Home / Romansa / Berbagi Rahim / Bab 4. Kebohongan Shella

Share

Bab 4. Kebohongan Shella

Author: Haniputrii
last update Last Updated: 2023-10-12 16:05:02

Tujuh bulan kemudian ....

"Aku ada kunjungan ke Eropa bersama Papa, jaga dirimu baik-baik beserta calon anak kita," ucap Bayu Adhitama yang melirik Shella dari pantulan cermin.

Kemudian ia berbalik badan, sesaat setelah selesai merapikan penampilannya. Tubuh kekarnya dibalut dengan setelan jas berwarna senada, hidungnya mancung dan tak terlalu besar, bentuk alis yang hitam lebat, serta memiliki bola mata hitam kecoklatan, yang dapat menghipnotis banyak wanita jika lama memandangi wajah tampannya. Sayang, bibirnya selalu terkatup rapat semenjak menikahi Shella. 2 tahun mereka menjalani biduk rumah tangga, tetapi hubungan itu terasa hambar tidak seperti pengantin baru pada umumnya.

Sudah tampan dan kaya, tetapi sial karena menikahi wanita licik, matre seperti Shella. Jika bukan karena permintaan terakhir sang ibu mungkin Bayu tidak akan sudi menikahi Shella yang sangat jauh dari kriterianya. Perjodohan itu benar benar membuat hidup Bayu suram. Tidak ada cinta yang tertanam di hati Bayu, tetapi lain halnya dengan Shella yang memang mendambakan Bayu sejak dulu.

"Berapa hari kamu di Eropa, Mas?" tanya Shella seraya asik memainkan gawainya dan bersandar pada ujung tempat tidur.

"Sekitar tiga minggu," jawab Bayu datar.

"Oh ... iya sudah. Tapi transfer uang dulu ya, Mas! Aku mau jalan-jalan ke mall." Shella melirik sekilas Bayu, lalu kembali tak acuh kepada suaminya.

"Nanti akan aku transfer." Pada akhirnya Bayu akan memilih mengalah, berdebat pun akan sia-sia karena sifat Shella yang keras tidak ingin dibantah.

Bayu berjalan mendekati Shella, niat hati ingin mencium calon bayinya yang masih dalam kandungan Shella.

"Loh, kenapa?" Alis Bayu bertaut ketika Shella menghindar.

"Aku ... aku sering mual kalau bau parfum kamu, Mas," kilah Shella berbohong. Faktanya ia tidak ingin rahasianya terbongkar.

Sengaja Shella menggunakan perut hamil palsu untuk melancarkan sandiwaranya bersama sang mama. Selama hampir tujuh bulan Shella pun menghindari hubungan badan dengan suaminya. Semua semata-mata demi tercapai tujuannya.

"Ya sudah aku berangkat." Dengan wajah kesal Bayu mengayunkan kaki panjangnya seraya menyeret koper keluar.

Shella menghela napas panjang setelah kepergian suaminya. Bayu dan Pak Tama selalu gila kerja, tak heran jika Shella merasa kesepian ketika suaminya bertugas ke luar Kota bahkan luar Negeri sekalipun. Tapi biarlah, toh yang Shella butuhkan adalah uang uang dan uang.

Ting!

Sebuah notifikasi M-banking masuk di ponselnya. Bibirnya seketika membentuk garis senyuman yang sempurna.

"Yes, bisa belanja sepuasnya bersama, Mama," gumam Shella kegirangan.

Secepat kilat Shella menyambar mini bag yang terletak di atas nakas, lalu melenggang keluar dengan hati berbunga bunga.

"Saya mau keluar dulu, ingat rumah harus bersih sebelum saya pulang!" seru Shella saat berpapasan dengan dua pembantu rumahnya.

Kedua pembantu yang tak lagi muda itu hanya menganguk dan membungkuk rendah. Mereka sudah terbiasa dengan sikap semena-mena Shella selama ini.

"Wong meteng, kok, ya galak gitu, sih." Dua pembantu itu mencibir diam-diam ketika Shella tidak ada di rumah.

"Wes, ayo kerjo! Ketimbang dipecat doro ayu." Mereka terkekeh. Menggosipkan majikannya seperti hiburan bagi mereka.

"Ma! Mama!" Shella yang baru sampai langsung berteriak dari pintu utama memanggil Nyonya Risma.

"Nyonya, ada di kamar Non Aletta, Nona." Tiba-tiba Bik Lasmi datang memberitahu.

"Eh, Bik, sudah berapa kali saya ingatkan. Jangan memanggil Aletta dengan sebutan non, dia itu sama sepertimu kastanya di rumah ini," hardik Shella menatap penuh emosi.

"Maaf ... Non," lirih Bik Lasmi menunduk dalam dalam.

"Awas kalau diulangi lagi!" Shella lalu meninggalkan Bik Lasmi di sana.

Kaki jenjangnya dengan cepat menaiki anak tangga. Tak sabar untuk menemui mamanya. Sesampainya di depan kamar Aletta, Shella melenggang masuk begitu saja. Kebetulan pintu terbuka.

Shella berdiri di samping Nyonya Risma, menatap datar Aletta yang sedang diperiksa oleh Dokter Tika. Baju daster yang dikenakan oleh Aletta tidak dapat menutupi perutnya yang semakin membuncit seiring bertambahnya usia kandungannya saat ini.

"Ma," lirih Shella dengan nada gusar.

"Kenapa, Shella." Nyonya Risma menatap lekat netra putrinya.

"Aku takut jika nanti, Aletta merebut anak itu dariku."

"Kamu tenang saja, mama sudah mempunyai cara untuk menyingkirkan dia dari kehidupan kita," sahut Nyonya Risma dengan tatapan meyakinkan.

"Mama, serius." Secercah harapan terpancar di wajah Shella.

Obrolan mereka terjeda sejenak lantaran kedatangan Dokter Tika. Aletta masih duduk mematung di tempat tidur dengan tatapan kosong, tidak ada gurat kesedihan di wajahnya. Pahitnya kehidupan mengajarkan banyak arti padanya.

"Bisa kita bicara bertiga?" tanya Dokter Tika.

Melihat wajah serius Dokter Tika membuat Nyonya Risma was was dengan penuturan yang akan disampaikan sahabatnya itu.

"Ayo!" Mereka berjalan menuju ruang keluarga.

"Katakan, Tika! Apa yang ingin kamu sampaikan." Shella maupun Nyonya Risma sudah harap harap cemas menunggu.

"Keadaan spikolog Aletta semakin memburuk, kehamilan yang tidak ia inginkan ini sungguh membuat jiwanya terguncang hebat. Dan yang aku takutkan adalah nasib janin yang ada di kandungannya," tutur Dokter Tika.

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Tika?" tanya Nyonya Risma sembari menghela napas kasar.

"Tolong lakukan yang terbaik agar calon anakku bisa tumbuh sempurna sampai waktunya tiba, Dok." Shella terlihat putus asa. Ia begitu mendambakan kehadiran calon anaknya yang ada di rahim Aletta.

"Jalan satu-satunya adalah segera melakukan tindakan operasi caesar."

"Apakah ini tidak membahayakan calon bayinya? Kandungan Aletta bahkan baru memasuki usia tujuh bulan, Tika."

"Akan lebih baik jika dilakukan tindakan operasi, tapi semua keputusan ada di tangan kalian berdua. Selama ini Aletta tidak pernah mau meminum vitamin yang kuberikan."

"Bagaimana, Shella?" Nyonya Risma tampak bimbang dan kalut.

"Aku setuju, Ma," jawab Shella mantap, "saat ini Mas Bayu pergi ke Eropa bersama Papa mertua, ada baiknya jika Mas Bayu tidak mengetahui perihal kelahiran dadakan ini. Bukankah ini menguntungkan untuk kita, Ma."

Nyonya Risma mengangguk setuju dengan perkataan putrinya. Dengan begitu sandiwara mereka akan semakin sempurna.

"Aku setuju, Tika. Kamu atur jadwal operasi caesar untuk Aletta besok!"

"Besok??" ulang serempak Shella dan Dokter Tika. Secepat itukah? Nyonya Risma tidak akan perduli dengan derita Aletta, yang ia utamakan adalah egonya sendiri.

"Bukahkan lebih cepat lebih baik," kata Nyonya Risma.

"Baiklah, akan aku atur jadwalnya besok." Dokter Tika bergegas bangkit berdiri. "Sekarang aku pamit dulu."

"Silahkan," sahut Nyonya Risma seraya membalas uluran tangan sahabatnya.

"Sebentar lagi pewaris Bayu Adhitama akan terlahir." Nyonya Risma maupun Shella tersenyum penuh kemenangan.

"Aku tidak sabar menanti hari esok, Ma," sahut Shella berseri-seri.

Lanjut, dua wanita berhati keji itu mulai mengatur siasat untuk menyingkirkan Aletta dari kehidupannya. Tawa mereka semakin pecah menggema ke segala sudut ruangan.

"Mama, memang cerdik. Aku gak nyangka pemikiran Mama bisa sejauh itu," puji Shella kepada Nyonya Risma.

"Tentu saja, kita bisa menggunakan satpam bodoh itu untuk umpan kita."

"Mari kita bersenang-senang untuk merayakan ini, Ma," ajak Shella. Tentu Nyonya Risma tidak akan menolak rejeki bisa belanja sepuasnya secara gratis dari putrinya.

'Ya Allah, jahat sekali mereka,' batin Bik Lasmi yang diam-diam tidak sengaja menguping pembicaraan mereka. Awalnya Bik Lasmi hendak mengantar makanan untuk Aletta, tetapi tidak sengaja mendengar obrolan tersebut.

Related chapters

  • Berbagi Rahim   Bab 5. Operasi caesar

    Pagi ini Nyonya Risma begitu antusias mempersiapkan segala keperluan untuk operasi caesar yang dijalani oleh Aletta. Demi menjaga keamanan, Nyonya Risma bahkan menyewa dua bodyguard untuk berjaga di depan ruang operasi.Kondisi Aletta makin mengkhawatirkan rasa tertekan di bawah ancaman Nyonya Risma, juga kehamilan yang ia tidak inginkan sama sekali membuatnya depresi dan bersedih. Inilah yang menyebabkan kehamilan Aletta terganggu, ditambah kondisi fisiknya yang lemah. Dokter Tika menyarankan agar Aletta melahirkan prematur. Semua telah dipersiapkan dengan sangat matang oleh Dokter Tika setelah mendapat persetujuan dari Nyonya Risma dan Shella.Shella tidak berhenti mondar-mandir sejak tadi, hatinya begitu gelisah menunggu detik-detik kelahiran bayi Aletta. Otaknya pun berputar keras untuk merangkai penjelasan apa yang tepat untuk suaminya ketika datang nanti tentang bayinya yang tiba-tiba saja lahir."Ya ampun, Shella. Mama tambah pusing lihat kamu mondar-mandir gitu," gerutu Nyony

    Last Updated : 2023-10-19
  • Berbagi Rahim   Bab 6. Difitnah

    Kicauan burung yang saling bersahutan menggema di kediaman Nyonya Risma. Dedaunan meliuk-liuk mengikuti hembusan angin, gumpalan awan hitam mulai membentuk garis-garis di atas sana. Keadaan tampak gelap meski hari baru menunjukkan pukul 06.00, pagi.Nyonya Risma beranjak dari tempat tidurnya, langkahnya ringan menapaki lantai. Ia menuju dapur untuk mencari keberadaan pembantunya."Lasmi!" Nyonya Risma berdiri di ambang pintu dengan gaya angkuh menatap Bik Lasmi."Iya, Nyonya. Ada yang bisa dibantu?" tanya Bik Lasmi membungkuk rendah."Cepat keluar dan belikan kebutuhan yang ada di catatan ini!" Nyonya Risma dengan tidak berperasaan melempar secarik kertas yang berisi daftar belanjaan yang harus di beli oleh Bik Lasmi. Kemudian melempar beberapa lembar uang merah itu."Baik, Nyonya," lirih Bik Lasmi seraya memunguti lembar demi lembar uang yang berserahkan di lantai.Melihat cuaca yang tidak mendukung tentu Bik Lasmi siaga membawa payung sekadar berjaga-jaga. Entah mengapa perasaan Bik

    Last Updated : 2023-11-07
  • Berbagi Rahim   Bab 7. Perlawanan

    "Pergi!!" usir Aletta histeris. Tubuhnya tak dapat menutupi rasa takut yang mendera, keringat sebiji jagung telah bercucuran dari balik wajahnya yang pucat. Penampilan Aletta sangat berantakan saat ini.Lelaki asing yang masih dalam pengaruh alkohol tersebut tak mengindahkan teriakkan Aletta, ia justru semakin bergairah memandangi lekuk tubuh gadis muda di depannya. Suasana yang tampak sepi memudahkan aksi lelaki tersebut.Sekuat tenaga Aletta beringsut mundur, menyeret kakinya yang terasa berat untuk di gerakkan."Layani abang, Sinta." Lelaki itu mengira jika yang dilihatnya saat ini adalah mendiang istrinya, bukan Aletta."Tolong!!" Aletta hendak berbalik dan menutup pintu, tetapi tangan lelaki itu lebih cepat dari perlawanan Aletta.Aletta memberontak untuk dilepaskan, takkala wajah lelaki itu sejengkal hendak menyerang bibir, serta leher jenjang Aletta yang tampak menggoda. Tanpa diduga, seseorang tiba-tiba menarik kuat lelaki itu dan mendorongnya sekuat tenaga, hingga lelaki ters

    Last Updated : 2023-12-02
  • Berbagi Rahim   Bab 1. Berbagi rahim

    "Aku ingin kau berbagi rahim denganku!" pinta Shella tegas.Tubuh Aletta sedikit terhuyung ke belakang, kain lap yang ada digenggamannya pun terjatuh. Selama 4 tahun terakhir ini hidup Aletta bergantung pada Nyonya Risma dan Shella. Namun, gadis malang itu bukan sekadar ongkang ongkang kaki saja di rumah mewah berlantai dua tersebut.Setiap hari Aletta harus melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik. Ya, tak jauh berbeda dengan pembantu, bekerja hanya dibayar makan dan tumpangan tidur."A ... ku tidak mau," tolak Aletta dengan rasa ketakutan.Nyonya Risma seketika murka mendapat penolakan dari anak tirinya, ia menarik kasar rambut Aletta tanpa kasihan. Tak hanya itu saja, Nyonya Risma juga menampar keras pipi Aletta hingga meninggalkan bekas kemerahan pada wajahnya."Ampunnnn, Ma. Sakitttt," mohon Aletta dengan air mata yang mengalir deras.Di usia Aletta yang sudah menginjak 21 tahun, tak pernah gadis itu merasakan kebahagian. Kehidupannya selalu bergulat dengan kesedihan dan pende

    Last Updated : 2023-10-04
  • Berbagi Rahim   Bab 2. Tempat baru

    "Sepertinya tidak ada di sini, Ma," ucap Shella, sesaat setelah mereka menggeledah kamar Nyonya Risma."Ya sudah, ayo keluar!" seru Nyonya Risma berlalu keluar bersama Shella.Aletta masih di dalam lemari besar, bersembunyi di antara rentetan baju yang tergantung rapi. Gadis itu mulai bernapas lega saat mendengar suara derap kaki yang semakin jauh dari tempatnya saat ini. Perlahan secara mengendap-endap ia membuka pintu lemari itu.Ia melongokkan kepalanya dari balik lemari, pandangannya begitu awas mengamati sekitar. Menyadari keadaan sudah aman, bergegas Aletta keluar dari persembunyiannya. Bagaimanapun ia harus bisa pergi secepat mungkin dari sana.Masa depan Aletta masih sangat jauh, tidak mungkin ia mengorbankan begitu saja masa depannya demi keluarga yang kejam dan serakah. Sedangkan di luar sana ada secercah harapan indah yang sedang menantinya, meski harus berjuang keras hidup terluntang-lantung tak tentu arah.Aletta berjalan mengendap-endap lewat belakang. Namun, Aletta mera

    Last Updated : 2023-10-04
  • Berbagi Rahim   Bab 3. Rencana

    "Non, ini makanannya. Bibi letakkan di sini ya!" ujar Bik Lasmi seraya meletakkan nampan berisi makanan untuk Aletta."Non Aletta, harus makan agar tidak sakit." Bik Lasmi masih bersikeras membujuk Aletta."Bibi tahu ini sangat berat untuk, Non Aletta jalani. Maaf jika bibi tidak bisa banyak membantu," kata Bik Lasmi dengan nada penuh empati. Melihat keadaan Aletta yang menyedihkan mengingatkan Lasmi pada anaknya di kampung."Kenapa, Bibi menyelamatkan aku waktu itu? Harusnya biarkan aku mati, Bik," lirih Aletta dengan pandangan kosong ke depan. Seperti layaknya tak memiliki semangat dalam hidup."Sadarlah, Non! Walau dunia seakan tak adil jangan pernah berpikir untuk bunuh diri." Bik Lasmi menasehati Aletta agar tidak larut dalam keterpurukan.Hening.Bibir Aletta terkatup rapat, tubuhnya sudah tidak memiliki daya melawan. Pergelangan tangan kanannya masih dibalut dengan perban, hasil dari aksinya yang hendak bunuh diri dua hari lalu. Namun gagal lantaran Bik Lasmi datang tepat waktu

    Last Updated : 2023-10-06

Latest chapter

  • Berbagi Rahim   Bab 7. Perlawanan

    "Pergi!!" usir Aletta histeris. Tubuhnya tak dapat menutupi rasa takut yang mendera, keringat sebiji jagung telah bercucuran dari balik wajahnya yang pucat. Penampilan Aletta sangat berantakan saat ini.Lelaki asing yang masih dalam pengaruh alkohol tersebut tak mengindahkan teriakkan Aletta, ia justru semakin bergairah memandangi lekuk tubuh gadis muda di depannya. Suasana yang tampak sepi memudahkan aksi lelaki tersebut.Sekuat tenaga Aletta beringsut mundur, menyeret kakinya yang terasa berat untuk di gerakkan."Layani abang, Sinta." Lelaki itu mengira jika yang dilihatnya saat ini adalah mendiang istrinya, bukan Aletta."Tolong!!" Aletta hendak berbalik dan menutup pintu, tetapi tangan lelaki itu lebih cepat dari perlawanan Aletta.Aletta memberontak untuk dilepaskan, takkala wajah lelaki itu sejengkal hendak menyerang bibir, serta leher jenjang Aletta yang tampak menggoda. Tanpa diduga, seseorang tiba-tiba menarik kuat lelaki itu dan mendorongnya sekuat tenaga, hingga lelaki ters

  • Berbagi Rahim   Bab 6. Difitnah

    Kicauan burung yang saling bersahutan menggema di kediaman Nyonya Risma. Dedaunan meliuk-liuk mengikuti hembusan angin, gumpalan awan hitam mulai membentuk garis-garis di atas sana. Keadaan tampak gelap meski hari baru menunjukkan pukul 06.00, pagi.Nyonya Risma beranjak dari tempat tidurnya, langkahnya ringan menapaki lantai. Ia menuju dapur untuk mencari keberadaan pembantunya."Lasmi!" Nyonya Risma berdiri di ambang pintu dengan gaya angkuh menatap Bik Lasmi."Iya, Nyonya. Ada yang bisa dibantu?" tanya Bik Lasmi membungkuk rendah."Cepat keluar dan belikan kebutuhan yang ada di catatan ini!" Nyonya Risma dengan tidak berperasaan melempar secarik kertas yang berisi daftar belanjaan yang harus di beli oleh Bik Lasmi. Kemudian melempar beberapa lembar uang merah itu."Baik, Nyonya," lirih Bik Lasmi seraya memunguti lembar demi lembar uang yang berserahkan di lantai.Melihat cuaca yang tidak mendukung tentu Bik Lasmi siaga membawa payung sekadar berjaga-jaga. Entah mengapa perasaan Bik

  • Berbagi Rahim   Bab 5. Operasi caesar

    Pagi ini Nyonya Risma begitu antusias mempersiapkan segala keperluan untuk operasi caesar yang dijalani oleh Aletta. Demi menjaga keamanan, Nyonya Risma bahkan menyewa dua bodyguard untuk berjaga di depan ruang operasi.Kondisi Aletta makin mengkhawatirkan rasa tertekan di bawah ancaman Nyonya Risma, juga kehamilan yang ia tidak inginkan sama sekali membuatnya depresi dan bersedih. Inilah yang menyebabkan kehamilan Aletta terganggu, ditambah kondisi fisiknya yang lemah. Dokter Tika menyarankan agar Aletta melahirkan prematur. Semua telah dipersiapkan dengan sangat matang oleh Dokter Tika setelah mendapat persetujuan dari Nyonya Risma dan Shella.Shella tidak berhenti mondar-mandir sejak tadi, hatinya begitu gelisah menunggu detik-detik kelahiran bayi Aletta. Otaknya pun berputar keras untuk merangkai penjelasan apa yang tepat untuk suaminya ketika datang nanti tentang bayinya yang tiba-tiba saja lahir."Ya ampun, Shella. Mama tambah pusing lihat kamu mondar-mandir gitu," gerutu Nyony

  • Berbagi Rahim   Bab 4. Kebohongan Shella

    Tujuh bulan kemudian ...."Aku ada kunjungan ke Eropa bersama Papa, jaga dirimu baik-baik beserta calon anak kita," ucap Bayu Adhitama yang melirik Shella dari pantulan cermin.Kemudian ia berbalik badan, sesaat setelah selesai merapikan penampilannya. Tubuh kekarnya dibalut dengan setelan jas berwarna senada, hidungnya mancung dan tak terlalu besar, bentuk alis yang hitam lebat, serta memiliki bola mata hitam kecoklatan, yang dapat menghipnotis banyak wanita jika lama memandangi wajah tampannya. Sayang, bibirnya selalu terkatup rapat semenjak menikahi Shella. 2 tahun mereka menjalani biduk rumah tangga, tetapi hubungan itu terasa hambar tidak seperti pengantin baru pada umumnya.Sudah tampan dan kaya, tetapi sial karena menikahi wanita licik, matre seperti Shella. Jika bukan karena permintaan terakhir sang ibu mungkin Bayu tidak akan sudi menikahi Shella yang sangat jauh dari kriterianya. Perjodohan itu benar benar membuat hidup Bayu suram. Tidak ada cinta yang tertanam di hati Bayu,

  • Berbagi Rahim   Bab 3. Rencana

    "Non, ini makanannya. Bibi letakkan di sini ya!" ujar Bik Lasmi seraya meletakkan nampan berisi makanan untuk Aletta."Non Aletta, harus makan agar tidak sakit." Bik Lasmi masih bersikeras membujuk Aletta."Bibi tahu ini sangat berat untuk, Non Aletta jalani. Maaf jika bibi tidak bisa banyak membantu," kata Bik Lasmi dengan nada penuh empati. Melihat keadaan Aletta yang menyedihkan mengingatkan Lasmi pada anaknya di kampung."Kenapa, Bibi menyelamatkan aku waktu itu? Harusnya biarkan aku mati, Bik," lirih Aletta dengan pandangan kosong ke depan. Seperti layaknya tak memiliki semangat dalam hidup."Sadarlah, Non! Walau dunia seakan tak adil jangan pernah berpikir untuk bunuh diri." Bik Lasmi menasehati Aletta agar tidak larut dalam keterpurukan.Hening.Bibir Aletta terkatup rapat, tubuhnya sudah tidak memiliki daya melawan. Pergelangan tangan kanannya masih dibalut dengan perban, hasil dari aksinya yang hendak bunuh diri dua hari lalu. Namun gagal lantaran Bik Lasmi datang tepat waktu

  • Berbagi Rahim   Bab 2. Tempat baru

    "Sepertinya tidak ada di sini, Ma," ucap Shella, sesaat setelah mereka menggeledah kamar Nyonya Risma."Ya sudah, ayo keluar!" seru Nyonya Risma berlalu keluar bersama Shella.Aletta masih di dalam lemari besar, bersembunyi di antara rentetan baju yang tergantung rapi. Gadis itu mulai bernapas lega saat mendengar suara derap kaki yang semakin jauh dari tempatnya saat ini. Perlahan secara mengendap-endap ia membuka pintu lemari itu.Ia melongokkan kepalanya dari balik lemari, pandangannya begitu awas mengamati sekitar. Menyadari keadaan sudah aman, bergegas Aletta keluar dari persembunyiannya. Bagaimanapun ia harus bisa pergi secepat mungkin dari sana.Masa depan Aletta masih sangat jauh, tidak mungkin ia mengorbankan begitu saja masa depannya demi keluarga yang kejam dan serakah. Sedangkan di luar sana ada secercah harapan indah yang sedang menantinya, meski harus berjuang keras hidup terluntang-lantung tak tentu arah.Aletta berjalan mengendap-endap lewat belakang. Namun, Aletta mera

  • Berbagi Rahim   Bab 1. Berbagi rahim

    "Aku ingin kau berbagi rahim denganku!" pinta Shella tegas.Tubuh Aletta sedikit terhuyung ke belakang, kain lap yang ada digenggamannya pun terjatuh. Selama 4 tahun terakhir ini hidup Aletta bergantung pada Nyonya Risma dan Shella. Namun, gadis malang itu bukan sekadar ongkang ongkang kaki saja di rumah mewah berlantai dua tersebut.Setiap hari Aletta harus melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik. Ya, tak jauh berbeda dengan pembantu, bekerja hanya dibayar makan dan tumpangan tidur."A ... ku tidak mau," tolak Aletta dengan rasa ketakutan.Nyonya Risma seketika murka mendapat penolakan dari anak tirinya, ia menarik kasar rambut Aletta tanpa kasihan. Tak hanya itu saja, Nyonya Risma juga menampar keras pipi Aletta hingga meninggalkan bekas kemerahan pada wajahnya."Ampunnnn, Ma. Sakitttt," mohon Aletta dengan air mata yang mengalir deras.Di usia Aletta yang sudah menginjak 21 tahun, tak pernah gadis itu merasakan kebahagian. Kehidupannya selalu bergulat dengan kesedihan dan pende

DMCA.com Protection Status