Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m
Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika
"Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.
"Apa? Menikah? Ibu, aku masih kuliah sekarang. Bagaimana bisa aku menikah?" teriak Mika terkejut. Ia baru saja pulang dari kampus dan tiba-tiba mendapatkan permintaan gila dari ibunya."Mika! Ini demi perusahaan ayahmu. Apa kamu mau melihat keluarga kita bangkrut?" ucap ibunya dengan isak tangis yang membuat Mika perlahan merasa bersalah. "Aku akan mencari kerja," ujar Mika dengan suara tegas, tapi bukannya setuju, ibunya malah terus menangis. "Kamu kira hutang kita dan biaya ganti rugi hanya sedikit?” isak ibunya. "Lagipula pria yang akan menikah denganmu juga pria yang baik dan berasal dari keluarga yang sangat kaya!” "Tapi, Bu—" Tiba-tiba wanita paruh baya itu berlutut di depan Mika, memohon agar anaknya mau mengikuti apa yang mereka inginkan. Mika tentu saja terkejut, ia lekas menarik tangan ibunya untuk berhenti berlutut kepadanya. "Ibu, kenapa kamu sampai melakukan ini?" suara Mika bergetar. Ia benar-benar sedih dan tidak suka melihat ibunya begitu putus asa. "Mika, Ibu m
"Aku memang sedang mabuk, tapi aku tidak gila!" Mika berteriak marah, sambil melepaskan diri dari dekapan pria itu. Gerakan tiba-tiba itu membuat kepalanya bertambah pusing karena efek alkohol. Mika pun bersandar pada meja bar untuk menopang tubuhnya sendiri."Aku hanya meminta hakku saja," jawab pria itu ringan, masih dengan senyuman yang membuat Mika bergidik."T-tapi tidak dengan tubuhku! Apa kamu pikir aku seorang pelacur?" Meski kesal, tapi Mika tidak bisa menelan rasa gugupnya karena terus ditatap oleh pria tampan itu."Kalau begitu, kamu bisa membayarku saja. Mudah, kan?""Aku tidak punya uang sebanyak itu!”"Kamu tahu ada pilihan lain." Pria itu berjalan ke arah Mika dan menyeringai. Kedua tangannya ia letakkan di kedua sisi tubuh Mika, mengurungnya di meja bar hingga tidak bisa ke mana-mana."Kamu tidak perlu takut,” bisik Kai dengan suara rendah, membuat jantung Mika berdegup kencang. Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh karena pria itu berbisik di telinganya."Aku tidak p
Ibunya tidak banyak bertanya saat Mika pulang ke rumah. Mereka segera pergi ke butik dan ibunya memilihkan gaun pengantin dengan penuh semangat. Berbeda dengan Mika justru terlihat murung."Bagaimana Mika, apa kamu menyukainya?" Mika selesai mencoba satu gaun. Mika menatap dirinya sendiri di cermin dan memaksakan senyumnya."Ibu yakin kamu akan bahagia. Ibu kenal calon suamimu dan dia orang yang baik. Pak Ergan memintamu untuk menikah dengan anaknya karena dia tahu kamu adalah gadis yang baik." Mika tersenyum kecut mendengar ucapan ibunya. Tatapannya terpaku pada dirinya lewat cermin."Ayo cepat keluar, kamu harus menemui calon suamimu sebelum kalian berdua menikah." Kejutan lain muncul, memaksa Mika untuk menemui calon suaminya. Ketika pintu terbuka, Mika dapat melihat ayahnya dan orang-orang yang tidak dikenalnya sedang berbicara."Lihat! Mika sudah selesai mencoba gaun pengantinnya." Ibunya menunjukkan penampilan Mika kepada seorang pria tua yang bernama Ergan, ayah dari Eros yan
Sebuah pesta setelah upacara pernikahan diadakan. Para tamu bergantian memberikan ucapan selamat kepada Eros."Mika, kemarilah! Aku akan memperkenalkanmu pada teman-temanku," Eros memanggilnya."Wah, istrimu cantik sekali ya?" Teman Eros menganga kagum ketika melihat kecantikan Mika. Eros tersenyum, tampak bangga."Tentu saja dia cantik, aku pandai memilih istri, kan?" Eros meraih pinggang Mika dan memeluknya dengan erat. Mika hanya bisa tersenyum dengan terpaksa. "Benar, kamu sangat pandai memilih istri. Tapi aku tidak pernah mendengar kamu menjalin hubungan serius dengan seorang wanita dan sekarang tiba-tiba kamu menikah." Mika melihat Eros yang terlihat gugup saat mendengar perkataan temannya. Ia menyadari bahwa Eros tidak memiliki jawaban atas perkataan temannya itu. "Kami berteman sejak kecil, dan kami bertemu lagi setahun yang lalu." Mika berbohong, dan Eros terkejut karena Mika yang menjawab pertanyaan tersebut."Benarkah? Tidak heran! Eros jarang sekali mau menjalin hubungan
"Apa kamu ingat, ketika kamu menarik tanganku dan meminta aku menyentuhmu?” ucap Kai masih dengan seringai menakutkannya. Kai juga terus berjalan mendekati Mika. Kedekatan ini membuat Mika teringat kejadian di malam itu."Berhenti..." Mika berusaha membuat Kai berhenti mendekatinya. "Tapi Mika, aku sangat menyukainya. 2 minggu ini, aku tidak bisa melupakanmu. Wajahmu ini.." Tangan Kai terulur untuk menyentuh wajah Mika dan mengusapnya dengan lembut."Selalu terbayang dipikiranku,” lanjut Kai. Mika bergerak dengan cepat dan menepis tangan Kai, berusaha menghindari sentuhan Kai. Tapi tangan Kai tiba-tiba saja menarik pinggangnya, hingga Mika tidak bisa bergerak."Lepaskan aku, a-aku tidak mengerti apa yang kamu katakan." Kai kembali tertawa karena Mika berpura-pura melupakan dirinya padahal ia tahu kalau Mika mengenalnya. "Ayolah, Mika. Aku tidak bodoh, aku tahu kamu mengingatku dari tatapanmu itu. Ekspresi wajahmu itu yang mengatakan segalanya padaku.""Aku kira, kamu dan aku berjodo
"Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.
Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika
Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m
Setelah pulang dari rumah Ergan. Eros langsung pergi ke kamarnya dan terlihat mengepak pakaiannya ke dalam koper. Mika yang terkejut, langsung ikut masuk ke dalam kamarnya. "Eros, kamu mau pergi kemana?” tanya Mika ketika ia melihat pakaian Eros yang sudah masuk ke dalam koper. "Ayah akan marah kalau tahu kamu pergi,” peringat Mika lagi. Padahal mereka baru saja dimaafkan, tapi Eros sepertinya masih belum kapok. "Mau kemanapun aku pergi, itu bukan urusanmu. Kenapa? Kamu merasa senang karena ayah memaafkanku karena kamu?Kamu harus ingat, Mika. Kalau yang membuatku berada di situasi ini itu kamu! Kalau kamu semalam menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan pergi,” sungut Eros. Pria itu masih belum terima dengan amarah ayahnya yang ia terima semalam dan terus menyalahkan Mika. "Aku tahu aku salah, Eros. Maafkan aku, tapi kamu seharusnya tidak pergi ke club malam dan mabuk,” balas Mika. "Tentu saja aku melakukan itu karena aku muak melihatmu menangis dan menolak permintaanku. Untuk
"Tapi aku takut Kai bangun dan marah ketika melihatmu," ucap Mika merasa kalau dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin Kai berada di sini, tapi ia juga takut kalau keberadaan Kai akan memperburuk situasi antara dirinya dan Eros. "Apa aku harus pulang ke rumah orang tuaku dulu?” gumam Mika, mulai memikirkan cara agar ia bisa menghindari Eros untuk sementara. Tapi Kai menggelengkan kepalanya lalu kembali melangkah masuk ke dalam rumah."Kalau kamu pulang jam sekarang, orang tuamu akan mengira kalau ada sesuatu yang salah antara kamu dan Eros. Eros juga akan semakin marah kalau tahu kamu pergi,” balas Kai memberi saran pada Mika. "Biarkan aku menemanimu malam ini.”"Aku akan mengatakan kalau aku kelelahan setelah mengantarnya pulang, jadi aku menginap,” lanjut Kai lagi. Ia tahu ketakutan Mika jadi ia sudah memikirkan alasannya. “Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Mika merasa tidak enak. Kai hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mika. Ayo masuk dan bersi
