Home / Romansa / Berpisah Untuk Bersatu / Goodbye, Pelakor!

Share

Goodbye, Pelakor!

last update Last Updated: 2022-02-11 10:12:53

Ratna. Niat sekali dia menghancurkan hidupku. Sampai hati memfitnah seperti itu. Jelas dan semua orang di dunia ini pun tahu, aku bukan dia yang bisa dengan tenangnya merebut suami orang. Menghancurkan rumah tangga orang lain. Jangankan  itu, sejahat apa pun Mas Tyas, tidak pernah sedikit pun terpikir untuk mencari yang lain, sungguh. 

Kuakui, tidak mudah bagiku untuk mencintai. Tetapi kalau sudah mencintai, takkan mudah untuk berpaling apa pun keadaannya. 

"Hahahaha …!" lagi-lagi Ratna tertawa, menggema di seluruh saluran voice call, memekakkan telinga. "Sekarang kamu tahu kan Ayung, aku orang yang nggak pernah main-main. Lepaskan Mas Tyas untukku atau aku akan meremukkanmu secara perlahan-lahan. Slowly but certainly." 

Klik! 

Tak ada pilihan lain sekarang. Hanya harus segera memutuskan saluran voice call dan memblokir kontak Ratna. Takkan kubiarkan dia mengusik ketenangan hidupku lagi. Ratna, Sari atau siapa pun itu wanit

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Berpisah Untuk Bersatu   Berita Gembira

    Untuk memastikan semuanya tentang Mas Tyas, aku menelepon anak-anak pagi ini setelah Ema berangkat bekerja. Dia ada jam mengajar di kampus dan setelah itu akan langsung pergi berbelanja perlengkapan bayi bersama Kenzo. Dia juga menyampaikan kemungkinan pulang sebelum jam makan malam, jadi aku kebagian tugas memasak sore nanti. Kalkun panggang, salad dan kentang goreng."Gimana Le, apa Ayah jadi pulang ke rumah?" pertanyaan super penting itu kulontarkan setelah menanyakan bagaimana keadaan mereka di sana, "Ayah nggak nakal kan, sama kalian?"Jawaban Langit benar-benar mengejutkan sekaligus memberikan efek kebahagiaan tersendiri dalam diriku. "Ayah nggak jadi tinggal di rumah kita, Ma. Uti yang nggak boleh. Jadinya sekarang Ayah tinggal di rumah Uti."Ya Tuhan, berdosakah jika aku tersenyum bahagia? Karena setidaknya anak-anak terbebas dari Mas Tyas yang toxic. Bukan maksud hati juga untuk menjauhkan anak-anak dirinya. Bagaiamanapun Mas Tyas ayah

    Last Updated : 2022-03-02
  • Berpisah Untuk Bersatu   Tyas si Tukang Bajak

    [Yung, gimana kabar kalian di sana?] tanya Ajeng di chat pertamanya setelah aku bekerja di Jerman [Ini aku lagi di Palagan, jenguk anak-anak. Tapi maaf ya, aku nggak bawa oleh-oleh, je?] lanjutnya tanpa emotikon senyum lebar seperti biasanya [Eh Yung, anak-anak kamu hebat banget lho. Mandiri, dewasa. Lha wong Kiddo Jajanan saja sekarang tambah ramai kok, Yung. Bareng-bareng ngerjainnya. Aku sampai terharu, si Langit bilang kalau mereka bakal ngembangin Kiddo Jajanan sampai kapan pun soalnya itu kan perjuangan bareng kamu.]Sampai di sini aku hanya bisa berlinang air mata. Haru, bahagia sekaligus sedih bercampur aduk menjadi satu. Menciptakan sebentuk gemuruh di rongga dada. Jujur ya jujur, kadang-kadang aku merasa tidak berguna untuk anak-anak, masih terlalu banyak kekurangan tapi ternyata? Begitu istimewanya aku di mata mereka. Oh, salahkah jika air mata ini semakin deras mengalir?"Maafkan Mama ya, Le?" bisikku tertahan sambil menepuk-nepuk lembut punggun

    Last Updated : 2022-03-02
  • Berpisah Untuk Bersatu   Saatnya Bersikap Tegas

    Bersyukur sekali bisa langsung mengenali kejahatan Mas Tyas, meskipun tak habis pikir dan semakin kecewa. Bisa-bisanya dia mencoba untuk berbohong dan menipu lagi? Jelas-jelas itu dia, bukannya ibu! Ya Allah, kenapa sih Mas Tyas tidak pernah belajar dari kesalahannya sendiri? Tidak pernah mengambil pelajaran dari semua masalah yang terjadi akibat perbuatannya.Tidak, walaupun sampai memohon, mengemis atau mengancamku dalam bentuk apa pun sejuta kali setiap hari, tidak akan mengirimkan uang lagi untuknya. Takkan pernah lagi, cukup yang sudah-sudah. Dulu, waktu kami masih jadi satu rumah. Jujur ya jujur, itu pun karena waktu itu belum tahu tentang semua kejahatan Mas Tyas. Bukan hanya membantu, aku bahkan ikut jungkir balik mengais rezeki, bukannya tinggal diam menadahkan tangan di rumah.Sungguh, lebih dari sakit rasanya ketika segala perjuangan dan pengorbanan berujung pada pengkhianatan seperti ini. Sampai hati Mas Tyas bermain perempuan di belakangk

    Last Updated : 2022-03-02
  • Berpisah Untuk Bersatu   Muka Tembok Ratna

    Pesta minum teh sudah selesai. Kami baru mau berpamitan pulang ketika tiba-tiba Ratna datang dan membuat kacau suasana. Untung tamu yang lain sudah pulang, tinggal Ella dan kami. Meskipun begitu, tetap saja aku malu setengah mati. Ya ampun, ada ya orang sebrutal dia?Bayangkanlah!Tanpa perasaan dia langsung menyalami aku seakan-akan hanya ada kami berdua. Memandang dengan tajam dan dalam. Tersenyum sinis, dingin. "Kasihan banget sih kamu, Yung? Sampai rela jadi babu hanya demi status istri. Kalau aku jadi kamu sih, ogah! Hehehehe … Ups, sorry aku keceplosan. Hahahaha …!"Sayang sekali, aku hanya bisa ternganga. Benar-benar ternganga, hingga nyaris meneteskan air liur. Entahlah, aku juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba melemah seperti ini. Merapuh selayaknya kerupuk yang tersiram air. Padahal jelas, selama ini sangat penasaran dengan seseorang yang bernama Ratna. Oh, bukan hanya itu, tentu saja. Aku juga ingin memastikan hubungan

    Last Updated : 2022-03-03
  • Berpisah Untuk Bersatu   Kenangan dan Harapan

    Lega!Bersyukur sekali rasanya masalah Ratna sudah teratasi dengan baik secara alami. Ratna, Ratna ... Apa yang sudah merasuki kamu? Kita tidak kenal satu sama lain bukan, tidak juga ada masalah, mengapa tega menyakiti? Senangkah hatimu jika suatu saat nanti dalam kehidupan rumah tangga kamu, ada seorang wanita yang datang mengusik ketenteraman hati? Tidak, kan?Oke, fine! Mungkin dulu Mas Tyas pernah menjanjikan sesuatu padamu tapi kan itu bukan aku? Di sini aku adalah korban dari kejahatan kalian, paham? Mas Tyas sampai selingkuh denganmu, mendulang puluhan juta rupiah darimu untuk kepentingan pribadinya ... Apa itu salahku? Kamu tentu tidak tahu Ratna, perjuangan seperti apa yang sudah kulakukan untuk keluargaku termasuk Mas Tyas. Meskipun di matamu aku tidak berkualitas, tetapi setidaknya aku tak pernah menjadi perusak rumah tangga orang. Tidak pernah menjadi perebut laki orang. Menurutku itu a

    Last Updated : 2022-03-03
  • Berpisah Untuk Bersatu   Kelahiran Baby Elora

    Benar-benar musim semi yang indah di Frankfurt. Walaupun belum pernah melihat musim-musim semi sebelumnya, sih. Tapi menurutku ini sangat indah, semua tanaman bertumbuh menghijau. Seolah-olah gambar polos yang warnai dengan pensil warna, krayon atau cat air hijau muda. Sejuk, segar dan berseri-seri. Sungguh, di sini aku benar-benar takjub, kagum pada kekuasaan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta. Pohon-pohon yang tadinya gundul terlihat kering kerontang, tiba-tiba bersemi indah.Oh, aku sampai tak tahu harus berkata apa lagi. So beautiful lah, pokoknya.Tapi itu, semua itu masih belum ada apa-apa jika dibandingkan dengan kelahiran Baby Elora semalam. Ya, Ema sudah melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik. Mengadopsi wajah tampan Kenzo seutuhnya kecuali mata dan bibir, copy paste Ema. Rambut dan bentuk jari kaki dan tangan juga mewarisi Ema. Cantik, lucu, imut-imut dan menggemaskan.Benar-benar lega sekarang. Perjuangan berat, panjang dan be

    Last Updated : 2022-03-03
  • Berpisah Untuk Bersatu   Menyerah Atau Bertahan

    Rasanya seperti terkepung musuh di sebuah ruangan sempit, pengap dan gelap gulita. Tanpa sependar cahaya pun menerangi, tak seorang pun menemani. Di luar, musuh terus menerus memuntahkan timah panas dari tangan-tangan yang dialiri dendam kesumat. Berteriak-teriak dengan nada mengancam, memintaku menyerah. Sekarang aku hanya punya satu pilihan, keluar dari ruangan persembunyian yang berarti harus rela kehilangan nyawa atau terus bertahan di sini? Itu pun berarti harus rela kehilangan nyawa secara perlahan-lahan, karena kekurangan oksigen."Ibu, tolong dengarkan Ayung, Bu?" aku setengah meratap. Berharap dukungan. Sebab bagaiamanapun Ibu kan orangtua Mas Tyas, mustahil menginginkan kehancuran dalam rumah tangga kami. "Ayung hanya ingin Mas Tyas berubah baik, Bu. Memperbaiki diri. Bukan berarti Ayung pelit atau bagaimana, Bu. Kalau Ayung kirim uang ke Mas Tyas, Ayung nggak tahu untuk apa? Ya, jujur saja Ayung nggak rela kalau untuk perempuan lain, Bu. Ayung bekerja keras d

    Last Updated : 2022-03-06
  • Berpisah Untuk Bersatu   Arti Kebahagiaan Bagiku

    Jika ada yang bertanya kepadaku, apakah arti kebahagiaan hidup itu? Maka inilah jawabannya, bahagia adalah hidup rukun, damai dan seiring sejalan bersama keluarga. Bisa saling memberi, menerima dan mendukung satu dengan yang lain. Jika ada masalah, bisa duduk bersama dan berbicara. Jika ada kesalahan yang terjadi, tidak mencari siapa yang salah tetapi memperbaikinya. Ada tak ada, lebih atau kurang bisa sama-sama menerima. Saling mengingatkan dengan kebaikan dan kesabaran.Itu, seperti itu arti kebahagiaan hidup bagiku. Entah, apa artinya di mata Mas Tyas? Aku tidak mengerti.Sebenarnya pagi ini, aku hanya ingin menceritakan kalau Mas Tyas sudah menceraikan aku. Talak tiga. Baginya aku perempuan, istri dan ibu yang tak berguna. Untuk apa lagi dipertahankan?Sejujur-jujurnya kukatakan, walaupun sudah menduga dari sejak dia sering mengancam akan menceraikan aki sudah tahu kalau hal ini akan terjadi, tetap saja merasa hancur. Rumah Tangga yan

    Last Updated : 2022-03-06

Latest chapter

  • Berpisah Untuk Bersatu   Ya, Saya Tahu!

    "Pakai nama Mama saja, Ma?" Langit mengusulkan setelah Laut dan Bumi sibuk mencari nama untuk usaha tanaman hias yang akan kami rintis. "Payung Teduh Flowers. Cantik kan, Mama?" Sejenak, Laut dan Bumi saling memandang lalu tos dengan penuh semangat perjuangan. "Setuju berat, Mas Langit. Cantik banget namanya, Payung Teduh Flowers!" Laut memandangku dengan senyum tipis tetapi manis yang khas. Tak mau kalah, Bumi juga mengapresiasi nama yang diusulkan Langit tadi. "Cantik dan viral pasti. Karena kan unik banget namanya."Payung Teduh Flowers. Payung Teduh Flowers. Payung Teduh Flowers. Memang cantik, ya? Unik. Semoga juga bisa menjadi magnet berkahnya rezeki. "Oke, Mama juga setuju." lembut tapi tegas aku memungkas acara diskusi kami. "Kalau gitu, Mas Langit sama Mas Laut harus segera cetak banner, ya? Nanti kita buat dulu konsepnya. Mas Bumi bantu Mama memilih bunga apa saja yang akan menjadi icon PTF. Nah, habis itu kita cari grosir tanaman hias. Harus banyak survei nih Le, seka

  • Berpisah Untuk Bersatu   Emanuella Keluarga Selamanya

    Tiga hari berlalu sejak family time yang so sweet, aku sakit. Demam, batuk, pilek parah sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur. Kata Dokter, aku terlalu lelah dan letih. Butuh beberapa hari untuk istirahat total. Dokter sempat menawarkan rawat inap di rumah sakit tetapi aku menolak, tentu saja. Bukankah istirahat di rumah jauh lebih menyenangkan? Ya, begitulah dan akhirnya Anak-anaklah yang dengan kompaknya merawat. Lova terlihat senang hati setiap mengambilkan minum atau menemani minum obat. Langit dan Laut, mendapat tugas membersihkan rumah plus mencuci pakaian. Sedangkan Bumi, mencuci piring dan menyiram tanaman setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah. Siapa yang memasak?Koki di rumah makan, hehehehe. Sorry, just kidding! Sebagai koordinator rumah tangga sementara, Langit memutuskan untuk membeli lauk dan sayur saja selama aku sakit. Kalau memasak sendiri, menurutnya terlalu ribet. Untuk nasi, dia yang memasak. Maka, nikmat dari Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"G

  • Berpisah Untuk Bersatu   Roda Terus Berputar

    Aku berusaha mengikuti arahan Bu Bidan tetapi belum berhasil. Sabar, Bapak terus menyemangati dan mendoakan keselamatan kami."Nah, ayo ngeden lagi Mbak, ini kepalanya sudah kelihatan. Yuk, ngeden yang kuat. Terus, terus…!"Aku tidak terlalu ingat, bagaimana akhirnya. Hanya ketika kepala Laut sudah keluar, aku menjerit memanggil Mas Tyas. Mengejan lagi, mengikuti daya kontraksi lalu lahirlah dia, Laut Surgawi. Tidak dapat mendengar lagi kah hati Mas Tyas? Hanya Allah Yang Tahu."Sop iga, bakso rusuk, pecel lele, ikan bakar … Kita mau makan apa, Ma?" Hampir saja aku menyerempet sepeda motor karena terkejut demi mendengar pertanyaan Laut. Wah, semua ini gara-gara Mas Tyas yang tak berperasaan, jahat! "Kalian, mau makan apa?" lega tetapi sedikit geragapan aku membalikkan pertanyaan. "Mama ngikut saja, Le. Eh, tapi kayaknya enak ya, kalau makan sop iga? Sudah lama juga kan, Mama nggak masak …?"Laut mengiyakan lalu memberi tahu kalau rumah makan sop iga sapinya tinggal satu setengah kil

  • Berpisah Untuk Bersatu   Ziarah Cinta Pertama

    "Yuk, turun, anak-anak!" kataku sambil menepikan mobil di perempatan jalan kecil menuju makam Bapak. "Kita parkir di sini saja ya, takutnya Mama nggak bisa atret nanti?"Tanpa berkata-kata, anak-anak mengikuti ajakanku. Langit yang duduk si sebelahku, segera turun sambil menggendong Lova. "Bunganya sudah aku bawa turun, Ma!" lapor Bumi setengah berteriak. "Eh, Mas Laut, tolong bawa air mineralnya!'Kudengar, dengan penuh semangat Laut menyahut, "Siap, Bos!"Entah bagaimana, aku tertawa lirih. Menertawai diri sendiri, Mungkin? Why? Karena belum sempat membahagiakan Bapak semasa hidup. Bahkan, ketika Bapak meninggal dunia pun aku masih dalam keadaan susah. Bukan susah secara ekonomi, tetapi kritisnya hubungan dengan Mas Tyas. Kami sudah benar-benar tenggang, waktu itu, sudah pisah ranjang. Seperti itulah, keadaannya sampai-sampai Mamak dan Limas menghakimi. Bapak terkena serangan jantung karena stressed memikirkan aku. Padahal aku sama sekali tidak memberi tahu Bapak perihal rumah tan

  • Berpisah Untuk Bersatu   Atas Nama Empati

    Apakah ini yang disebut dengan penghalang kebahagiaan? Aku tidak tahu! Setelah menyadari apa yang telah terjadi, aku memilih untuk menyebutnya dengan challenge. Tantangan kemanusiaan. Bagaimana tidak? Kami sudah sampai di samping pintu mobil ketika tiba-tiba air ketuban Ajeng pecah. Byok …! Seperti itulah bunyinya, menciptakan panik. Anehnya, aku hanya bisa tertegun hingga beberapa detik lamanya saat cairan seperti putih telur itu membasahi punggung kaki Ajeng."Yung, aku nggak tahan lagi, Yung!" rintih Ajeng sambil merapatkan rahang. "Bayinya sudah mau lahir, Yung!""Ha, apa?" reflek, aku merespon dan tidak menyesal sedikit pun walau mungkin terkesan bodoh. "Jangan bercanda deh Jeng, sudah mau lahir gimana?"Terengah-engah, Ajeng berusaha memberikan penjelasan. "Serius, Yung. Hah, hah, haaahhh …!" Ajeng mencengkeram pintu mobil, mendobrak kesadaranku."Oke, oke!" kataku berusaha meredam panik. "Oke, tahan sebentar. Tahan sebentar ya, Jeng?" Gemetar, aku merogoh ke dalam saku gami

  • Berpisah Untuk Bersatu   Memilih Sembuh

    Sebenarnya apa salahku? Pada Mamak, Bapak dan Limas, maksudku sehingga mereka begitu membenciku. Karena menikah darurat dengan Mas Tyas? Karena gagal menjadi Sarjana? Karena akhirnya berpisah dengan Mas Tyas yang berarti kegagalan paling besar bagi mereka? Seharusnya mereka tahu tanpa disalahkan, dibenci dan dihakimi pun aku sudah remuk bubuk. Lumat oleh penyesalan dan perasaan bersalah yang begitu besar, tak tergambarkan. Jelas mereka tidak melihat itu, kan? Jelas, jelas! "Kalau aku jadi kamu ya Mbak, sesakit apa pun nggak akan pernah pisah. Ya ampun, itu kan nyakitin banget buat anak-anak, Mbak. Kasihan juga kan, status mereka jadi anak-anak broken home? Lagian, kenapa dulu kalian pacaran sampai ngawur gitu, coba? Sudah buat malu orangtua eh ujung-ujungnya pisah! Heran deh Mbak, sama kamu!" itu yang dikatakan Limas melalui saluran telepon yang super buruk saat tahu aku sudah berpisah dengan Mas Tyas. Seakan-akan dia yang bertanggung jawab atas hidupku selama ini saja! "Ya,

  • Berpisah Untuk Bersatu   Berdarah Lagi

    "Waduh, waduh yang punya rumah baru sampai cuek bebek sama keluarganya!" seloroh Mamak sambil mengulurkan tangan, menyalamiku. "Tapi kayaknya kami nggak bisa nginep, Yung. Adikmu lagi sibuk banget, banyak kerjaan. Besok malah Mamak nggak ada yang nganterin pulang."Aku merasa, otakku sudah berhenti berputar saat ini, sehingga hanya bisa diam tercenung. Oh, pasti aku terlihat sangat bodoh, sekarang. Bodoh dan lemah, tak punya harga diri. "Lah, kan, Mama bisa nganterin Mbah Mamak pulang?" pertanyaan sekaligus pernyataan Laut memulihkan separuh kekuatanku yang tadi hilang entah ke mana. Separuh lagi, berasal dari Bumi, Langit dan Lova yang tiba-tiba mengerubungi kami. Senyum tulus, sorot mata teduh mereka menyemai rasa tenteram dalam hati. "Sekalian jalan-jalan. Iya kan, Mama?"Reflek, aku mengangguk. Menyuguhkan senyum tulus. Biarlah Mamak atau siapa pun bersikap semau mereka tetapi aku tak boleh goyah. Maksudku, meskipun harus mengorbankan diri sendiri, jangan sampai balas menyakiti.

  • Berpisah Untuk Bersatu   Drama Tangisan Mas Tyas

    Mas Tyas juga datang? Wah, ini baru bencana! Sejujur-jujurnya kukatakan, tak ingin ada dia malam ini dan selanjutnya. Jangan ada Mas Tyas lagi, karena dia hanyalah selembar masa lalu. Masa lalu yang sangat menyakitkan! "Iya, Mas Bumi?"Bumi mengangguk. "Iya, Mama. Kayaknya, kalau aku nggak salah lihat, Ayah bawa buket bunga mawar putih, Ma." Ha, apa? Ck, Mas Tyas pasti sudah terjangkit skizofrenia. Tak bisa lagi membedakan antara khayalan dan kenyataan. Jelas-jelas kami sudah bukan siapa-siapa lagi, kan? "Mama mau temui Ayah?" pertanyaan polos sekaligus tulus dari Bumi mendobrak kesadaranku. "Mau apa nggak, Ma?"Terlambat. Semuanya sudah terlambat. Aku tak sempat lagi menghindar karena Mas Tyas sudah masuk ke ruang keluarga ini, bersama Ibu. Itu terlalu lancang bagiku tetapi sayang, tak bisa berbuat apa-apa lagi. Hanya bisa berdiri hampa."Selamat ya, Yung?" suara Mas Tyas terdengar gemetar. Entah karena efek dingin dari air conditioner atau karena efek lain salam dirinya. "Maaf,

  • Berpisah Untuk Bersatu   Hambar

    "Ibu …!"Walau sudah berpisah dengan Mas Tyas, aku tak pernah berubah. Sama seperti dulu waktu masih menjadi anak menantu, menyambut dengan sopan lalu bersalaman. Tidak hanya mengecup punggung tangan, aku juga mencium kedua pipinya. "Alhamdulillah, Ayunng senang Ibu bisa datang." ungkapku jujur dan apa adanya ketika Ibu merengkuh tubuh ini ke dalam pelukannya. "Ibu sehat kan, Bu?""Sehat Yung, Alhamdulillah." lembut, Ibu melepaskanku dari pelukannya. "Ibu juga senang bisa datang ke sini. Selamat ya Yung, sudah punya rumah baru? Ibu doakan semoga diberkahi Allah semuanya.""Aamiin. Makasih banyak, Bu." Ibu menyimpulkan senyum tulus. Mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang sejak sore tadi sudah berubah menjadi taman bunga. Hehe. Anak-anak yang memilih tema dekornya. Beberapa ikat balon warni menghiasi sudut-sudut ruangan. Ada juga yang tergantung di langit-langit berplafon putih melati. Konsepnya memang sederhana tetapi terlihat manis dan hangat. Indah."Sama-sama, Ayung."

DMCA.com Protection Status