Tangan pria paruh baya dengan kumis tebal di bawah hidungnya itu penuh lumpur karena baru saja membantu mang Udin sang tukang kebun merapihkan taman yang merupakan hobynya. “Ya ampun Pak, itu tangan kenapa kotor gitu?” bukannya menanggapi perkataan bapak, sang menantu malah balik bertanya. “Bapa
“Kak…Kak Mia cantik ya,” pancing Amalia ketika mereka mengantri untuk bersalaman dengan kedua mempelai pengantin. “Cantikan kamu, apalagi hamil kaya gini! Makin cinta deh,” balas Ricko menggombal, tidak terpancing dengan segala macam cara karena dirinya lebih berpengalaman menghadapi wanita. “Ii
Mobil Ricko dan Andra berhenti tepat di depan IGD, kedua calon papa muda itu berlari kalang kabut memanggil petugas medis agar segera memberikan pertolongan kepada sang istri. Maka dengan sigap beberapa orang perawat membawa ranjang beroda memburu kedua wanita hamil yang masih berada di dalam mobi
"Ssshhhh....” Rena memejamkan mata tatkala rasa sakit itu kembali menggempurnya begitu hebat. Andra menyelipkan dirinya di antara kaki Rena yang terbuka kemudian memeluk sang istri erat hingga kepala Rena terbenam di pundaknya. "Emmmhhh.... " Erangan kesakitan itu sesekali masih terdengar dari b
*Ruang Berasalin Rena Rena tidak banyak mengeluh, hanya erangan dan desahan kecil yang lolos dari bibir ketika rasa sakit menggempur tubuhnya. Dokter dan para suster dibuat takjub dengan kesabaran pasiennya tersebut. Mungkin bila diadakan kontes, Rena mendapat predikat pasien ibu hamil tersaba
Setelahnya pria paruh baya itu menyeka jejak buliran kristal di sudut mata. Tante Mery dan ibu Susi saling berpelukan dan menggenggam merasakan kebahagiaan yang berlipat ganda hari ini. "Om bangga sama kamu Andra, Om bangga." Om Salim menatap Andra dengan binar kebahagiaan. "Oh begini ya rasan
Rena mengerjap ketika kilasan matahari dari tirai yang terbuka memapar ke wajah, menarik diri dari tidur lelap dan memaksanya untuk membuka mata. Keningnya berkerut tatkala menyadari bahwa kamar tempatnya berada telah terang benderang, dijamah oleh sulur cahaya matahari yang seolah tak sabar menya
“Kita pake susu formula,” jawabnya singkat. “Mahaaaaaalll! Nanti habis buat aku beli tas, sepatu—“ “Sayaaaaang, uang Kakak banyak… kamu tenang aja!” sambar Ricko meyakinkan. Ceklek… “Selamat Pagiiii….” Sapaan perawat mengurai pelukan Amalia dan Ricko. “Pagiii,” sahut keduanya serentak. W