Kai segera pergi ke tempat di mana club malam yang Eros sering datangi. Tentu saja Kai tahu, ia sudah berteman dengan Eros sangat lama dan tahu kemana sahabatnya itu akan pergi ketika ingin bersenang-senang. Kai sampai di club malam itu, dan semua mata langsung tertuju ke arahnya."Hallo, selamat malam Tuan Kai. Sudah lama sekali saya tidak melihat anda kesini.” Ia di sambut oleh salah satu penjaga club malam dan hampir seluruh penjaga di club malam ini mengenal Kai, itu karena dia sering kesini dan pemilik club malam ini adalah salah satu kenalannya."Apa kamu melihat Eros? Aku sedang mencarinya,” tanya Kai tidak ingin berbasa-basi. Ia sedang ditunggu oleh Mika dan Ergan, jadi ia harus segera menemukan sahabatnya. "Maksud anda Tuan Eros Ryder? Saya melihatnya masuk 2 jam yang lalu bersama dua orang wanita,” jawab penjaga club malam itu dan Kai akhirnya bisa bernafas lega karena ia tidak perlu mencari Eros ke tempat lain. "Baguslah kalau dia di sini. Apa kamu tahu dia ada di mana?”
Sudah hampir tengah malam dan Eros belum juga pulang. Mika tidak bisa tidur karena ia merasa khawatir pada suaminya itu. Mika terus berjalan kesana kemari, menghabiskan waktunya sembari menunggu Eros.“Apa Eros tidak akan pulang?” batin Mika. Ia mulai berpikir kalau mungkin saja Eros pergi menemui Paula dan tidur dengan wanita itu. Namun, entah kenapa perasaan Mika semakin gusar, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Mika mengambil ponselnya dan menelepon Eros berkali-kali, tapi Eros tidak mengangkatnya. “Benar, sepertinya dia sedang bersama Paula.” Mika memutuskan untuk tidak memikirkan suaminya itu lagi, dan karena malam sudah semakin larut, Mika akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di sana. Ia terus menenangkan dirinya dengan berpikir kalau Eros sedang bersama Paula.
"Ayo Mika masuk ke dalam kamar mandi," ajak Eros. Mika hendak berjalan mengikuti Eros, namun Eros langsung menghentikannya. "Tunggu, kamu mau membantuku dengan memakai pakaian seperti itu?” tanyanya."Tidak apa-apa, aku akan mengganti bajuku kalau basah,” jawab Mika, tapi Eros menggelengkan kepalanya tidak memperbolehkan Mika memakai pakaiannya ketika membantunya mandi. "Tidak, lepaskan saja bajumu,” tolak Eros. Mika hendak mengatakan kalau tidak mau, tapi tatapan Eros padanya langsung berubah menjadi tajam. "Mika, apa aku harus memintanya dua kali? Aku sudah memintamu dengan perkataan yang sangat baik.” Mika tidak menjawab, ia terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa. "Kamu adalah istriku, Mika. Apapun permintaanku, kamu harus memberikannya,” ucap Eros. Baru di saat seperti ini, Eros mengakui Mika sebagai istrinya padahal biasanya Eros selalu mengakui Mika sebagai pelayan atau budaknya. "Apa kamu tidak mendengarkanku?” Karena takut Eros semakin marah, Mika meng
Paula tidak menyangka kalau hanya karena ia memanggil nama Mika, Kai akan berubah menjadi iblis. Ia menyesal telah mengajaknya berbicara dan mencoba untuk menggodanya, kalau ia tidak melakukan itu, ia mungkin tidak akan berakhir seperti ini."Ma-maafkan aku," mohon Paula kembali menangis. Cekikan Kai membuatnya susah bernafas dan Kai masih tampak sangat marah."Kalau sampai kamu berani mengatakan nama Mika lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Aku bisa membunuhmu dengan mudah, membuatmu hilang dan aku yakin Eros tidak akan mencarimu. Aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu pergi bersama pria lain. Ia pasti akan mempercayaiku. Kamu tahu sedekat apa aku dengan Eros, kan?" Senyuman miring Kai kembali dan tangisan Paula semakin kencang."Tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon.