Wajah tidur Mika, membuat Kai tidak bisa melepaskan pandangannya. Ia dengan sengaja duduk di bawah sofa untuk melihat wajah Mika. "Handuknya sudah tidak dingin," gumam Kai. Ia mengambil handuk dari kening Mika dengan perlahan dan merendamnya dengan air dingin."Bertahanlah." Handuk dingin itu kembali Kai taruh di atas kening Mika. Karena dingin, Mika sedikit terbangun dari tidurnya dan menggumam. "Dingin.." gumamnya di tengah-tengah tidurnya. "Tahan, Mika. Nanti dinginnya akan perlahan hilang," ucap Kai dan Mika terlihat tidak mendengarkan ucapan Kai dan langsung tertidur lagi. Tangan Kai mengelus pelan rambut Mika. Ia beranjak bangun ketika suara bel terdengar dari pintu utama."Sepertinya Adam sudah datang." Kai membuka pintu rumah. Ternyata benar, Adam sudah berada di depan rumah."Ini sup ayam yang anda inginkan, Tuan," ucap Adam sembari menyodorkan bubur yang Kai pinta di telepon tadi. "Baiklah, terimakasih, Adam," balas Kai menerima sup ayam itu. "Saya sudah mengatur rapat
"Kamu sudah pulang?" tanya Mika, ia terkejut namun ia berusaha menyembunyikannya agar Eros tidak curiga. Mika juga segera beranjak bangun dari duduknya."Iya, aku pulang lebih awal hari ini. Kamu sedang makan?" balas Eros sembari melepas jas miliknya dan Mika segera mengambilnya dari tangan Eros. Eros terus menatap Kai, ia heran kenapa Kai bisa ada di rumahnya tapi ia sebisa mungkin menjaga raut wajahnya agar Kai tidak tersinggung olehnya. "Aku membeli sup ayam tadi, apa kamu ingin makan sekarang? Biar aku buatkan sesuatu," ujar Mika berusaha mengalihkan perhatian Eros dan Eros langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Tidak perlu, Mika. Aku akan keluar malam ini. Dan Kai, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa tidak memberi kabar padaku dulu kalau kamu akan datang?" Kini Eros akhirnya berani bertanya kepada Kai yang hanya duduk dengan santainya dan menyesap segelas teh yang dibuatkan oleh Mika tadi. "Aku lupa memberitahumu tadi, karena aku juga tidak sengaja bertemu dengan Mika di
"Ayo masuk, Paula.” Eros tidak menjawab Mika dan langsung melangkah masuk sembari merangkul wanita bernama Paula. Wanita asing itu hanya tersenyum manis seolah tidak peduli dengan keberadaan Mika di hadapan mereka. Mika seakan transparan dan tidak terlihat sama sekali."Eros, dia siapa? Kenapa mau membawanya ke rumah?" tanya Mika lagi, ia berjalan mengikuti Eros yang sudah masuk ke dalam rumah dengan wanita di sampingnya. Mendengar pertanyaan Mika lagi, Eros menghentikan langkahnya dan menghela nafasnya kasar.Namun ia berusaha menahan amarahnya lalu menoleh pada Paula. "Paula, kamu bisa masuk terlebih dahulu ke kamarku di lantai 2. Aku harus berbicara sebentar dengan dia.” "Baiklah, Eros. Aku akan menunggumu, dan jangan terlalu lama!” peringatnya dengan suara manis yng membuat Mika mengernyit jijik. Di depan Mika juga, Paula mencium pipi Eros dan meliriknya sembari tersenyum mengejek. "Menyebalkan, wanita itu sengaja mengejekku dengan tatapannya,” gumam Mika di dalam hati. Ia sama
Mika terbangun pukul 5 pagi, bahkan di luar masih gelap dan Mika rasa dua orang yang mengganggunya semalam belum terbangun. Mika terbangun cukup pagi karena kemarin ia tertidur siang cukup lama dan tidurnya sudah sangat cukup. Mika beranjak bangun dari tidurnya dan berniat untuk membereskan rumah serta hendak membuat sarapan untuk Eros. Ia menyapu seluruh lantai rumah dan juga pergi ke lantai 2. Tanpa sengaja, ia melihat pintu kamar Eros sedikit terbuka. "Apa mereka masih tertidur?" gumamnya, karena penasaran Mika mengintip dan melihat Eros dengan wanita yang ia bawa ke rumah tadi malam, masih tertidur dengan keadaan telanjang."Aku benar-benar seperti seorang pelayan di rumah ini. Bagaimana bisa seorang suami membawa wanita lain dan tidur bersamanya di depan istrinya sendiri?" Mika bergumam kesal, namun ia juga sadar apa yang ia lakukan dengan Kai. "Sudahlah yang terpenting dia tidak memperlakukanku dengan kasar lagi." Dia berjalan menuruni tangga dan pergi ke dapur untuk membuatka
"Mika, aku akan pergi sekarang. Bereskan rumah dan jangan sampai membuat masalah,” pesan Eros sembari berjalan menuruni tangga, masih bersama Paula yang terus mengikutinya."Iya, berhati-hatilah. Apa kamu akan makan malam di rumah?" tanya Mika, ia menghampiri suaminya itu dan Eros tampak mengecek jam yang melingkar di tangannya dan mengedikan bahunya. "Aku tidak tahu,” jawab Eros singkat. Sepertinya pria itu memiliki rencana untuk makan malam. "Eros, kamu kan sudah berjanji akan makan malam bersamaku?" sahut Paula tiba-tiba, ia menatap Eros dengan ekspresi sedihnya."Kita lihat nanti, ya? Kalau aku sibuk, aku sepertinya tidak bisa makan malam bersamamu,” balas Eros. Berbeda dengan Mika yang lega karena Eros sepertinya akan pulang sedikit terlambat, Paula tampak tidak senang. “Tapi Eros kamu sudah berjanji!” keluhnya kesal. Eros memutar bola matanya malas, ia sebenarnya tidak begitu menyukai wanita yang banyak menuntut waktunya. Tapi hubungannya dengan Paula masih sangat baru dan Ero
Sekitar 30 menit kemudian mereka sampai di rumah Eros. Kai memarkirkan mobilnya lalu mereka berdua berjalan beriringan masuk ke rumah Eros. Mika langsung pergi ke dapur dan bersiap untuk menyiapkan makan malam mereka berdua."Mika!" panggil Kai tiba-tiba ketika Mika hendak memakai apron-nya. Mika reflek menoleh kebingungan ke arah Kai yang baru saja berjalan masuk ke dapur. "Kenapa?" tanya Mika tapi Kai tidak menjawabnya. Kai malah melepas apron yang Mika hendak kenakan. "Kai, kenapa kamu...""Biar aku yang memasak." Kai memakai apron itu dan mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat steak. "Tidak, Kai. Biar aku yang memasak. Kamu duduk saja." Mika hendak merebut kembali apron yang Kai kenakan. Tapi Kai langsung menarik tangan Mika dan menyuruhnya duduk di kursi."Sudah, diam saja dan lihat aku," tegas Kai tapi Mika menggelengkan kepalanya. Ia merasa tidak sopan kalau membiarkan tamu yang memasak untuknya. "Aku tidak bisa, kamu adalah tamu di sini dan sudah seharusnya aku yang memasaka
Mendapat isyarat dari Mika, Kai segera berlari dengan cepat ke dapur. Sedangkan Mika segera membereskan sofa yang ia tiduri bersama Kai tadi dan segera berlari menghampiri Eros yang baru saja pulang. "Eros, kamu pulang dengan cepat hari ini?" tanya Mika dengan sedikit gugup, namun ia berusaha menyembunyikannya agar Eros tidak curiga. "Semua ini karena aku kelelahan dan tidak bisa beristirahat dengan tenang di rumah ini. Melihatmu di rumah, membuatku lelah dan stress,” gerutu Eros kesal. Ia memberikan tas miliknya dan dengan cepat Mika mengambilnya. Mika juga membantu Eros melepas jas yang ia kenakan."Buatkan aku makan malam, dan kalau Paula kesini, jangan katakan padanya kalau aku pulang lebih awal.” Eros memberinya perintah sekaligus pesan dan yang Mika bisa lakukan hanya menganggukan kepalanya. "Ah sialan! Dia juga membuatku pusing, aku akan segera memutuskannya dan mencari wanita lain."Benar kata teman-temannya yang lain, Eros memang seseorang yang tidak bisa menjalin hubungan
Di hari weekend, Eros tidak pergi bekerja membuat Mika harus terjebak bersamanya seharian penuh. Pagi itu juga, Mika langsung menyiapkan sarapan, dan Eros hanya duduk di kursi meja makan sembari menikmati kopinya. Sampai tiba-tiba ponsel Eros terdengar berdering."Hallo, Ayah? Selamat pagi," ucap Eros. Nada bicaranya berubah menjadi sangat ramah. Berbeda dari cara bicaranya dengan Mika."Eros, apa hari ini kamu libur?" Mika bisa mendengar suara ayah mertuanya. Ternyata Eros sedang berbicara dengan ayahnya. "Ah iya, aku sedang libur hari ini. Ada apa, Ayah? Apa terjadi sesuatu?" tanya Eros masih dengan nada bicara ramahnya yang sangat langka. "Tidak, tidak terjadi apa-apa. Aku hanya penasaran dengan kehidupan pengantin baru.""Tentu saja, kehidupan aku dan Mika sekarang terasa sangat lengkap. Aku senang, karena kini ketika aku pulang, Mika berada di rumah dan menemaniku." Pembohong, Eros bahkan tidak pernah memperlakukan Mika dengan baik.Mika berusaha tidak mempedulikan obrolan Eros
"Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.
Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika
Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m
Setelah pulang dari rumah Ergan. Eros langsung pergi ke kamarnya dan terlihat mengepak pakaiannya ke dalam koper. Mika yang terkejut, langsung ikut masuk ke dalam kamarnya. "Eros, kamu mau pergi kemana?” tanya Mika ketika ia melihat pakaian Eros yang sudah masuk ke dalam koper. "Ayah akan marah kalau tahu kamu pergi,” peringat Mika lagi. Padahal mereka baru saja dimaafkan, tapi Eros sepertinya masih belum kapok. "Mau kemanapun aku pergi, itu bukan urusanmu. Kenapa? Kamu merasa senang karena ayah memaafkanku karena kamu?Kamu harus ingat, Mika. Kalau yang membuatku berada di situasi ini itu kamu! Kalau kamu semalam menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan pergi,” sungut Eros. Pria itu masih belum terima dengan amarah ayahnya yang ia terima semalam dan terus menyalahkan Mika. "Aku tahu aku salah, Eros. Maafkan aku, tapi kamu seharusnya tidak pergi ke club malam dan mabuk,” balas Mika. "Tentu saja aku melakukan itu karena aku muak melihatmu menangis dan menolak permintaanku. Untuk
"Tapi aku takut Kai bangun dan marah ketika melihatmu," ucap Mika merasa kalau dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin Kai berada di sini, tapi ia juga takut kalau keberadaan Kai akan memperburuk situasi antara dirinya dan Eros. "Apa aku harus pulang ke rumah orang tuaku dulu?” gumam Mika, mulai memikirkan cara agar ia bisa menghindari Eros untuk sementara. Tapi Kai menggelengkan kepalanya lalu kembali melangkah masuk ke dalam rumah."Kalau kamu pulang jam sekarang, orang tuamu akan mengira kalau ada sesuatu yang salah antara kamu dan Eros. Eros juga akan semakin marah kalau tahu kamu pergi,” balas Kai memberi saran pada Mika. "Biarkan aku menemanimu malam ini.”"Aku akan mengatakan kalau aku kelelahan setelah mengantarnya pulang, jadi aku menginap,” lanjut Kai lagi. Ia tahu ketakutan Mika jadi ia sudah memikirkan alasannya. “Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Mika merasa tidak enak. Kai hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mika. Ayo masuk dan bersi
Kai segera pergi ke tempat di mana club malam yang Eros sering datangi. Tentu saja Kai tahu, ia sudah berteman dengan Eros sangat lama dan tahu kemana sahabatnya itu akan pergi ketika ingin bersenang-senang. Kai sampai di club malam itu, dan semua mata langsung tertuju ke arahnya."Hallo, selamat malam Tuan Kai. Sudah lama sekali saya tidak melihat anda kesini.” Ia di sambut oleh salah satu penjaga club malam dan hampir seluruh penjaga di club malam ini mengenal Kai, itu karena dia sering kesini dan pemilik club malam ini adalah salah satu kenalannya."Apa kamu melihat Eros? Aku sedang mencarinya,” tanya Kai tidak ingin berbasa-basi. Ia sedang ditunggu oleh Mika dan Ergan, jadi ia harus segera menemukan sahabatnya. "Maksud anda Tuan Eros Ryder? Saya melihatnya masuk 2 jam yang lalu bersama dua orang wanita,” jawab penjaga club malam itu dan Kai akhirnya bisa bernafas lega karena ia tidak perlu mencari Eros ke tempat lain. "Baguslah kalau dia di sini. Apa kamu tahu dia ada di mana?”
Sudah hampir tengah malam dan Eros belum juga pulang. Mika tidak bisa tidur karena ia merasa khawatir pada suaminya itu. Mika terus berjalan kesana kemari, menghabiskan waktunya sembari menunggu Eros.“Apa Eros tidak akan pulang?” batin Mika. Ia mulai berpikir kalau mungkin saja Eros pergi menemui Paula dan tidur dengan wanita itu. Namun, entah kenapa perasaan Mika semakin gusar, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Mika mengambil ponselnya dan menelepon Eros berkali-kali, tapi Eros tidak mengangkatnya. “Benar, sepertinya dia sedang bersama Paula.” Mika memutuskan untuk tidak memikirkan suaminya itu lagi, dan karena malam sudah semakin larut, Mika akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di sana. Ia terus menenangkan dirinya dengan berpikir kalau Eros sedang bersama Paula.
"Ayo Mika masuk ke dalam kamar mandi," ajak Eros. Mika hendak berjalan mengikuti Eros, namun Eros langsung menghentikannya. "Tunggu, kamu mau membantuku dengan memakai pakaian seperti itu?” tanyanya."Tidak apa-apa, aku akan mengganti bajuku kalau basah,” jawab Mika, tapi Eros menggelengkan kepalanya tidak memperbolehkan Mika memakai pakaiannya ketika membantunya mandi. "Tidak, lepaskan saja bajumu,” tolak Eros. Mika hendak mengatakan kalau tidak mau, tapi tatapan Eros padanya langsung berubah menjadi tajam. "Mika, apa aku harus memintanya dua kali? Aku sudah memintamu dengan perkataan yang sangat baik.” Mika tidak menjawab, ia terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa. "Kamu adalah istriku, Mika. Apapun permintaanku, kamu harus memberikannya,” ucap Eros. Baru di saat seperti ini, Eros mengakui Mika sebagai istrinya padahal biasanya Eros selalu mengakui Mika sebagai pelayan atau budaknya. "Apa kamu tidak mendengarkanku?” Karena takut Eros semakin marah, Mika meng
Paula tidak menyangka kalau hanya karena ia memanggil nama Mika, Kai akan berubah menjadi iblis. Ia menyesal telah mengajaknya berbicara dan mencoba untuk menggodanya, kalau ia tidak melakukan itu, ia mungkin tidak akan berakhir seperti ini."Ma-maafkan aku," mohon Paula kembali menangis. Cekikan Kai membuatnya susah bernafas dan Kai masih tampak sangat marah."Kalau sampai kamu berani mengatakan nama Mika lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Aku bisa membunuhmu dengan mudah, membuatmu hilang dan aku yakin Eros tidak akan mencarimu. Aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu pergi bersama pria lain. Ia pasti akan mempercayaiku. Kamu tahu sedekat apa aku dengan Eros, kan?" Senyuman miring Kai kembali dan tangisan Paula semakin kencang."Tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon.