Beranda / Rumah Tangga / Berbagi Suami / 59. Bertemu Orang Tua Wini

Share

59. Bertemu Orang Tua Wini

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 07:50:24

Tania merasa rumah jadi ramai, padahal ini masih pagi buta. Ia keluar kamar, berharap mendapat jawaban kenapa ia harus terbangun saat langit masih gelap.

Adrian keluar dari lift, ia melirik Tania yang masih marah padanya.

“Ada apa? Kenapa rumah sangat ramai?”

“Aku berniat mencari tahu.” Adrian berjalan menuju ruang tamu dibuntuti Tania.

Betapa terkejutnya mereka melihat Wini tengah duduk frustasi diantara orang tuanya. Papanya yang beres operasi ternyata sudah pulang, dan bingungnya kenapa ia ada disini, lengkap dengan mamanya kembali berani datang.

“Eh, Adrian?” papa Wini mendekati Adrian, “Kamu apa kabar? Kamu tega sekali tidak menjenguk papa di rumah sakit kemarin.”

Wini menghampiri papanya, “Pa, aku ‘kan sudah bilang, mas Adrian sibuk.”

“Iya, papa ngerti. Terima kasih kamu sudah membayar penuh kebutuhan papa selama di rumah sakit, sampai papa di rawat di ruang VIP. Kamu memang menantu terbaik sepanjang masa.”

Mama mendekati mantan suami dan anaknya, “Betul, pa, A
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Berbagi Suami   60. Nyaris Celaka

    Tania menutup pintu kamar dari luar. Ia yang berniat akan mengelilingi halaman belakang rumah, langsung dihampiri orang tua Wini. “Lihat, istri kedua Adrian. Sungguh tidak tahu malu. Ada kita disini sebagai tamu, tapi dia malah asik di kamar membawa suami orang.” sindir mama Wini. “Aku pikir kamu cukup tahu diri sebagai seorang istri kedua. Ternyata—kamu lebih buruk dari yang dibayangkan.” Papa Wini ternyata tak kalah bermulut ular. “Om, tante, maaf saya tinggal dulu. Silakan istirahat, mengingat om baru pulang dari rumah sakit.” “Tidak perlu sok perhatian. Saya tahu akal bulus kamu. Kamu sedang mencari muka ‘kan?” Tania tersenyum, “Kalau itu yang kalian pikirkan, itu bukan salah saya ‘kan?” ia melewati mereka. “Lancang kamu ya! Kami akan mencelakan anak haram kamu itu! Kamu pikir kami tidak tahu akal bulus kamu untuk mengeruk harta keluarga Kiehl dengan menjual anakmu itu?” Tania membalikkan badannya, “Jangan pernah katakan kalau anak ini anak haram! Dia punya ayah!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Berbagi Suami   61. Tidak Pulang ke Rumah Adrian

    Tania tidak fokus bekerja hari ini. Ketakutannya akan kehilangan sang calon anak, membuatnya hanya bisa duduk tidak tenang. “Mbok Sayem atau bodyguard sudah lapor ke mas Adrian belum, ya? Kalau sudah, kenapa mas Adrian tidak kesini untuk mengecek keadaanku seperti biasa? Atau—setidaknya menanyakan kabarku?” Tok-Tok-Tok “Masuk.” “Maaf, bu, ada tamu untuk ibu.” “Siapa, mbak Tika?” “Namanya pak Angga dan bu Isti. Katanya mereka kakak dan ipar bu Tania.” “Oh, iya, biarkan mereka masuk.” “Baik, bu.” “Mbak Tika?” “Iya, bu?” “Pak Adrian—tidak kesini?” “Tadi pak Adrian sempat kesini, bu, tapi hanya sebentar. Begitu sampai lobi dan bertemu bodyguard bu Tania, pak Adrian langsung pergi dengan marah.” Tania diam. Apa mungkin Adrian langsung mengambil keputusan untuk mengusir orang tua Wini? “Oh begitu. Iya, terima kasih, mbak. Kakak dan ipar saya tolong dipanggilkan kesini.” Tania berjalan mondar-mandir memikirkan keputusan apa yang akan Adrian ambil untuk mertuanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Berbagi Suami   62. Bujukkan Adrian

    Tania duduk bersandar di ranjang kamar tamu sambil mengelus perutnya. Ia kembali sibuk memikirkan nasibnya ke depan. “Apa benar aku harus menjadi janda lebih cepat demi menjaga anak ini?” “Mas Adrian pasti menjagaku, meski tidak selalu. Tapi kak Angga benar, aku akan terus dituduh pelakor. Aku tahu di kantor, para karyawan diam-diam membicarakanku.” Tania menutup wajahnya, “Aku harus bagaimana sekarang?” “...aku hanya mau bertemu Tania!” Tania menajamkan telinganya, “Itu seperti suara—mas Adrian?” “Mana Tania? Tan! Tania!” Tania bangkit. Ia yang akan membuka handel pintu, tidak bisa mendorong pintu kamar. Seperti ada yang menahannya dari luar. “Tania tidak ada disini, Adrian.” Angga berkata pelan, seolah menenangkannya. “Mana mungkin tidak ada disini. Aku tahu Tania pulang bersama kamu dan Isti dari kantor.” “Apa buktinya? Bodyguard suruhanmu yang bilang?” “Mereka tidak tahu apa-apa. Aku melihat dari CCTV kantor. Sekarang bawa Tania kesini!” Angga tertawa, “Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Berbagi Suami   63. Meminta Tolong Adrian

    Mbok Sayem dan dua asisten rumah tangga lain baru sampai disini bersama dua bodyguard yang diminta untuk membantu membereskan barang Tania dan sebagian barang Adrian. “Wah, rumah ini lebih besar dari rumah bu Wini ya.” cuap salah satu asisten rumah tangga pada rekannya. “Iya, benar. Ini lebih besar, lebih modern, dan lebih—aku berharap bisa ditempatkan disini.” “Aku pun.” Adrian berdehem. “Eh, maaf, pak. Barang-barang bu Tania sudah saya bereskan di kamar. Untuk keperluan dapur dan yang lain apa harus dibereskan sekarang juga?” “Besok saja. Kalian sudah makan?” “Sudah, pak.” Tania melenggang mendekati ruang tengah, dimana semua orang berkumpul, “Saya juga sudah makan malam, tapi masih lapar. Bagaimana kalau kita—barbequan?” Semua berteriak senang. “Mbok sudah lama tidak barbequan.” Tania melirik Adrian, “Tidak papa ‘kan, mas? Kamu belum lelah?” Adrian pikir setelah mengurus kepindahan rumah, mereka bisa langsung bertarung di ranjang. Ia terpaksa mengangguk, “Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Berbagi Suami   64. Memanfaatkan Wini (++)

    Pov Adrian Adrian menyetir dengan keadaan sangat marah. Ia tidak menyangka, Tania kembali mempermainkannya. Ia sudah menunggu selama empat bulan untuk bisa mencicipi tubuh indah istri keduanya, tapi kembali gagal. “Sial! Sebenarnya mau Tania apa?” Tentu, Adrian bisa melakukannya setiap kali mereka sudah terlanjur melakukan pemanasan, tapi ia selalu tidak tega melihat wajah takut dan khawatir Tania. Ia hanya tidak mau membuat istrinya tidak nyaman. Mobil sampai di halaman rumah. Ia menemukan Wini tertidur di sofa ruang tamu. “Win?” Mata Wini mengerjap, “Mas?” Adrian menunggu Wini bangkit dari sofa. “Aku pikir kamu—akan tidur di rumah Tania.” “Kalau kamu berpikir begitu kenapa kamu masih menunggu disini?” Wini tersenyum, “Entahlah. Kamu sudah makan?” “Hm.” “Ya sudah, aku siapkan air hangat untuk mandi.” Adrian menahan lengan Wini, “Aku—mau.” Adrian sudah menyemburkan cairan miliknya beberapa kali pada Wini. Istri pertamanya itu kewalahan menampung nafsu suami

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Berbagi Suami   65. Sudut Pandang Wini

    Pov Adrian Adrian baru selesai sarapan di rumah Wini. Ia tak menjawab tanya Wini sedikitpun karena masih tersinggung dengan ucapannya semalam. “Mas, aku pakaikan dasinya.” “Biar Tania yang pasangkan nanti di kantor.” Wini berdiri, ia membereskan piring kotor. Saat mengambil piring kotor milik Adrian, ia menaruhnya dengan kasar di atas piring kotor miliknya. Adrian menatap Wini. Ia membuang nafas pelan ketika sadar Wini marah. Ia bangkit, “Pasangkan dasinya di kamar. Pilihkan dua dasi lagi, aku ada acara siang ini.” Wini yang terlanjur marah, sebenarnya enggan mengikuti Adrian ke kamar. Tapi ia harus menebus ucapannya semalam pada sang suami. Di kamar, Wini memilihkan dua dasi lain, “Yang ini, mas?” “Ya, boleh.” Adrian hanya melirik dasi itu sekilas, karena ia sibuk menatap ponsel. “Kemejanya juga?” “Ada di kantor. Cukup dasi saja.” Wini menutup lemari, “Apa perlu aku buat tali dasinya sekarang, agar nanti aku tinggal pakai?” Adrian mengangguk, “Boleh.” “Atau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Berbagi Suami   66. Menyerahkan Diri (++)

    Tania tersenyum. Tangannya dengan nakal meremas milik Adrian yang sudah mengeras. “Tania, sebelum semua terlambat, lepaskan.” “Kamu akan terlambat ke kantor, mas. Tidak papa ‘kan?” Adrian menyingkirkan tangan Tania pelan-pelan dari miliknya, “Ini peringatan terakhir, kamu—mau aku—” “Ya, aku mau, mas Adrian.” Adrian tersenyum, ia memegangi dagu Tania, “Tania Winata, aku minta kamu berhenti.” Tania membuka atasan bajunya. Ia bergerak melenggokan tubuhnya didepan Adrian, “Kamu tidak tertarik?” Adrian berjalan cepat menuju pintu. Tania menarik lengannya. “Jangan pernah salahkan aku kalau aku—” Tania mendesah memancing Adrian. Adrian tak tahan lagi, meski tadi pagi ia sudah melakukannya dengan Wini, dengan Tania tentu akan berbeda. Ia sudah menunggu momen ini dari lama. Ia sudah memberikan peringatan beberapa kali, tapi sang istri dengan nakalnya terus memancing, membuatnya mau tak mau terpaksa melakukan itu. Tania tak protes digendong Adrian untuk di dudukkan di m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Berbagi Suami   67. Mimpi Buruk yang Sama

    Tania kelelahan setelah bertarung dengan Adrian. Ia memutuskan untuk istirahat di rumah dan berencana akan pergi ke kantor di jam makan siang. Adrian harus tetap pergi, karena ada pertemuan dengan staf penting di beberapa perusahaannya. Tania menggeleng ketika tidur setelah mandi dan makan. Ia merasakan tubuhnya ada di diskotek terkutuk itu bersama lelaki asing yang dulu memperkosanya. “Tidak! Tidak! Jangan! Kamu bukan Romi! Kamu siapa?” Tania terbangun. Ia berteriak kencang sambil menangis. Dahinya berkeringat hebat. Pintu diketuk. “Non?” Tidak ada jawaban. Tania sibuk mengatur nafasnya. Mbok Sayem membuka pintu, “Non Tania kenapa?” Tania menangis histeris. Ia menutup kedua telinganya, “Jangan dekati aku!” “Non, ini mbok.” Tania turun dari ranjang. Ia berdiri di pojok kamar masih terus menangis. Mbok Sayem kebingungan. Dua asisten rumah tangga lain masuk dan berusaha menenangkan Tania. “Ini ada apa, mbok? Ibu Tania kenapa?” “Mbok gak tahu. Bangun tidur non T

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Berbagi Suami   105. Derita Istri Kedua

    Tania menyiapkan makan malam saat Adrian sibuk bermain dengan Noah dan Seraphina di ruang keluarga. “Non, bagaimana kondisi non Wini?” tanya mbok Sayem sambil menata meja. “Dokter bilang ada perkembangan baik. Kita doakan saja, mbok.” “Tentu, non. Mbok selalu mendoakan yang terbaik untuk non Wini.” “Meja siap, saya panggil mas Adrian dan anak-anak dulu.” “Iya, non.” Tania melenggang mendekati ruang keluarga. Noah sedang menghujami Adrian dengan banyak pertanyaan. Ia tertawa mendengar setiap pertanyaan polos anak sulungnya, membuat Adrian harus putar otak untuk menjawabnya. “..pa, kalo mama Wini bangun terus karena tidur terlalu lama, perasaannya jadi tidak bagus, bagaimana?” “Bagaimana mungkin sebuah perasaan berubah begitu saja hanya karena terlalu lama tidur?” “Aku lihat di tivi begitu. Ketika orang tidur terlalu lama perasaannya jadi buruk. Aku hanya takut mama Wini tidak suka aku dan adik Sera.” “Maksudmu?” “Aku memiliki dua ibu, aku lahir dari rahim mama Tan

  • Berbagi Suami   104. Belum Ada Titik Terang

    Tiga tahun kemudian.... “Mama! Aku mau liat mama Wini ke rumah sakit!” teriak Noah sambil berlari-lari membawa selembar kertas yang sudah ia gambar. “Iya, tapi adek harus mandi dulu.” tutur Tania sambil membuka baju Seraphina, adik Noah. “Memang adek boleh ikut?” “Nggak, adek di rumah sama nenek. Tapi adek harus mandi dulu. Kakak Noah tunggu di depan ya, sama pak Udin.” “Oke.” Noah berlari ke depan, memamerkan gambarnya berisi dua mama, satu ayah, dirinya dan Seraphina. “Sayang...” “Aku di kamar bawah, mas!” Adrian menghampiri Tania. Ia mengecup pucuk kepala istrinya dari belakang, “Noah mana?” “Dia di depan. Dia begitu tidak sabar bertemu Wini.” Adrian tertawa. “Dia begitu tidak sabaran mirip kamu.” “Apa yang kamu katakan? Bukankah itu kamu?” Tania mendelik kesal, “Kalau kita tidak sabaran, Seraphina tidak akan ada di dunia ini.” “Mau aku tolong mandikan Sera?” “Tidak. Kamu temani Noah saja. Dia membawa oleh-oleh untuk Wini.” “Baiklah. Aku tunggu di de

  • Berbagi Suami   103. Hidup yang Berubah

    Sudah satu minggu semua masih sama. Wini masih di ICU setelah dilakukan operasi untuk mengeluarkan pendarahan dalam jaringan otaknya. Ia terus berada di kesadaran koma, membuat Adrian dan Tania kehilangan minat hidup seperti semestinya. Mereka sama-sama tidak bicara dengan siapapun. Baik Adrian maupun Tania, merasa apa yang menimpa Wini belum bisa mereka terima. “Tania, Adrian, lebih baik kalian pulang. Mama yakin Wini akan segera bangun.” “Betul. Kita tidak pernah putus mendoakannya disini. Pulanglah, demi Noah.” Adrian melirik mama dan papa. Mereka terus menemaninya dan Tania di rumah sakit. Sedang ayah dan ibu belum bisa datang karena masih harus menyelesaikan urusan mereka di luar negeri. “Mama tahu kalian terpukul. Tapi Wini tidak akan pernah mau kalian begini. Sudah satu minggu kalian tidak pulang. Kasihan Noah.” Adrian menggenggam tangan Tania, “Mama dan papa ada benarnya. Kita pulang. Kita masih memiliki tanggung jawab pada Noah.” “Wini...” “Iya, aku tahu kamu

  • Berbagi Suami   102. Salah Korban

    Tania tidak bisa tidur mengingat ancaman mama Wini. Tadi begitu ia jatuh, ia langsung bangkit dan pergi. Ia menahan rasa nyeri dan takut pada Wini dan Adrian. Ia tidak mau merusak momen. Ceklek. “Kamu belum tidur?” Adrian mendekati ranjang. “Mas? Kenapa kesini? Ini jadwalmu bersama Wini.” Adrian tersenyum, “Kami sudah selesai.” “Lalu?” Tania takut Adrian akan minta jatah saat pikirannya sedang kalut. Adrian mengelus lengan Tania, “Tidak, aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin tidur disini, memelukmu sampai pagi.” “Mas, lebih baik kamu tidur bersama Wini. Kamu bisa memeluknya sampai pagi.” “Dia memintaku kesini. Dia kelelahan dan tidak ingin diganggu.” “Hm begitu. Tidurlah disini.” Adrian benar-benar memeluk Tania sampai pagi. Malam ini Noah tidak terbangun untuk minum susu. Ketika di cek popoknya di pagi hari, tidak begitu penuh. Suaminya masih tidur. Tania yang terjaga semalaman enggan membangunkannya. Pintu terbuka. Wini tampak berbeda hari ini. Rambutn

  • Berbagi Suami   101. Ancaman Nyata

    Tania mengumumkan ia dan Adrian tidak jadi bercerai pada semua orang di rumah, juga pada mama-papa. Mereka menyambut berita dengan penuh suka cita. “Bagaimana untuk merayakan ini kita semua makan diluar?” Adrian menawari. “Aku setuju, mas. Aku rasa sedang malas masak. Jadi idemu sangatlah bagus.” “Aku juga setuju. Sepertinya kita perlu menunjukkan pada orang-orang, kalau memiliki dua istri dan berbagi suami tidak selamanya buruk.” Adrian tersenyum. Ia merentangkan kedua tangannya siap dipeluk kedua istrinya. Wini dan Tania memeluk Adrian. “Aku harap hubungan kita terus seperti ini, mas.” Wini menuturkan doanya. “Aku juga. Masalah pasti ada, tapi aku percaya kalau kita pasti selalu bisa melalui semuanya dengan baik.” Tania juga menuturkan doanya. “Pasti. Kita hanya perlu bersabar. Ayo bersiap. Aku tunggu istri-istri cantikku bersama tuan muda, Noah.” Semua tertawa. Wini dan Tania sudah siap. Mereka mengenakan gaun yang sudah dipesan Adrian secara khusus. Semua asi

  • Berbagi Suami   100. Satu Malam dengan Noah

    Tania melirik Adrian, “Mas Adrian bilang, Noah—sakit.” Wini tersenyum, “Noah sehat. Mas Adrian yang sakit.” Tania lagi-lagi melirik Adrian, “Kamu tega membohongiku?” “Aku pikir kamu tidak akan datang, jika aku tidak bilang Noah sakit.” “Kamu tidak perlu bohong!” “Gendonglah Noah. Kamu berikan asi langsung. Aku tidak tahu harus mengatakan apa jika dia bertanya ketika besar, siapakah yang mengurusnya saat ia masih bayi.” Tania menatap Noah. Ia menerimanya dari Wini, “Jaket ini...” “Noah selalu menangis jika baumu hilang, Tan. Mamamu sering datang kesini membawa baju-baju bekasmu untuk menemani Noah dan—mas Adrian tidur.” Wajah Adrian merah padam. “Jadi sekarang yang merindukanku ada dua orang?” pancing Tania. Wini tertawa, “Aku tinggal, aku akan buatkan kamu masakan yang enak. Berbincanglah dengan mas Adrian.” Tania dan Adrian diam saja setelah Wini pergi. Masing-masing dari mereka tidak tahu harus membicarakan apa. “Kamu tidak perlu memberikanku bodyguard lagi.

  • Berbagi Suami   99. Noah Sakit

    Dua bulan kemudian... Tania belum juga berani mengurus perceraiannya dengan Adrian. Ia malah menyibukkan diri bekerja di sebuah perusahaan yang masih terpaut dengan keluarga Kiehl. Ia tentu sudah mencari perusahaan yang tak mengenal Adrian sama sekali, tapi sulit. Ia pun akhirnya tahu, kalau kuasa keluarga Kiehl sangatlah besar, hingga koneksinya ada dimana-mana. Ia bekerja di divisi finance. “Tan, asi untuk Noah sudah ‘kan? Mama akan pergi sebentar lagi.” “Sudah, ma.” Tania melirik mama yang siap pergi, “Aku—akan ke kantor sekarang.” “Iya, hati-hati.” Tania menunggu mama menawarinya ikut ke rumah Wini, “Ma, aku belum sarapan.” “Kamu bisa bekal makan dari rumah dan sarapan di kantor. Nanti akan mbok siapkan.” Mama menenteng tas berisi asi dan baju-baju yang Tania belikan untuk Noah, “Mama pergi sekarang, ya? Mama kangen sekali dengan Noah. Papamu juga. Papa akan kesana sekalian ke kantor.” Tania mengangguk. Ia menatap punggung mama yang bergerak mendekati mobil. Tan

  • Berbagi Suami   98. Saling Kehilangan

    Tania selalu terbangun setiap jam karena mencari orang yang tidur disebelahnya. Kasur kosong dan terasa dingin. Hatinya menjadi sedih, mengingat biasanya Adrian atau Noah ada disampingnya, kini ia hanya tidur sendirian. “Tidak, Tan, kamu hanya belum terbiasa. Setelah ini kamu pasti akan menikmati hidup menjadi single parents dan independent woman.” Ia tak sabar mengurus perpindahan kerja dari perusahaan Adrian ke kantor lain. Ia akan berdiri diatas kakinya sendiri. Pengalaman kerjanya sudah cukup mumpuni untuk kembali memulai hidup yang baru. Ia akan membuktikan pada orang-orang, bahwa ia bisa hidup tanpa Adrian. Semalaman Tania merasa tidur bukanlah pilihan yang baik. Ia duduk termenung diatas ranjang, menatap kosong ke arah televisi yang menyala. “Noah sekarang sedang apa, ya?” ia melirik ponsel yang sedari tadi mati. Tidak ada notifikasi pesan masuk dari Wini ataupun Adrian yang memberi kabar soal Noah. “Apa mereka akan membawa Noah jauh dariku? Apa mereka akan pergi ke s

  • Berbagi Suami   97. Tawaran Romi

    Tania menatap Noah yang sedang dipangku papa. Papa dan mama sama sekali tak mengecam keputusan Tania untuk memberikan Noah pada Adrian dan Wini. Mereka ingin melihat seberapa yakin anaknya ingin berpisah dengan Noah. Mobil Adrian datang. Ia masuk ke dalam rumah bersama Wini. Mata Adrian sama sekali dan melirik Tania, “Hai Noah. Mulai hari ini kamu ikut papa dan mama—Wini, ya?” Wini menatap Tania, “Tan, aku tidak akan membawa Noah jika kamu tidak mengizinkan.” “Ambillah. Aku tidak bisa menerima ayahnya. Aku takut sifat Noah akan menurun dengan baik. Aku takut menyakitinya. Semua baju, dan stok asi sudah aku taruh di tas. Aku akan kirimkan ke rumah melalui kurir, dan sesekali menjenguknya.” Papa memberikan Noah pada Wini. “Halo Noah, untuk sementara kamu sama mama Wini dulu, ya. Nanti kita akan hidup bersama lagi dengan papa Adrian dan mama Tania.” “Tidak ada kesempatan itu lagi, Win. Aku juga tidak akan membawa Noah. Adrian adalah papa kandungnya. Dia bilang ingin mene

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status