Melviano saat ini rasanya ingin mencekik leher kedua temannya itu yang sedang berjalan sambil tertawa sangat renyah.
“Ayo,” ajak Melviano langsung menggenggam tangan mungil istrinya.
Kaila tersenyum senang melihat persahabatan suaminya yang terlihat konyol ini. Mereka sering ribut tapi saling sayang satu sama lain. Seperti Kaila dan Debi.
“Kita makan apa?” bisik Kaila pelan.
“Makan yang ada di restoran.” Melviano tersenyum manis melihat wajah Kaila yang menggemaskan. Apalagi mengingat ekspresi Kaila semalam, benar-benar sangat memabukan.
Melviano sudah duduk terpisah dengan dua bangsul, ia lebih memilih di pojok saja. Ngeri nanti Kaila dijahili. Miliknya tidak boleh ada yang menyentuh pokoknya, senggol dikit tebas!
“Kita makan bersama saja, lebih baik kalau rame-rame,” ujar Addison yang langsung duduk samping Kaila.
Shit.
“Kaila, pindah sini, sayang,” ujar Melvia
Melviano melepaskan pagutannya, ia menatap wajah imut istrinya itu. Melviano mengusap bibir tipis istrinya dengan jari jempol penuh kelembutan.“Damn it,” umpat Damian.“Kau kalau mau lanjut lebih baik di kamar saja,” komentar Addison yang menatap miris nasibnya.Josephine hanya berdiri sambil mengalihkan pandangannya. Ia tidak sanggup melihat adegan Melviano bersama istrinya yang terlihat masih sangat bocah itu.“Hay, Josephine,” sapa Damian.“Josephine, bangku kita hanya ada empat saja, kalau kau mau sarapan nyari meja kosong saja sana,” ujar Addison melihat Josephine yang diam saja sambil berdiri.Kaila melirik ke arah Josephine dengan senyum bangga. Kaila tidak akan membiarkan wanita ular ini mendekati suaminya.“Tidak Addison, terima kasih. Aku ke sini sesuai janjiku untuk mengajak kalian berjalan-jalan ke kota Paris,” ujar Josephine menatap ke arah Melviano yang sibuk m
Kaila tahu betul kalau wanita bernama Josephine a.k.a Jontor ini pura-pura terkilir supaya bisa mengalihkan perhatian MelMel-nya gitu? Tidak bisa dibiarkan pokoknya. Enak aja Jontor kakinya mau dielus-elus sama suaminya, haram hukumnya.“Sayang,” panggil Kaila manja.“Iya, Kai.”“Dia terkilir?” tanya Kaila ikut berjongkok depan Josephine yang meringis kesakitan.“Iya, kasihan. Mana dia pakai sandal hels lagi.”“Tenang saja, serahkan sama istrimu ini. Begini-gini dulu istrimu mantan tukang pijat, sini biar aku benarkan kakinya Jontor yang terkilir,” ujar Kaila sambil terseyum miring.Josephine sendiri sudah menatap ketakutan, memangnya istri dari Melviano mau apa? Kelihatannya sangat mengerikan sekali.“Kamu yakin, Kai?” tanya Melviano memastikan.“Yakin. Dulu Justin Bieber saja pijit sama aku, Ji Chang Wook langganan pijit, kalau begini doang gampang.
Kaila mulai mengerjapkan matanya perlahan-lahan, ia menengok ke arah samping sambil mengulum senyumnya. Ia memandangi wajah suaminya yang semalam telah memberikan rasa bahagia yang meletup-letup. Bukan hanya itu saja, Kaila seperti diajak terbang ke langit. Melviano benar-benar memberikan servis yang membuat siapa saja susah move on.Kaila melihat jam dinding kamar hotel yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Lagi-lagi, Kaila tidak bisa menahan senyumnya itu. Kaila selalu mengingat bagaimana semalam Melviano membuat mabuk kepayang.Kaila menyikap selimut yang menutupi tubuh polosnya, Melviano pun sama dengannya masih polos. Mereka berdua selesai bercinta langsung tidur setelah mencapai pelepasan bersama. Saat ini Kaila langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri akibat percintaannya semalam yang diulang-ulang sampai Kaila sendiri angkat tangan.Melviano merasakan kalau di samping ranjangnya sudah tidak ada istri tercintanya, ia mendengar suara segemer
Selesai sarapan mereka menuju ke museum orsay. Di sana mereka melihat berbagai macam lukisan, patung, meubel, objets d’art dan fotografia.Kaila berdecak kagum melihat bangunan, dulu Kaila hanya melihat di google saja. Sekarang ia bisa menginjakan kaki di museum orsay.“Mel, kok bangunannya kaya stasiun kereta api?” tanya Kaila melihat bangunan museum orsay.“Memang stasiun kereta api kok.”Kaila melihat-lihat, di mana letak kereta apinya yang ada Cuma banyak lukisan dan patung dipajang.“Mana keretanya?”Melviano terkekeh geli. “Ya sudah tutup, sekarang berubah jadi museum. Kalau nggak salah tutup tahun 1939. Dan dibuat museum sekitar tahun 1986. Tapi sebelum jadi museum tempat ini dijadikan sebuah monumen bersejarah dan cagar budaya tahun 1978.”Kaila mengangguk-angguk paham. Pantas saja model bangunannya mirip stasiun gambir. Hahaha.“Oh begitu, terus ya
Selesai makan malam, Melviano duduk di sandaran ranjang sambil bermain ponselnya. Ia sedang searcing nagara Turkey buat acara honeymoon nanti. Meski saat ini mereka bisa dikatakan seperti honeymoon tapi tetap saja pengganggu datang dari mana saja. Mulai dari dua bangsul, Josephine. Hadeh.Untung saja Melviano tidak memiliki teman yang tinggal di Turkey, bisa amanlah buat proses pembuatan dedek bayi nanti. Duh nih otak konslet dah kayaknya, kenapa mikirnya ngadon anak mulu begini sih.Melviano melihat ke arah pintu kamar mandi, Kaila dari tadi masuk kamar mandi nggak keluar-keluar lagi ngapain sih?!Melviano makin penasaran apa yang dilakukan Kaila. Mandi sudah, kalau boker atau buang air kecil pasti ada suara air ngalir. Lah ini bisa anteng aja. Mana tadi Kaila senyum-senyum nggak jelas sambil membawa sesuatu yang diumpetin lagi. Kira-kira dia bawa apaan, ya?Tak berapa lama pintu kamar mandi terbuka, mata Melviano langsung menatap tak berkedip-kedi
Kaila menatap wajah suaminya yang sedikit pucat ini. Kaila berpikir kalau MelMel itu sakit. Tapi sakit kenapa? Masa badan gede begitu sakit sih! ah kurang hebat deh.“Mel, kamu sakit, ya. Muka kamu sedikit pucat,” ujar Kaila menatap suaminya intens.“Tidak kok, hanya sedikit nggak enak badan saja.”“Kalau begitu, itu namanya sakit dodol,” dumel Kaila sebal sama MelMel. Belagu banget, sakit begitu bilangnya tidak. Kan ngeselin banget.“Yaudah, ayo kita sarapan nanti ke disneyland,” ajak Melviano mengajak sarapan istrinya.“Kamu tuh dodol tahu nggak! Lagi sakit malahan mikirin disneyland segala, kamu tuh butuh istirahat, Mel,” ucap Kaila kesal dengan MelMel yang hanya memikirkan kebahagiaan dirinya saja tanpa mau mempedulikan kesehatan sendiri.“Tapi—“ ujar Melviano yang langsung dipotong Kaila cepat.“Sudah, hari ini kita tidak ada disneyland. Kita di d
Addison langsung melaksanakan perintah dari calon kakak ipar. Ya meski masih belum jelas. Tapi apa salahnya usaha, apalagi Kika-nya akan ke Los Angeles.Addison langsung memencet bel kamar yang disewa Damian semalam. Namun yang membuka sesosok wanita semalam yang Damian bawa dari kelab malam. Wanita itu sudah rapi ingin pergi.“Dam, cepetan. Kita disuruh buat ke kamar Melvin,” ajak Addison yang melihat Damian sedang mengenakan pakaian setelah mandi.“Buat apa?”“Mau bermain katanya, nggak tahu bermain apa, treesome kali, ya?” ujar Addison langsung mendapat tempilingan oleh Damian.“Mana mungkin si bastard itu mau berbagi, melihat Kaila disentuh sedikit saja sudah kebakaran bewok begitu.”“Makanya, kita mending ke sana saja. Demi kesejahteraan hubungan aku sama Kika nih,” ujar Addison bersemangat.“Kika nggak suka sama kau, jangan terlalu berharap.” Damian memberik
Ketiga laki-laki itu tidak bisa menolak keputusan kanjeng ratu Kaila. Dengan sangat terpaksa mereka mengikuti aturan main Kaila.“Sudah-sudah ratapi saja nasib kalian, sekarang ayo kita beli baju ballet dulu.”Kaila mengajak ketiga laki-laki bastard.“Kai, aku mau ke Los Angeles sore ini, sepertinya hukuman diganti yang lain saja, ya?” ujar Damian sedikit meminta keringanan.“Tidak bisa! Hukuman harus tetap dijalani. Pulangnya nanti saja setelah kalian joged lagu blackpink pakai baju balet,” ucap Kaila tetap dengan pendiriannya.“Perutku mulas, Kai, sepertinya aku diare dadakan,” kata Addison yang langsung mendapat sanggahan dari Kaila.“Tidak bisa! Jangan banyak alasan, jadi jalani hukuman kalian.” Kaila tetap ingin melihat ketiga laki-laki ini jodeg blackpink.“Kepalaku pusing, Kai. Sepertinya aku akan pingsan,” ucap Melviano sedikit akting meriang.“Kamu s
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud