Setelah kemarin berseteru, kini Melviano tengah duduk menunggu sarapan bareng Kaila. Semalam Melviano memilih tidur di kamar bawah, ia merasa harus meredam amarahnya yang sudah memuncak karena sikap Kaila yang moodyan itu.
“Tolong kau panggilkan Kaila untuk sarapan.”
“Baik, Tuan.”
Maid itu baru akan melaksanakan perintah Tuan Melviano. Ternyata Kaila sudah berjalan menuju ke arah ruang makan.
“Nyonya ditunggu sama Tuan.”
“Iya.”
SREEK.
Kaila menarik kursinya, ia langsung mengambil gelas yang berisi jus strawberry. Kaila langsung mengambil roti, ia menggigit dan mengunyah dengan pelan. Berbeda dengan Melviano yang hanya memperhatikan Kaila saat ini.
“Kamu tumben nggak makan nasi? Hari ini masak nasi goreng spesial buat kamu lho.”
“Males.”
“Emang kenyang? Kata kamu kalau belum kena nasi itu masih lapar.”
Hoeekk.
Kaila la
Satu minggu kemudian.Setelah kemarin melewati hari-hari dengan sikap Kaila yang sangat manja, dan membuat Melviano kesal. Kini, malam ini, detik ini, seorang Melviano Azekiel bertambah usia. Kaila sudah menyiapkan segalanya. Masalah pesta pun, Kaila sudah serahkan semuanya kepada Mikaila. Ia juga sudah memberikan undangan kepada Grace, Alesa, Hardin. Tak hanya itu saja, Kaila pun mengundang teman-teman Melviano, kecuali Damian dan Marvel. Mereka masih betah di Singapore hingga detik ini.Kini tepat jam 12 malam, Kaila ingin memberikan kejutan kado spesial untuk suaminya. Kaila tadi sudah izin untuk tidur terlebih dulu, hingga membuat Melviano saat ini sedang berada di ruang kerjanya sendirian.Kaila menuruni anak tangga dengan pelan-pelan. Ia tak mau kalau suaminya itu mendengar langkah kakinya. Kaila berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil kue ulang tahun yang sudah dibelinya tadi.Kaila menyalakan lilin, ia berjalan menuju ke ar
Kaila merasa bosan dan jenuh berada di kamar. Mau tidur lagi pun Kaila nggak bisa. Mana suaminya sedang masak nasi goreng tapi lama banget hampir sejam sendiri. Dengan sangat terpaksa, Kaila turun ke lantai bawah menuju dapur.Langkah kaki Kaila begitu menggema, ia terus berjalan hingga sampai di dapur. Matanya membulat ketika kondisi dapur seperti habis perang. Semuanya berantakan, berserakan ke mana-mana.“Mel, ini kenapa cangkang telur banyak banget sih,” dumel Kaila yang melihat cangkang telur berserakan.“Tadi mau masak telur gosong terus, jadi ganti yang baru.”“Sudah cukup, mending kamu cuci tangan sana.”“Tapi—““Sudah, Mel. Aku sudah nggak pengin makan nasi goreng lagi.”“Nanti anak kita gimana?”“Dia udah nggak mood. Terlalu lama jadi nggak pengin.”“Maaf.”Kaila mendekat ke arah suaminya, mencari
Melviano saat ini sedang berdandan di depan cermin, ia tak mau membuat kecewa seluruh tamu yang hadir diacara pesta ulang tahunnya yang dibuat oleh istri dan adiknya. Melviano menggunakan pakaian yang begitu formal, celana hitam, kemeja putih, serta jas tuxedo berwarna senada. Rambutnya tak lupa ia beri gel supaya terlihat begitu rapi.Melviano pun menatap pakaian istrinya yang sama-sama menggunakan oufit berwarna hitam. Kaila memakai dres panjang hitam dengan belahan dada yang begitu sangat rendah hingga buah dada Kaila sedikit terlihat.“Apa tidak ada yang menutupi itu?” tanya Melviano yang merasa tak rela jika harus berbagi dengan orang lain. Meski di negara ini sangat lumrah sekali jika pamer tubuh, tapi Melviano tak ingin miliknya dilihat orang lain.“Sudah lah nggak usah protes, lagipula aku pakai baju ini sesuai sama pakaian yang kamu kenakan. Coba lihat deh, kita benar-benar serasi kan?” ledek Kaila yang ikut bercermin, ia berdiri
Kaila langsung merasa terkejut, pernapasannya tiba-tiba saja mendadak sesak. Pasokan oksigen di sekelilingnya terasa sangat menipis. Kaila membekap mulutnya sendiri. Kepalanya langsung mencari keberadaan Melviano.Kaila menahan tangisnya di saat melihat rahang suaminya yang begitu sangat mengeras. Mikaila dan Mom Margaret sangat begitu syok. Ia menatap Kaila penuh dengan berbagai pertanyaan.“Itu tidak seperti yang kalian pikirkan,” cicit Kaila sembari menggeleng kepalanya.“Dekatin Melvin sana, jelaskan kalau memang kau bukan seperti itu, dear,” ujar Margaret yang masih bijak.Kaila mengangguk. Ia berdiri ingin ke arah suaminya, namun Kaila sangat terkejut dengan langkah kaki Melviano yang berjalan cepat menuju ke arah meja dirinya.“Kita pulang sekarang.”Kaila langsung mengikuti langkah lebar suaminya, tak ada ucapan, tak ada teguran, tak ada sapaan hingga sampai ke parkiran. Yang membuat Kaila bingung,
Kini Melviano dan Kaila telah sampai mansion setelah menempuh perjalanan dari hotel. Melviano tetap berjalan santai seperti tidak ada masalah sama sekali. Berbeda dengan Kaila yang merasa bingung dengan sikap Melviano. Suaminya tidak marah, tidak mengamuk seperti biasanya.“Ehem,” deham Melviano.Kaila berjalan takut-takut, ia masih sedikit ingat jika Melviano marah akan seperti apa nantinya. Kaila menunduk, air matanya terus bercucuran dengan sangat deras.“Ada yang mau dijelaskan?”Kaila mendongak mendengar ucapan Melviano. Kaila tak menyangka suaminya bertanya seperti itu. Kaila akan menyampaikan kronologisnya.“Itu ...” Kaila bingung harus memulainya dari mana. Ia juga nggak sadar saat itu, dan kejadiannya sangat cepat.“Itu apa?” Melviano menaikkan kedua alisnya, ia masih menunggu penjelaskan dari Kaila. Melviano sedang berusaha menahan emosinya saat ini, gimanapun ia masih memikirka
Mikaila dan Addison langsung masuk mansion dengan sangat terburu-buru. Mikaila membawa sebuah kartu undangan dengan rekaman cctv hotel yang khusus acara ulang tahun.“Kak,” teriak Mikaila.“Bastard!” teriak Addison menimpali.CEKLEK.“Ada apa kalian berdua teriak-teriak seperti di hutan?” Melviano keluar dari ruang kerjanya. Ia sehabis bertengkar dengan Kaila memilih masuk ke ruangan kerja untuk menenangkan pikirannya yang sangat ruwet.“Kaila mana?” tanya Mikaila melihat Melviano yang sendirian saja.“Di kamar sedang istirahat.”“Ya sudah lah, aku mau kasih ini,” ujar Mikaila menyerahkan kartu undangan dan sebuah flasdisk.“Apa?”“Ada orang yang mencurigakan.”“Maksudnya?”“Ck, sepertinya kau mendadak bodoh saat ini,” geram Addison melihat Melviano yang mendadak lemot.&ldquo
Kini Grace sedang disekap oleh Hero. Di saat akan mendatangi acara ulang tahun Melviano, mobil Grace diikuti dan pepet terus menerus hingga mobil milik Hero menghalangi jalan mobil Grace. Mau tak mau Grace mengerem mendadak. Hingga sang pemilik mobil keluar untuk mengomel, namun justru Grace dibius oleh salah satu orang suruhan Hero.Dan di sinilah Grace berada, di salah satu sebuah mansion yang megah dan mewah milik klan Alexandrove. Hero pun menyuruh salah satu seorang wanita untuk menghadiri ke acara pesta ulang tahun Melviano. Di sana Hero tetap memantau dari kejauhan, ia selalu menghindari kamera cctv yang terekam ke arah lobby hingga ballroom, di mana acara Melviano dilaksanakan.“Kau biadab, Hero! Apa salah Kaila, hah!”“Salah dia karena tidak mau membantuku mendapatkan Alesa kembali, padahal dia itu dekat sekali dengan Alesa. Kalau saja dia membantuku sedikit saja untuk membuat hubungan Hardin dan Alesa putus, aku tidak akan sejah
Kini mereka menuju ke arah kelas Amora, namun nasibnya belum beruntung. Kelas Amora telah usai lima menit yang lalu.“Kita ke parkiran, cepat!” Hardin sangat bersemangat sekali hingga ia lupa kalau Kaila sedang hamil.“Kau harus ingat, Kaila itu sedang hamil,” gerutu Alesa.“Astaga, lupa aku tuh.”“Kalian duluan saja, aku tak kuat kalau berlari. Aku jalan saja, ya.” Kaila merasa tenaganya akan habis.“Kai, mending kau istirahat saja. Biarkan aku dan Hardin yang akan menacari bukti untukmu.”Mata Kaila langsung berkaca-kaca, ia tak menyangka kalau Alesa dan Hardin akan rela berkorban untuk mencarikan bukti untuknya. Kaila sangat beruntung memiliki teman yang selalu menolong seperti ini. Bahkan di saat jatuh seperti ini, mereka masih tetap mempercayainya.“Terima kasih, Alesa,” ujar Kaila terisak.Alesa langsung memeluk Kaila erat, tangannya mengusapi punggun
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud