Home / Romansa / Berbagi Rahim / Bab 7. Perlawanan

Share

Bab 7. Perlawanan

Author: Haniputrii
last update Last Updated: 2023-12-02 23:58:23

"Pergi!!" usir Aletta histeris. Tubuhnya tak dapat menutupi rasa takut yang mendera, keringat sebiji jagung telah bercucuran dari balik wajahnya yang pucat. Penampilan Aletta sangat berantakan saat ini.

Lelaki asing yang masih dalam pengaruh alkohol tersebut tak mengindahkan teriakkan Aletta, ia justru semakin bergairah memandangi lekuk tubuh gadis muda di depannya. Suasana yang tampak sepi memudahkan aksi lelaki tersebut.

Sekuat tenaga Aletta beringsut mundur, menyeret kakinya yang terasa berat untuk di gerakkan.

"Layani abang, Sinta." Lelaki itu mengira jika yang dilihatnya saat ini adalah mendiang istrinya, bukan Aletta.

"Tolong!!" Aletta hendak berbalik dan menutup pintu, tetapi tangan lelaki itu lebih cepat dari perlawanan Aletta.

Aletta memberontak untuk dilepaskan, takkala wajah lelaki itu sejengkal hendak menyerang bibir, serta leher jenjang Aletta yang tampak menggoda. Tanpa diduga, seseorang tiba-tiba menarik kuat lelaki itu dan mendorongnya sekuat tenaga, hingga lelaki tersebut terhuyung ke belakang. Aletta berdiri mematung berpegangan pada dinding, tubuhnya terguncang hebat, wajahnya semakin pucat pasi.

"Dasar lelaki mesum, pergi!" usir seorang wanita itu sembari berkacak pinggang, matanya mengisyaratkan amarah.

Lelaki itu pergi dengan tubuh sempoyongan, memegangi kepala yang berdenyut dan pinggang yang terasa sakit akibat terbentuk oleh lantai dingin depan kos.

"Kamu tidak apa-apa?" Wanita itu menghampiri Aletta yang ketakutan. "Astaga, sepertinya kamu sedang sakit." Wanita dengan tubuh semampai, berwajah oval, yang diperkirakan berusia 27 tahun itu panik melihat kondisi Aletta.

"A ... aku tidak apa-apa, terima kasih sudah menolongku," lirih Aletta dengan sisa tenaga yang semakin melemah.

"Baiklah, kamu istirahat saja. Aku Laras, penghuni kamar kos nomor 4 paling ujung itu." Wanita itu mengarahkan jari telunjuk ke arah sudut kos, di mana ada deretan angka pada setiap pintu kos tersebut.

"Namaku Aletta," katanya memperkenalkan diri, berusaha tersenyum ramah pada tetangga kosnya tersebut.

"Jika kamu butuh sesuatu jangan segan meminta tolong padaku, okey." Baru beberapa menit mereka kenal, namun wanita bernama Laras itu sudah bersikap akrab layaknya teman baik.

Aletta menjawab dengan anggukan kepala, kemudian masuk dan merebahkan tubuhnya yang terasa hancur oleh keadaan. Perutnya kembali merasakan sakit yang amat mendera, matanya tampak berembun menatap langit-langit kamar. Tetapi, Aletta tidak ingin menyerah oleh keadaan, ada harga yang harus dibayar atas penderitaannya selama ini.

---------

Hari bahagia terpancar dari wajah Bayu dan Shella ketika kolega bisnis mereka hadir dalam acara menyambut kelahiran putra pertama mereka. Bayi tampan dan menggemaskan itu tampak tenang dalam dekapan Shella, menciptakan momen kebahagiaan yang tak terlupakan.

"Selamat, Pak Bayu dan Bu Shella, atas kelahiran putra pertamanya."

"Bayi Anda sangat tampan." Para kolega bisnis secara bergantian memberi ucapan selamat, dengan senyum ramah seakan ikut larut dalam kebahagiaan mereka.

Di sudut ruangan seorang wanita berpenampilan seksi memandang penuh amarah ke arah mereka. Ia seakan tak rela melihat sosok pria yang dikaguminya bersanding dengan wanita lain, senyum kebahagian Bayu dan Shella seperti sebuah hinaan baginya.

"Jika sekarang kalian bisa tersenyum lebar, tapi tidak untuk nanti. Akan kupastikan senyum itu berganti duka," gumamnya menyeringai.

"Teruntuk para tamu sekalian, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian malam ini. Di malam yang berbahagia ini cucu pertama saya terlahir dengan selamat, Dion Putra Adhitama yang akan mewarisi sebagian dari kekayaan saya nantinya." Tanpa ragu Pak Tama mengumumkan dengan bangga bahwa bayi tampan itulah yang akan menjadi pewaris selanjutnya di keluarga mereka.

Suara riuh tepukan tangan menggema di kediaman Bayu Adhitama. Namun, jangan lupakan jika Nyonya Risma dan Shella yang saat ini bersorak gembira dalam hati, tidak sia-sia rencana yang mereka susun tertata dengan rapi, dan sekarang mereka mendapatkan apa yang diincarnya. Yaitu kekayaan keluarga Adhitama.

Satu per satu para tamu meninggalkan tempat tersebut. Bayu seakan tak memiliki rasa lelah karena begitu bahagianya telah menjadi sosok ayah, ia berbincang hangat dengan para tamu tamunya.

Sedangkan Shella dan Nyonya Risma sudah berada di kamar bersama bayi tampan itu yang terlelap dalam box bayi.

"Kita berhasil, Shella," seru Nyonya Risma yang tidak bisa lagi menutupi rasa gembira.

Shella menghempaskan tubuhnya di samping mamanya. Mereka duduk di tepi tempat tidur, mereka saling pandang dengan wajah berseri-seri.

"Iya, Ma. Ternyata Mas Bayu dan si tua bangka itu mudah sekali kita tipu," ujar Shella dengan gelak tawa.

"Setelah kita berhasil mengusai harta mereka, kita singkirkan satu per satu dari mereka." Nyonya Risma menyeringai, entah kejahatan apa lagi yang terbesit dalam benaknya.

"Mama yakin jika gadis bodoh itu tidak akan kembali dan merebut anaknya dari kita?" Nada suara Shella tampak menandakan kekhawatiran.

"Kamu tenang saja, Shella. Mama yakin gadis itu tidak akan bisa melawan kita," sahut Nyonya Risma meyakinkan.

Pak Tama yang kebetulan sedang melewati kamar Shella tidak sengaja mendengar obrolan tersebut, seketika lelaki paruh baya itu naik pitam. Ia segera menerobos masuk kamar tersebut, kebetulan pintunya terbuka sedikit.

"Apa maksud kalian? Apakah bayi itu bukan cucu saya?!" pekik Pak Tama dengan mata merah padam, ia merasa menjadi orang bodoh yang dengan mudah dibohongi.

Nyonya Risma dan Shella membelalak, mereka sangat terkejut dengan kemunculan Pak Tama yang tiba-tiba. Sejurus kemudian, Nyonya Risma berusaha bersikap biasa saja. Wanita licik satu ini memang pandai dalam memainkan berbagai peran.

"Pak Tama, sepertinya Anda salah paham, silahkan duduk dulu agar kami bisa sedikit menjelaskan," ucap Nyonya Risma seraya mendekati lelaki paruh baya tersebut.

Berbeda halnya dengan Shella yang tampak bodoh tidak bergeming sedikit pun, otaknya lambat untuk menetralisir keadaan.

"Apakah kalian menipuku?" sergah Pak Tama.

"Anda salah paham, Dion adalah cucu Anda. Bagaimana mungkin kami menipu Anda." Nyonya Risma mulai mengambil ancang-ancang dari belakang. Dan diam-diam memberi isyarat kode kepada Shella. Sayangnya, anaknya itu tampak bodoh tidak mengerti maksud sang mama.

"Saya tidak mungkin salah mendengar, saya akan aduhkan semua ini dengan Bayu," ancam Pak Tama. "Kalian memang iblis," umpatnya, seraya hendak berbalik badan.

Nyonya Risma dengan cepat menutup pintu dan mendorong lelaki paruh baya itu hingga terbentur pada dinding. Shella panik melihat aksi sang mama yang bisa dikatakan terbilang nekat.

Lelaki paruh baya itu masih bisa mengusai diri meski kepalanya mulai mengeluarkan darah. Ia mencoba melakukan perlawanan dengan menarik kasar rambut Nyonya Risma.

"Sakit ... lepaskan!! Dasar tua bangka," pekik tertahan Nyonya Risma semakin geram.

"Shella, cepat bantu mama!" desisnya, merasakan rambutnya yang terasa tercabut dari pangkalnya, sakit dan perih menjalar dari ujung kepala.

Spontan Shella mengambil vas bunga berukuran kecil yang tertata indah di atas nakas, lalu memukul punggung lelaki paruh baya tersebut.

"Ma ...." Shella tercengang melihat mertuanya jatuh tergeletak di lantai. Tak bergerak sedikit pun.

Related chapters

  • Berbagi Rahim   Bab 1. Berbagi rahim

    "Aku ingin kau berbagi rahim denganku!" pinta Shella tegas.Tubuh Aletta sedikit terhuyung ke belakang, kain lap yang ada digenggamannya pun terjatuh. Selama 4 tahun terakhir ini hidup Aletta bergantung pada Nyonya Risma dan Shella. Namun, gadis malang itu bukan sekadar ongkang ongkang kaki saja di rumah mewah berlantai dua tersebut.Setiap hari Aletta harus melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik. Ya, tak jauh berbeda dengan pembantu, bekerja hanya dibayar makan dan tumpangan tidur."A ... ku tidak mau," tolak Aletta dengan rasa ketakutan.Nyonya Risma seketika murka mendapat penolakan dari anak tirinya, ia menarik kasar rambut Aletta tanpa kasihan. Tak hanya itu saja, Nyonya Risma juga menampar keras pipi Aletta hingga meninggalkan bekas kemerahan pada wajahnya."Ampunnnn, Ma. Sakitttt," mohon Aletta dengan air mata yang mengalir deras.Di usia Aletta yang sudah menginjak 21 tahun, tak pernah gadis itu merasakan kebahagian. Kehidupannya selalu bergulat dengan kesedihan dan pende

    Last Updated : 2023-10-04
  • Berbagi Rahim   Bab 2. Tempat baru

    "Sepertinya tidak ada di sini, Ma," ucap Shella, sesaat setelah mereka menggeledah kamar Nyonya Risma."Ya sudah, ayo keluar!" seru Nyonya Risma berlalu keluar bersama Shella.Aletta masih di dalam lemari besar, bersembunyi di antara rentetan baju yang tergantung rapi. Gadis itu mulai bernapas lega saat mendengar suara derap kaki yang semakin jauh dari tempatnya saat ini. Perlahan secara mengendap-endap ia membuka pintu lemari itu.Ia melongokkan kepalanya dari balik lemari, pandangannya begitu awas mengamati sekitar. Menyadari keadaan sudah aman, bergegas Aletta keluar dari persembunyiannya. Bagaimanapun ia harus bisa pergi secepat mungkin dari sana.Masa depan Aletta masih sangat jauh, tidak mungkin ia mengorbankan begitu saja masa depannya demi keluarga yang kejam dan serakah. Sedangkan di luar sana ada secercah harapan indah yang sedang menantinya, meski harus berjuang keras hidup terluntang-lantung tak tentu arah.Aletta berjalan mengendap-endap lewat belakang. Namun, Aletta mera

    Last Updated : 2023-10-04
  • Berbagi Rahim   Bab 3. Rencana

    "Non, ini makanannya. Bibi letakkan di sini ya!" ujar Bik Lasmi seraya meletakkan nampan berisi makanan untuk Aletta."Non Aletta, harus makan agar tidak sakit." Bik Lasmi masih bersikeras membujuk Aletta."Bibi tahu ini sangat berat untuk, Non Aletta jalani. Maaf jika bibi tidak bisa banyak membantu," kata Bik Lasmi dengan nada penuh empati. Melihat keadaan Aletta yang menyedihkan mengingatkan Lasmi pada anaknya di kampung."Kenapa, Bibi menyelamatkan aku waktu itu? Harusnya biarkan aku mati, Bik," lirih Aletta dengan pandangan kosong ke depan. Seperti layaknya tak memiliki semangat dalam hidup."Sadarlah, Non! Walau dunia seakan tak adil jangan pernah berpikir untuk bunuh diri." Bik Lasmi menasehati Aletta agar tidak larut dalam keterpurukan.Hening.Bibir Aletta terkatup rapat, tubuhnya sudah tidak memiliki daya melawan. Pergelangan tangan kanannya masih dibalut dengan perban, hasil dari aksinya yang hendak bunuh diri dua hari lalu. Namun gagal lantaran Bik Lasmi datang tepat waktu

    Last Updated : 2023-10-06
  • Berbagi Rahim   Bab 4. Kebohongan Shella

    Tujuh bulan kemudian ...."Aku ada kunjungan ke Eropa bersama Papa, jaga dirimu baik-baik beserta calon anak kita," ucap Bayu Adhitama yang melirik Shella dari pantulan cermin.Kemudian ia berbalik badan, sesaat setelah selesai merapikan penampilannya. Tubuh kekarnya dibalut dengan setelan jas berwarna senada, hidungnya mancung dan tak terlalu besar, bentuk alis yang hitam lebat, serta memiliki bola mata hitam kecoklatan, yang dapat menghipnotis banyak wanita jika lama memandangi wajah tampannya. Sayang, bibirnya selalu terkatup rapat semenjak menikahi Shella. 2 tahun mereka menjalani biduk rumah tangga, tetapi hubungan itu terasa hambar tidak seperti pengantin baru pada umumnya.Sudah tampan dan kaya, tetapi sial karena menikahi wanita licik, matre seperti Shella. Jika bukan karena permintaan terakhir sang ibu mungkin Bayu tidak akan sudi menikahi Shella yang sangat jauh dari kriterianya. Perjodohan itu benar benar membuat hidup Bayu suram. Tidak ada cinta yang tertanam di hati Bayu,

    Last Updated : 2023-10-12
  • Berbagi Rahim   Bab 5. Operasi caesar

    Pagi ini Nyonya Risma begitu antusias mempersiapkan segala keperluan untuk operasi caesar yang dijalani oleh Aletta. Demi menjaga keamanan, Nyonya Risma bahkan menyewa dua bodyguard untuk berjaga di depan ruang operasi.Kondisi Aletta makin mengkhawatirkan rasa tertekan di bawah ancaman Nyonya Risma, juga kehamilan yang ia tidak inginkan sama sekali membuatnya depresi dan bersedih. Inilah yang menyebabkan kehamilan Aletta terganggu, ditambah kondisi fisiknya yang lemah. Dokter Tika menyarankan agar Aletta melahirkan prematur. Semua telah dipersiapkan dengan sangat matang oleh Dokter Tika setelah mendapat persetujuan dari Nyonya Risma dan Shella.Shella tidak berhenti mondar-mandir sejak tadi, hatinya begitu gelisah menunggu detik-detik kelahiran bayi Aletta. Otaknya pun berputar keras untuk merangkai penjelasan apa yang tepat untuk suaminya ketika datang nanti tentang bayinya yang tiba-tiba saja lahir."Ya ampun, Shella. Mama tambah pusing lihat kamu mondar-mandir gitu," gerutu Nyony

    Last Updated : 2023-10-19
  • Berbagi Rahim   Bab 6. Difitnah

    Kicauan burung yang saling bersahutan menggema di kediaman Nyonya Risma. Dedaunan meliuk-liuk mengikuti hembusan angin, gumpalan awan hitam mulai membentuk garis-garis di atas sana. Keadaan tampak gelap meski hari baru menunjukkan pukul 06.00, pagi.Nyonya Risma beranjak dari tempat tidurnya, langkahnya ringan menapaki lantai. Ia menuju dapur untuk mencari keberadaan pembantunya."Lasmi!" Nyonya Risma berdiri di ambang pintu dengan gaya angkuh menatap Bik Lasmi."Iya, Nyonya. Ada yang bisa dibantu?" tanya Bik Lasmi membungkuk rendah."Cepat keluar dan belikan kebutuhan yang ada di catatan ini!" Nyonya Risma dengan tidak berperasaan melempar secarik kertas yang berisi daftar belanjaan yang harus di beli oleh Bik Lasmi. Kemudian melempar beberapa lembar uang merah itu."Baik, Nyonya," lirih Bik Lasmi seraya memunguti lembar demi lembar uang yang berserahkan di lantai.Melihat cuaca yang tidak mendukung tentu Bik Lasmi siaga membawa payung sekadar berjaga-jaga. Entah mengapa perasaan Bik

    Last Updated : 2023-11-07

Latest chapter

  • Berbagi Rahim   Bab 7. Perlawanan

    "Pergi!!" usir Aletta histeris. Tubuhnya tak dapat menutupi rasa takut yang mendera, keringat sebiji jagung telah bercucuran dari balik wajahnya yang pucat. Penampilan Aletta sangat berantakan saat ini.Lelaki asing yang masih dalam pengaruh alkohol tersebut tak mengindahkan teriakkan Aletta, ia justru semakin bergairah memandangi lekuk tubuh gadis muda di depannya. Suasana yang tampak sepi memudahkan aksi lelaki tersebut.Sekuat tenaga Aletta beringsut mundur, menyeret kakinya yang terasa berat untuk di gerakkan."Layani abang, Sinta." Lelaki itu mengira jika yang dilihatnya saat ini adalah mendiang istrinya, bukan Aletta."Tolong!!" Aletta hendak berbalik dan menutup pintu, tetapi tangan lelaki itu lebih cepat dari perlawanan Aletta.Aletta memberontak untuk dilepaskan, takkala wajah lelaki itu sejengkal hendak menyerang bibir, serta leher jenjang Aletta yang tampak menggoda. Tanpa diduga, seseorang tiba-tiba menarik kuat lelaki itu dan mendorongnya sekuat tenaga, hingga lelaki ters

  • Berbagi Rahim   Bab 6. Difitnah

    Kicauan burung yang saling bersahutan menggema di kediaman Nyonya Risma. Dedaunan meliuk-liuk mengikuti hembusan angin, gumpalan awan hitam mulai membentuk garis-garis di atas sana. Keadaan tampak gelap meski hari baru menunjukkan pukul 06.00, pagi.Nyonya Risma beranjak dari tempat tidurnya, langkahnya ringan menapaki lantai. Ia menuju dapur untuk mencari keberadaan pembantunya."Lasmi!" Nyonya Risma berdiri di ambang pintu dengan gaya angkuh menatap Bik Lasmi."Iya, Nyonya. Ada yang bisa dibantu?" tanya Bik Lasmi membungkuk rendah."Cepat keluar dan belikan kebutuhan yang ada di catatan ini!" Nyonya Risma dengan tidak berperasaan melempar secarik kertas yang berisi daftar belanjaan yang harus di beli oleh Bik Lasmi. Kemudian melempar beberapa lembar uang merah itu."Baik, Nyonya," lirih Bik Lasmi seraya memunguti lembar demi lembar uang yang berserahkan di lantai.Melihat cuaca yang tidak mendukung tentu Bik Lasmi siaga membawa payung sekadar berjaga-jaga. Entah mengapa perasaan Bik

  • Berbagi Rahim   Bab 5. Operasi caesar

    Pagi ini Nyonya Risma begitu antusias mempersiapkan segala keperluan untuk operasi caesar yang dijalani oleh Aletta. Demi menjaga keamanan, Nyonya Risma bahkan menyewa dua bodyguard untuk berjaga di depan ruang operasi.Kondisi Aletta makin mengkhawatirkan rasa tertekan di bawah ancaman Nyonya Risma, juga kehamilan yang ia tidak inginkan sama sekali membuatnya depresi dan bersedih. Inilah yang menyebabkan kehamilan Aletta terganggu, ditambah kondisi fisiknya yang lemah. Dokter Tika menyarankan agar Aletta melahirkan prematur. Semua telah dipersiapkan dengan sangat matang oleh Dokter Tika setelah mendapat persetujuan dari Nyonya Risma dan Shella.Shella tidak berhenti mondar-mandir sejak tadi, hatinya begitu gelisah menunggu detik-detik kelahiran bayi Aletta. Otaknya pun berputar keras untuk merangkai penjelasan apa yang tepat untuk suaminya ketika datang nanti tentang bayinya yang tiba-tiba saja lahir."Ya ampun, Shella. Mama tambah pusing lihat kamu mondar-mandir gitu," gerutu Nyony

  • Berbagi Rahim   Bab 4. Kebohongan Shella

    Tujuh bulan kemudian ...."Aku ada kunjungan ke Eropa bersama Papa, jaga dirimu baik-baik beserta calon anak kita," ucap Bayu Adhitama yang melirik Shella dari pantulan cermin.Kemudian ia berbalik badan, sesaat setelah selesai merapikan penampilannya. Tubuh kekarnya dibalut dengan setelan jas berwarna senada, hidungnya mancung dan tak terlalu besar, bentuk alis yang hitam lebat, serta memiliki bola mata hitam kecoklatan, yang dapat menghipnotis banyak wanita jika lama memandangi wajah tampannya. Sayang, bibirnya selalu terkatup rapat semenjak menikahi Shella. 2 tahun mereka menjalani biduk rumah tangga, tetapi hubungan itu terasa hambar tidak seperti pengantin baru pada umumnya.Sudah tampan dan kaya, tetapi sial karena menikahi wanita licik, matre seperti Shella. Jika bukan karena permintaan terakhir sang ibu mungkin Bayu tidak akan sudi menikahi Shella yang sangat jauh dari kriterianya. Perjodohan itu benar benar membuat hidup Bayu suram. Tidak ada cinta yang tertanam di hati Bayu,

  • Berbagi Rahim   Bab 3. Rencana

    "Non, ini makanannya. Bibi letakkan di sini ya!" ujar Bik Lasmi seraya meletakkan nampan berisi makanan untuk Aletta."Non Aletta, harus makan agar tidak sakit." Bik Lasmi masih bersikeras membujuk Aletta."Bibi tahu ini sangat berat untuk, Non Aletta jalani. Maaf jika bibi tidak bisa banyak membantu," kata Bik Lasmi dengan nada penuh empati. Melihat keadaan Aletta yang menyedihkan mengingatkan Lasmi pada anaknya di kampung."Kenapa, Bibi menyelamatkan aku waktu itu? Harusnya biarkan aku mati, Bik," lirih Aletta dengan pandangan kosong ke depan. Seperti layaknya tak memiliki semangat dalam hidup."Sadarlah, Non! Walau dunia seakan tak adil jangan pernah berpikir untuk bunuh diri." Bik Lasmi menasehati Aletta agar tidak larut dalam keterpurukan.Hening.Bibir Aletta terkatup rapat, tubuhnya sudah tidak memiliki daya melawan. Pergelangan tangan kanannya masih dibalut dengan perban, hasil dari aksinya yang hendak bunuh diri dua hari lalu. Namun gagal lantaran Bik Lasmi datang tepat waktu

  • Berbagi Rahim   Bab 2. Tempat baru

    "Sepertinya tidak ada di sini, Ma," ucap Shella, sesaat setelah mereka menggeledah kamar Nyonya Risma."Ya sudah, ayo keluar!" seru Nyonya Risma berlalu keluar bersama Shella.Aletta masih di dalam lemari besar, bersembunyi di antara rentetan baju yang tergantung rapi. Gadis itu mulai bernapas lega saat mendengar suara derap kaki yang semakin jauh dari tempatnya saat ini. Perlahan secara mengendap-endap ia membuka pintu lemari itu.Ia melongokkan kepalanya dari balik lemari, pandangannya begitu awas mengamati sekitar. Menyadari keadaan sudah aman, bergegas Aletta keluar dari persembunyiannya. Bagaimanapun ia harus bisa pergi secepat mungkin dari sana.Masa depan Aletta masih sangat jauh, tidak mungkin ia mengorbankan begitu saja masa depannya demi keluarga yang kejam dan serakah. Sedangkan di luar sana ada secercah harapan indah yang sedang menantinya, meski harus berjuang keras hidup terluntang-lantung tak tentu arah.Aletta berjalan mengendap-endap lewat belakang. Namun, Aletta mera

  • Berbagi Rahim   Bab 1. Berbagi rahim

    "Aku ingin kau berbagi rahim denganku!" pinta Shella tegas.Tubuh Aletta sedikit terhuyung ke belakang, kain lap yang ada digenggamannya pun terjatuh. Selama 4 tahun terakhir ini hidup Aletta bergantung pada Nyonya Risma dan Shella. Namun, gadis malang itu bukan sekadar ongkang ongkang kaki saja di rumah mewah berlantai dua tersebut.Setiap hari Aletta harus melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik. Ya, tak jauh berbeda dengan pembantu, bekerja hanya dibayar makan dan tumpangan tidur."A ... ku tidak mau," tolak Aletta dengan rasa ketakutan.Nyonya Risma seketika murka mendapat penolakan dari anak tirinya, ia menarik kasar rambut Aletta tanpa kasihan. Tak hanya itu saja, Nyonya Risma juga menampar keras pipi Aletta hingga meninggalkan bekas kemerahan pada wajahnya."Ampunnnn, Ma. Sakitttt," mohon Aletta dengan air mata yang mengalir deras.Di usia Aletta yang sudah menginjak 21 tahun, tak pernah gadis itu merasakan kebahagian. Kehidupannya selalu bergulat dengan kesedihan dan pende

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status