Beranda / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 106. Hutang Budi Naura Pada Evelyn

Share

Bab 106. Hutang Budi Naura Pada Evelyn

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 21:10:29

Evelyn membuka matanya perlahan, pemandangan pertama yang ia lihat adalah atap rumah sakit kemudian sosok Arjuna yang duduk di dekat ranjang pasien Naura.

Tak lama wanita itu ikut terbangun, Arjuna pun segera berdiri dan ribut memanggil dokter.

Dokter tiba, lalu dengan cepat memeriksa kondisi Naura. Tak ada seorang pun yang sadar bahwa Evelyn telah siuman.

Wanita itu mengerutkan keningnya, di mana Zafir? Mengapa di saat seperti ini suaminya tidak menjaganya seperti yang dilakukan Arjuna pada Naura?

Suara pintu ruangan yang dibuka pun terdengar, sosok Zafir muncul sambil menggendong Zevan.

Tetapi yang dilihat pria itu begitu masuk bukan Evelyn, melainkan Naura yang baru saja siuman.

Evelyn mengerutkan keningnya lemah, mengapa Zafir tega melakukan hal itu padanya? Seharusnya pria itu memperhatikannya! Bukan Naura!

"Zafir..." Panggil Evelyn dengan segenap tenaganya, kerongkongannya terasa sangat kering.

Zafir dengan cepat menoleh ke Evelyn, pria itu baru sadar bahwa istrinya telah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 107. Berhenti, Kamu Tidak Akan Pernah Menjadi Sepertiku

    Sebagai bentuk permintaan maaf atas kejadian tidak mengenakan kemarin di acara pernikahan putrinya, tuan Bara mengundang Arjuna, Naura, Zafir, dan Evelyn untuk makan bersama di kediamannya. Kondisi Naura sudah baik-baik saja, meskipun sesekali ia masih merasakan sakit kepala. Sedangkan Evelyn, kedua kaki wanita itu masih dililit oleh perban tipis. Ia masih bisa berjalan normal meskipun lukanya belum benar-benar sembuh. "Saya sungguh memohon maaf atas kejadian tidak mengenakan kemarin, tuan dan nyonya," ucap tuan Bara, kepalanya sedikit menunduk untuk menunjukkan penyesalan. Naura tersenyum tipis. "Hari sial tidak tercatat di kalender, tuan Bara. Saya dapat memaklumi hal tersebut.""Sikap Anda sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan penyesalan dan tanggungjawab," jawab Arjuna dengan kalimat yang lebih berani. "Jadi benar bahwa pria itu sebelumnya memiliki hubungan dengan Anda, nona?" tanya Zafir, menatap putri tuan Bara yang duduk di samping suaminya. Tiara mengangguk tipis, sem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 108. Zafir Yang Membuang, Arjuna Menerima

    Situasi 'tegang' juga terjadi pada Arjuna dan Zafir. Begitu makan malam selesai, tuan Bara mengajak mereka ke halaman depan untuk mengobrol santai sembari menunggu para nyonya itu kembali dari toilet. Tidak ada yang aneh dari pembicaraan hingga akhirnya tuan Bara tidak sengaja mengungkit masa lalu yang membawa percikan api antara Arjuna dan Zafir. "Itu benar, waktu memang cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin saya dapat beraktiftas dengan tubuh bugar, namun sekarang sudah menjadi pria tua seperti ini," ucap tuan Bara, tertawa mengenang masa jayanya. "Sekarang pun Anda tetap terlihat bugar, tuan Bara. Untuk umur Anda yang sekarang namun masih dapat memegang puluhan cabang besar adalah hal yang luar biasa," balas Arjuna. "Itu benar, bahkan saya berharap jika tua nanti akan memiliki kesehatan tubuh seperti milik Anda," ujar Zafir menambahkan. Tuan Bara tertawa senang karena mendapat pujian Arjuna dan Zafir, lalu ingatannya tidak sengaja mengingat momen lima tahun lalu. "Saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 109. Glimpse Of Us Zafir

    Di dalam perjalanan pulang menuju Jakarta, Naura menyandarkan tubuhnya pada bangku pesawat di samping Arjuna. Arjuna melepas jas-nya dan kini sibuk menggenggam hangat tangan Naura, pria itu juga ikut menyandarkan tubuhnya. "Mengapa tidak ada hal baik setiap kali kita pergi ke luar kota atau negeri?" ucap Naura dengan mata terpejam sambil mengingat rangkaian kejadian di pernikahan putri tuan Bara. Arjuna menoleh ke Naura, memperhatikan raut lelah wanita itu. "Kamu kesal?" tanya Arjuna. Naura kembali membuka matanya, mengangguk tipis. "Tentu saja, melihat orang lain mencoba meniru setiap gerakan yang kamu lakukan, itu menjengkelkan, bukan?" jawab Naura, di akhir kalimatnya ia ikut menoleh. "Kamu benar-benar berbicara padanya di toilet?" tanya Arjuna lagi. Naura mengangguk, lalu menghela napas. "Iya, meskipun pada akhirnya dia tetap berusaha meniruku.""Sepertinya ada masalah di antara mereka berdua," balas Arjuna, kemudian tangannya beralih mengelus kepala Naura lembut. Naura t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 110. Wajendra Ingin Menarik Perhatian Naura

    Selagi Zafir dan Evelyn masih dalam perjalanan kembali, Malini di kediamannya mengumpulkan kawanan sosialitanya. Beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya, wanita paruh baya itu ingin memeriahkannya dengan para nyonya elite kenalannya. "Kamu mengundang nyonya besar Renjana juga?" tanya salah satu temannya. Malini mengangguk. "Tentu saja, dia adalah salah satu bintang terterang di Asia." Teman Malini terkekeh tipis. "Kamu mengatakannya seolah sedang mencemoohnya." Malini menggeleng pelan. "Bagaimana mungkin aku berani? Dia adalah Renjana." Tawa khas ibu-ibu sosialita kembali pecah, hingga tak lama salah satu teman Malini ada yang kembali berbicara. "Bagaimana dengan nyonya besar Tirta?" Pertanyaan itu membuat beberapa dari mereka mengerutkan keningnya bingung. "Bukankah Sausan sudah dijebloskan ke penjara dengan anak tirinya? Naura Tirta?" Teman yang tadi bertanya pun menggeleng. "Tidak, bukan Sausan, tetapi istri kedua mendiang tuan Tirta. Dia adalah ibu kan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 111. Undangan Ulang Tahun Malini

    Naura turun dari mobil Arjuna, Mela seperti biasa menyambut kepulangannya dengan hangat. "Syukurlah, kamu kembali dengan selamat," ucap Mela sambil memeluk Naura. Naura tersenyum hangat dan membalas pelukan ibunya, tak lama wanita paruh baya itu menatap calon menantunya. "Mau mampir dulu?" tawar Mela, tersenyum ramah ke arah Arjuna. Arjuna dengan sopan menggeleng. "Maaf, ibu. Sudah cukup larut malam, mungkin di lain kesempatan saya akan berkunjung kemari lagi."Mela mengangguk mengerti, setelah dua hingga tiga kalimat percakapan, Arjuna pamit undur diri. Begitu mobil Arjuna keluar dari gerbang Mansion, Naura dan Mela berjalan masuk bersama. Mereka pergi ke kamar masing-masing, Naura segera membersihkan dirinya. Wanita itu duduk di depan meja rias dan menatap bayangannya dingin. Naura kembali teringat dengan apa yang terjadi di Solo. Sebesar apa pun usahanya untuk tidak memikirkan perkataan Evelyn, pada akhirnya Naura akan terganggu. Lamunannya pecah saat suara ketukan pintu t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 112. Zafir Menikah Lagi?

    Keesokan harinya semua kesibukan berjalan seperti biasa. Zafir kembali fokus pada pekerjaannya dan Evelyn pada jadwal belajar serta putranya. Wanita itu tengah duduk di halaman belakang Mansion sambil mengajak Zevan bermain. Tak lama, suara wanita paruh baya terdengar dari belakangnya. "Astaga, cucuku tersayang!" Evelyn dengan cepat menoleh, dia dengan cepat berdiri untuk menyambut Malini. "Ibu? Kapan ibu tiba di sini?" tanya Evelyn. Malini menjawabnya sambil menggendong Zevan. "Apa itu penting? Yang terpenting adalah bertemu cucuku sekarang."Evelyn hanya tersenyum, dia tidak lagi menjawab dan kembali duduk. "Ibu mau dibuatkan minuman? Aku akan meminta pelayan untuk--""Tidak perlu, aku bisa memintanya sendiri nanti." Potong Malini, lalu duduk tidak jauh dari posisi Evelyn sambil memangku Zevan. "Aku dengar akhir-akhir ini kamu sering bertengkar dengan Zafir, ada apa?" tanya Malini. Senyum Evelyn berubah menjadi sedikit kaku, di momen ini Malini juga menyadari ada sesuatu ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 113. Hanya Naura Yang Pantas Menjadi Nyonya Wajendra

    Berbeda suasananya dengan Mansion Wajendra, Mansion Tirta justru terlihat sangat tenang dan ceria. Naura hari ini tidak pergi ke kantor, dia memutuskan ingin menghabiskan waktu di rumah bersama ibunya. Naura dan Mela mengenakan pakaian berkebun, mereka sibuk menanam tanaman bersama di halaman depan dan belakang Wajendra. Tak lama sosok Arjuna muncul, pria itu seperti biasa mengenakan setelan jas formal berwarna hitam."Kamu tidak ke kantor?" tanya Naura saat melihat pria itu tiba-tiba muncul. Arjuna mengangguk. "Tidak ada jadwal penting hari ini, jadi aku memutuskan untuk mampir kemari setelah mengetahui kamu juga tidak pergi ke kantor."Naura mengangguk mengerti, lalu tersenyum tipis. "Mau bergabung?"Arjuna mengangguk. "Tentu saja, kenapa tidak?""Kamu bisa berkebun?" tanya Mela, dia jarang melihat pria dengan status tinggi menyukai kegiatan seperti ini. Arjuna mengangguk ragu. "Kita bisa mencobanya bersama."Naura terkekeh. "Dari jawabannya itu berarti tidak bisa, bu."Arjuna

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 114. Ya, Aku Masih Mencintainya!

    Niat awal Evelyn mendatangi suami dan ibu mertuanya adalah untuk meminta maaf.Tetapi... Mendengar percakapan mereka membuat Evelyn mengurungkan niatnya. Dengan lemas wanita itu melangkah mundur, tangan kanannya menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tangis sedikitpun. Air matanya mengalir deras, perlahan ia menjauh dari ruang kerja Zafir hingga akhirnya benar-benar berlari. Evelyn terus berlari, ia tidak memiliki tujuan pasti. Para pelayan yang melihat sosoknya pun bingung dan segera bertanya-tanya, apa yang sekiranya baru saja terjadi lagi?Evelyn berhenti secara tidak sengaja di pintu yang selalu dilarang Zafir untuk dimasuki siapapun. Evelyn menatap dingin pintu itu, air matanya masih terus mengalir. Sebenarnya apa yang ada di balik pintu ini hingga suaminya bahkan melarang dirinya untuk masuk?Tak lama Evelyn teringat dengan Naura. Apa yang sekiranya akan Naura lakukan di posisi ini? Apa dia akan mentolerir rahasia seperti ini?Setelah dipikirkan, jawabannya adalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 179. Jauh dan Dingin

    Naura menggeser beranda sosial medianya sejak tadi, tangannya mendingin dengan jantung yang sedikit memburu. Kabar bahwa Arjuna siuman telah diklarifikasi oleh ratusan media, namun sampai saat ini Naura belum mendapatkan kabar langsung. Tak peduli seberapa keras ia berusaha berpikir positif, perasaan khawatir dan takut menyelimutinya dengan sangat sempurna. Apa yang telah terjadi selama dirinya tidak di Jakarta? Apa sesuatu telah menimpa Renjana? Perjalanannya menuju Jakarta dari Sulawesi hanya memakan waktu selama dua setengah jam. Pukul jam tiga sore, Naura berhasil mendarat di Jakarta.Ia sempat meminta Kate untuk mencari bubur sebelum mereka menemui Arjuna. Selama perjalanan menuju Mansion Renjana lengang, sejak percakapan di rumah sakit sebelumnya, Althaf tidak begitu banyak bicara. Pada akhirnya Naura tetap memaksakan dirinya pulang, ia bahkan berusaha meyakinkan dokter bahwa kondisinya baik-baik saja meskipun sang dokter sudah berkata tidak. Kepala Naura hanya dipenuhi

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 178. Berita Arjuna Renjana

    Naura mengerjapkan matanya pelan, hanya ada atap putih khas rumah sakit di pengelihatannya. Belum ada lebih dari tiga detik, otak wanita itu secara otomatis mengingat Arjuna lalu menyusul pada pekerjaannya. Tubuh Naura mendadak menegang. Saat berusaha mengambil posisi duduk, ia tersadar bahwa sekarang dirinya berada di rumah sakit dengan selang infus di tangan. Menoleh ke samping, ia melihat sosok Althaf yang duduk tertidur di kursi dekat ranjangnya. Pria itu terlihat sangat lelah dan tenang, hingga tak lama kedua mata Althaf tiba-tiba terbuka, membuat pandangan mereka jatuh bersama di satu titik. "Kamu sudah sadar?" ucap Althaf sambil mengambil posisi tegak, wajahnya menatap penuh khawatir ke arah Naura. Naura mengangguk. "Iya. Apa aku sebelumnya pingsan?"Hening sejenak, sampai akhirnya Althaf mendengus tipis dan menatap Naura seolah marah. "Kamu bertanya padaku? Astaga! Ini semua karena pola makanmu yang berantakan, aku curiga sebenarnya sejak dulu pola makanmu seperti ini, y

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 177. Tumbang-Bangkit

    "Selamat datang, nyonya Tirta. Mohon maaf karena kami tidak sempat menyambut Anda--""Tidak masalah, wakil manajer." Potong Kate mewakili Naura, membuat sang wakil manajer itu terdiam. "Di mana manajer Frank?" tanya Naura, matanya memperhatikan satu persatu wajah yang menyambutnya. "Ah... Beliau sedang memiliki urusan penting di luar, nyonya. Setelah mendengar kabar bahwa Anda akan datang beliau bergegas menuju kemari, mohon pengertiannya karena belakangan ini perusahaan sedang sibuk-sibuknya," jawab sang wakil manajer. Naura ataupun Kate tidak ada lagi yang membalas, sementara Althaf sejak awal hanya diam dan mengamati di belakang Naura. Mereka pun akhirnya dipersilahkan masuk menuju ruang utama manajer Frank, di sana Naura duduk dengan tenang di sofa tengah ruangan mereka. "Berikan aku laporan terkini," pinta Naura secara tiba-tiba. Sang wakil manajer dengan cepat melipat keningnya bingung. "Laporan mengenai apa, nyonya?"Naura menaikkan alis kirinya, pertanyaan macam apa itu?

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 176. Menanti Kabar

    Naura tiba di Sulawesi dengan selamat bersama Kate dan Althaf. Menunggu pagi, ketiganya pun singgah di salah satu hotel kota setempat. Tidak memungkinkan untuk langsung bergerak di tengah malam menuju pagi ini. Keesokan harinya begitu siang, mereka berkumpul di ruang tengah hotel Naura untuk membahas urusan hari ini. "Nyonya, apa tidur Anda nyaman?" tanya Kate khawatir karena menyadari raut wajah Naura yang tidak begitu baik. Naura mengangguk singkat. "Aku baik-baik saja." Lalu matanya melirik Althaf. "Apa hal yang kamu tunda sampaikan semalam?" Althaf tersenyum tipis sambil menyesap kopi hitamnya, kedua matanya membalas tatapan Naura seperti biasa. "Aku memiliki rekan yang berpengaruh, dia Gubernur di kota ini. Dia bisa menekan pergerakan media atau hukum yang sekiranya dikendalikan pelaku. Pion kuda juga sudah dikerahkan sejak pagi."Kate yang mendengar ini pun merasa penasaran. "Pion kuda?"Althaf mengangguk cepat. "Hal yang paling digilai pria itu selain uang adalah wanita,

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 175. Andai Kamu di Sini

    Naura tertegun menatap Althaf, apa-apaan jawaban pria itu? Sementara Althaf tak lama kemudian tertawa, lalu ia menggeleng pelan. "Aku bercanda." Naura pun akhirnya perlahan ikut tertawa tipis meskipun perasaannya sudah terlanjur canggung. "Jadi siapa dia?" tanya Naura lagi, berusaha mengalihkan suasana canggung mereka. Althaf perlahan berhenti dari tawanya, lalu bersandar pada sofa sambil memejamkan mata. "Entahlah, terlalu menyakitkan untuk disebut," jawab pria itu seolah kejadian menyakitkan itu baru terjadi kemarin. Naura menaikkan alis kirinya. "Dia rekan kerjamu atau kerabat jauh mungkin?" Althaf membuka sebelah matanya sekilas untuk menatap Naura. "Sudah aku katakan, dia terlalu sakit untuk disebutkan." Naura terkekeh tipis. "Mengapa mendadak dramatis?" Althaf ikut tertawa. "Aku tidak dramatis, tetapi memang kenyataannya sangat menyakitkan!" Naura hanya menggeleng pelan melihat kelakuan pria itu, lalu lanjut memasukkan sesendok makanan ke mulutnya. "Tapi." Althaf

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 174. Teman Masa Kecil Naura

    "Maaf, aku harus segera kembali ke kantor," ucap Naura setelah menyimpan kembali ponselnya. Althaf mengangguk ringan. "Tentu saja, tidak masalah. Aku juga memiliki beberapa pekerjaan lain." Naura balas tersenyum, lalu saat ia hendak mengucapkan kalimat perpisahan, Althaf tiba-tiba kembali bicara. "Apa aku boleh menemuimu kapanpun sebagai teman kecil setelah ini?" Naura menaikkan alis kirinya, lalu tanpa keberatan mengangguk. "Iya, mengapa tidak?" Althaf terkekeh. "Baiklah, terima kasih banyak. Aku hanya takut mengganggu waktu nyonya besar Tirta." Naura ikut terkekeh tipis. "Jangan mengolokku, Althaf." Berikutnya ia melirik ke jam analog di tangan kirinya. "Maaf, aku harus segera ke kantor." Althaf yang masih memiliki senyum lembut mengangguk. "Iya, hati-hati di jalan. Segera kabari aku jika terjadi sesuatu." Naura balas mengangguk juga, kemudian mereka akhirnya berpisah setelah dua hingga tiga kalimat pamit. Sampai di kantor Tirta, Naura dengan cepat menyerahkan seluruh

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 173. Melindungi, Dilindungi

    Selesai mendonorkan darahnya, Althaf meminta izin pada Naura untuk melihat kondisi Arjuna. Tidak merasa keberatan, Naura pun mengizinkannya. Mereka melangkah bersama menuju ruangan Arjuna. Begitu pintu dibuka, hanya ada hening yang diiringi suara mesin pendeteksi detak jantung. Pandangan Naura otomatis melembut saat melihat sosok Arjuna yang masih tebaring memejamkan matanya. Tanpa Naura ketahui, Althaf menyadari tatapannya beberapa saat. Lalu ia pun beralih ikut menatap Arjuna. Naura duduk di kursi tidak jauh dari ranjang Arjuna, sementara Althaf berdiri di belakangnya. "Sudah berapa lama beliau tidak sadarkan diri?" tanya Althaf. Naura memandangi Arjuna semakin dalam, lalu meraih tangan hangat pria itu. "Tiga hari.""Sebuah keajaiban beliau masih dapat bertahan di tengah kondisinya yang kekurangan darah," balas Althaf takjub. Naura tersenyum tipis, tidak menjawab. Tetapi dia setuju mengenai keajaiban yang disebutkan Althaf, karena Arjuna memang selalu membuatnya terkejut. "A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 172. Untukmu, Bukan Untuknya

    Sehari setelahnya, Naura seperti biasa sibuk mengurus berbagai macam pekerjaan. Masalah internal Tirta sudah mereda berkat dana investasi yang diberikan Althaf. Perusahaan pun dapat kembali berjalan seperti sedia kala.Damian pun secara rutin selalu mengirimkan laporan mengenai perkembangan Renjana, pria itu mengabarkan bahwa Renjana menggelar rapat tertutup. Helena meminta Naura untuk hadir, namun dengan hati-hati ia menolaknya. Meskipun Helena sendiri yang mengundangnya, rapat itu tetaplah bersifat internal. Naura segan untuk bergabung, dia belum menjadi istri sah Arjuna. Helena sepertinya telah memantapkan hatinya, wanita itu berhasil bangkit dari keterpurukannya untuk berdiri melindungi Arjuna. Situasi anak dan ibu itu memang sedang berada di ujung tanduk. Di tengah kesibukannya, ponsel Naura lagi-lagi berdering. Naura hanya melirik sekilas, keningnya terlipat bingung karena penghubungnya adalah nomor tak tak dikenal. "Tolong angkat untukku, Kate," pinta Naura sambil kembal

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 171. Tunangan Renjana dan Nyonya Tirta

    Senyum Jordan yang semula ramah kini berubah sama dinginnya dengan Naura, kilatan kebencian muncul selintas di matanya. "Nyonya Tirta, alangkah baiknya jika Anda tidak ikut campur lebih dalam. Internal Renjana adalah sesuatu yang tidak bisa diusik pihak manapun, saya peringat--""Tuan Jordan, apa kalimat saya yang sebelumnya kurang jelas untuk Anda?" potong Naura, tidak takut pada penekanan Jordan. "Aku adalah bibi Arjuna, berani-beraninya kamu memperlakukanku seperti ini?! Aku sungguh tidak akan rela jika ternyata keponakanku menikahi wanita angkuh sepertimu!" balas Lina sambil terus menatap tajam Naura. Naura tersenyum tipis. "Tidak ada maksud sedikitpun untuk dianggap angkuh. Tetapi amanah tetaplah amanah, saya hanya ingin menjaga kepercayaan calon ibu mertua saya." Jordan mengerutkan keningnya. "Apa kami menurutmu adalah kekonyolan Renjana? Saya adalah sepupu yang jelas memiliki darah kental Renjana seperti Arjuna, di mana etika Anda--""Tuan Jordan, jika itu yang memang Anda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status