Kini Kaila sudah berada di depan kelab malam Nine, mata Kaila menatap pintu masuk kelab yang sudah terjaga begitu ketat. Hati Kaila saat ini sangat gamang untuk masuk ke kelab, apalagi kondisinya yang saat ini memakai tongkat.
“Apa mau saya panggilkan, Tuan?” tawar Sawyer yang paham dengan ekspresi Kaila yang tengah dilanda kebingungan.
“Tidak usah, biar aku saja yang masuk.”
Kaila langsung membuka pintu mobil, baru saja kaki tongkatnya menempel pada aspal jalan, mata Kaila disuguhkan pemandangan suaminya yang keluar kelab bersama dengan Annabele. Mereka tengah tertawa begitu bahagia, hati Kaila sangat sakit. Tanpa sadar, air matanya kembali luruh.
Kaila terus menatap jalan suaminya yang menuju ke arah mobil mewah yang sering Melviano pakai. Di sana Melviano satu mobil bersama Annabele, Kaila melihat dengan mata kepala Kaila sendiri jika Melviano memilih pergi dibanding untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya.
“S
Sawyer saat ini sedang kelimpungan mencari keberadaan majikannya, apalagi Melviano menelepon memberikan kabar kalau, Kaila tidak masuk kelas. Sawyer merasa kecolongan dan tertipu dengan sikap lugu nan polos Kaila. Sialan!Sawyer mencari ke sana ke mari dan tidak ada satu anak pun fakultas design grafis yang melihatnya. Kini, Sawyer sedang kembali menuju mansion, Sawyer merasa pusing menangani majikannya yang sama-sama masih sangat labil dan egois sekali. Tidak suaminya tidak istrinya, sama saja.Kini Sawyer sudah sampai mansion, ia melihat ada mobil Melviano yang sudah terparkir sangat rapi. Sawyer masuk mansion dan langsung disambut pukulan telak diperutnya.BUGH.BUGH.BUGH.“BODOH! menjaga anak kecil saja tidak bisa!” bentak Melviano.“Maaf, Tuan.” Sawyer meringis kesakitan, perutnya terasa sangat sakit terkena pukulan oleh Melviano.Melviano mengepalkan tangannya begitu kuat, ia merasa kesal berkali-
Melviano tengah tersenyum tipis mendengar Annabele yang sangat antusias menerima benihnya. Ia langsung membisikan kata-kata yang membuat Annabele begitu terkejut.“Sayangnya benihku tidak mau wanita lain selain Kaila,” bisik Melviano yang langsung menjauhkan tubuhnya dari Annabele.Mata Annabele langsung terbelelak, ia mengepalkan kedua tangannya menahan marah yang memuncak. Kedua pipinya begitu merah menahan malu, apalagi barusan ia sudah merendahkan harga dirinya di depan Melviano. Sialan! Sehebat apa sih anak kecil itu sampai meruntuhkan hati Melviano sesusah ini.“Maaf Annabele, bukan bermaksud untuk menyakiti hatimu, tapi yakinlah kau akan menemukan laki-laki yang tulus mencintaimu, yang menerimamu apa adanya nanti. Seperti aku yang mencintai Kaila, meski rumah tanggaku sedang kacau. Tapi aku masih tidak ingin bercerai dengannya.”Annabele tersenyum tipis, sekeras apapun ia berusaha mengambil hati Melviano sepertinya tid
Satu minggu kemudian.Tepat satu minggu ini, Kaila dan Alesa membolos kuliah. Kaila tak hanya membolos saja, ia juga kabur dari mansion sudah satu minggu ini.“Akhirnya kakiku sembuh,” teriak Kaila merasa senang.“Iya, sekarang kamu harus berjuang untuk memperbaiki hubungan rumah tangga kalian.”Kaila hanya mengangguk saja. “Oke.”Alesa berniat akan mengantarkan Kaila pulang menuju ke mansion. Hari ini, Kaila akan memperjuangkan keutuhan rumah tangganya demi Melviano. Dalam perjalanan menuju ke mansion pun Kaila terus tersenyum.“Aku deg-degan, Lesa,” gumam Kaila.“Tenang saja, kamu jangan nyerah sampai suami kamu memaafkan. Di sini kamu yang salah, jadi harus kamu yang minta maaf,” ujar Alesa.Kaila mengangguk patuh. “Iya, aku yang kurang peka dan kurang memedulikan keinginannya.”Alesa tersenyum melihat Kaila yang semakin sadar dan mau mengakui kes
Melviano terkejut saat menerima panggilan telepon dari istrinya. Apalagi, Kaila meminta untuk berpisah sementara? Maksudnya apa?Dengan cepat, Melviano berdiri dan melangkah keluar untuk mengejar Kaila. Ia membuka pintu ruangannya dan melihat Mike yang sedang unboxing makanan yang dibawa Kaila barusan.“Jangan makan, ini makanan punyaku,” kata Melviano sambil merebut makanan di hadapan Mike.“Tapikan itu sudah diberikan kepada saya, Tuan,” balas Mike yang tak mau mengalah. Lagian, manusia mana yang tak mau diberi makanan gratis seperti ini.“Iya, tapi itu dari Kaila kan?” Melviano tersenyum miring menatap sekertarisnya yang tengah menatap makanan yang direbut paksa.“Iya.”“Berarti ini milikku, bukan milikmu. Pahamkan?” Melviano langsung kembali ke dalam ruangannya sambil membawa makanan yang barusan dibawa Kaila namun belum sempat diberikannya.Mike hanya menatap sengit ke a
Mikaila langsung keluar mansion kakaknya, ia lebih baik pergi menuju apartemen untuk mengunjungi Kaila.Dalam perjalanan menuju ke apartemen tak henti-hentinya Mikaila selalu mengumpat dengan kasar. Ia tak habis pikir dengan kakaknya yang dengan tega menyakiti hati Kaila. Benar-benar sinting Kakaknya ini.Berbeda kondisi dengan Kaila saat ini, ia sedang meringuk di apartemen seorang diri. Kaila menangis, ia bingung akan melakukan hal apa selain menangis? Kaila banyak menemukan botol minuman yang berserakan.Ting nong ... ting nong ... ting nong.Kaila merasakan dan mendengar ada yang memencet bel apartemennya. Kaila langsung terbangun dan berjalan menuju ke arah pintu.KLEK.“Kika,” ucap Kaila tak percaya dengan kedatangan Mikaila.“Taraaaa,” sapa Mikaila dengan senyumnya.Mereka berdua langsung masuk, Kaila merasa bingung dengan kadatangan Mikaila yang ke aparteman. Dari mana Mikaila tahu kala
Pagi ini, Kaila tidak seperti biasanya yang kalau kuliah harus diantar oleh Sawyer. Kini Kaila harus menggunakan taksi untuk menuju ke arah kampusnya. Kaila sedikit kelimpungan karena harus tarik tunai di ATM. Mengingat ia jarang memegang uang cash. Kaila merasa menjadi istri yang tidak tahu diuntung sekali, berantem tapi masih menggunakan uangnya MelMel seperti ini. Lagian Kaila bingung mau kerja apaan di sini.Kini, Kaila tiba di kampusnya. Ia berjalan menyusuri lorong kampus sambil melirik ke sana ke mari mencari keberadaan Alesa. Kini, Kaila sedang berada di fakultas design fashion.“Hardin,” panggil Kaila.“Ya,” sahut Hardin yang tengah mengobrol dengan temannya.“Alesa belum masuk?” tanya Kaila.“Dia masuk, tapi nanti siang.”“Oh, oke.”“Ada sesuatu yang penting?” tanya Hardin menatap Kaila.“Tidak ada, aku hanya ingin mengobrol saja,&
Saat ini Kaila sedang merasakan tangannya seperti orang tremor, gemetaran tanpa sadar. Ia merasa gugup juga malu. Apalagi tadi Melviano telah menciiumnya dan dirinya mau-mau saja? Sialan!Kaila langsung menelungkupkan kepalanya di kasur dan berteriak sedikit kencang, Kaila sangat malu ya Tuhan, harusnya tadi nolak saat MelMel mau menciiumnya bukannya malahan merem segala, kampret!Ting.Kaila mendengar notifikasi dari hapenya, dengan cepat ia langsung mengambil hape yang berada di atas nakas. Kaila membuka notif email yang masuk, mulut Kaila langsung menganga melihat foto-foto bayi yang sangat begitu mungil dan lucu sekali. Kaila hanyut saat memandangi bayi yang begitu mirip dengan si tahu bulat a.k.a Elang, laki-laki sialan yang sudah menghamili kakaknya dan lari dari tanggung jawab.Kaila membaca pesan email dari Nasya yang mengatakan kalau dia sudah melahirkan. Kaila segera mengetikan balasan untuk Nasya.Kaila : Kak, lucu banget. Namanya siapa?
Hari ini, Kaila seperti biasa menjalani aktifitasnya untuk pergi kuliah. Kehidupan yang dijalani Kaila benar-benar sangatlah berbeda sekali, yang dulunya di mansion serba diatur dan dikekang oleh Melviano, kini justru Kaila merasakan kebebasan yang luar biasa. Kaila sudah tak lagi diantar jemput oleh Sawyer, sudah tidak ada yang melarangnya. Entah kenapa Kaila sedikit rindu dengan sikap over protektif suaminya.Kaila berjalan menyusuri lobby kantor dengan membawa paper bag untuk makan siang. Kaila seperti biasa sebelum sampai kantor ia mampir ke restoran untuk membeli menu makan siang untuk dirinya juga Melviano.Kini Kaila sudah berada dalam lift yang akan membawanya menuju ke lantai atas. Kaila mengatur napasnya terlebih dulu, Kaila memegang dadanya yang benar-benar sangat deg-degan sekali.Ting.Pintu lift terbuka, Kaila langsung melangkah kan kakinya menuju ke ruangan Melviano, Kaila akan membicarakan tentang kepulangannya ke Indonesia untuk men
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud