. Nama itu terdengar tidak asing, tapi ia tidak ingat siapa orang itu. Ia juga tidak bisa menduga hal gila apa yang sudah ia dan Eleanora lakukan sampai laki-laki itu membalas dendam dengan menculik Vanela. Ketika sampai di penjara itu, barulah Keenan ingat dan mengerti. Damar adalah laki-laki hidung belang yang pernah ia buang atas suruhan Eleanora karena mengganggu ketenangan kos-kosannya dulu dengan Devan. Keenan mendengkus keras, harusnya dulu ia tidak memberi ampun pada laki-laki itu sekalipun memohon sampai menangis darah. "Halo," sapa Damar dengan ekspresi yang menjengkelkan. "Tidak dapat anaknya, dapat suaminya, hmm lumayan," ucap Damar di akhiri tawa yang terdengar sangat memuakkan. Keenan hanya bisa mengepalkan tangan dengan

  • Bersama Tanpa Terpaksa   Bab 84

    Keenan sampai di ruang rawat inap Zia dengan napas terengah. Ia di sambut Desi di depan pintu. Zia sudah keluar dari Icu, sudah sempat sadar tapi tapi langsung tidur lagi efek pengaruh obat. Keenan bernapas lega, masuk dengan mata sayu. Ia melihat ke arah sofa bed. Keenan bersyukur Desi cukup peka dengan tidak ragu-ragu memilih kamar inap, sehingga Baruna bisa beristirahat dengan nyenyak meski sedang berada di rumah sakit. Keenan menghampiri Baruna lebih dulu, mengecup kening anaknya cukup lama lalu menghampiri Zia. Lama Keenan memperhatikan wajah Zia yang tampak damai. Meski demikian wajah itu sedang tidak baik-baik saja, ada beberapa memar kecil dan luka gores menghiasi wajah cantik Zia. Mata Keenan memanas. Ia tidak tahu kalau rindunya pada Zia sebesar ini. Ia tahan tangisnya agar tidak terdengar. Dengan ragu-ragu ia mengecup satu persatu luka yang ada di wajah Zia. Berharap luka-luka itu cepat sembuh dan tidak meninggalkan bekas. Bukan karena ia tidak terima jika Zia punya bekas

DMCA.com Protection Status