Setelah sempat dilarikan ke IGD oleh pak Rojak yang merupakan kepala bagian rumah tangga di rumah Andra, kini Rena sudah terbaring dengan selang infus yang tertancap ditangan kanannya. Menurut dokter jaga yang memeriksa, Rena hanya kelelahan dan tekanan darahnya rendah ditambah hormon HCG yang masi
Rena balas memeluk Andra sama eratnya. “Mas … maafin aku ya,” kata Rena lambat-lambat. Andra mengurai pelukan kemudian menyatukan bibir mereka memagut penuh damba tanpa ampun membuat bibir sang istri bengkak seketika. “Kita makan bareng ya,” ajak Andra tanpa menjawab permintaan maaf dari Rena sete
Perkelahian antara Hadi dan kedua preman tidak berlangsung lama, hanya dalam waktu sekejap saja para preman tadi sudah berubah babak belur karena skil beladiri yang dimiliki Hadi. Setelah mengaduh dan beberapa kali meminta ampun, kedua preman memohon agar Rena bertemu langsung dengan bosnya. Tidak
“Bu … jangan lakuin ini, Lisna enggak akan mampu bayar Ibu, nantinya.” Lisna memohon. “Enggak usah dibayar, yang penting kamu bebas dari sini,” balas Rena setengah berbisik. “Bagaimana kalau Anda tidak datang besok?” sang Mamih melanjutkan negosiasi yang dimulai Rena. “Saya pastikan datang … saya
Rena merasakan punggungnya begitu kebas karena bergesekan dengan dinding kamar mandi. Air shower terus mengguyur tubuh mereka seiring hentakan Andra yang memabukan. Deru nafas keduanya memburu membuat kaca di dalam bilik shower semakin buram, dengan melingkarkan satu kakinya di pinggang Andra, sua
Author Note : Teman-teman mohon maaf atas kesalahan publish di bab sebelumnya. Sekarang bab sebelumnya sudah direvisi dan teman-teman bisa dibaca ulang tanpa perlu membayar lagi bila sudah membuka babnya, Terimakasih. *** “Hai Mas Ricko … yuk kita sarapan bareng!” ajak Rena ketika melihat Rick
Lisna melangkah mendekat. “Makasih banyak Bu, mungkin sampai mati pun Lisna enggak akan pernah bisa membalas kebaikan Ibu,” kaya Lisna penuh haru. Rena menyerongkan posisi duduk agar bisa menatap Lisna. “Enggak usah dipikirkan lagi … mulai sekarang, hiduplah lebih baik ya!” pesan Rena disertai s
“Iya Bu … Kakak akan hati-hati….” Rena menanggapi wejangan ibu Susi. “….” “Iya….” Dia menyahut lagi. “….” “Hemm….” Andra duduk di sofa mengawasi Rena yang sedang berkomunikasi dengan ibu mertuanya melalui sambungan telepon di balkon kamar sambil mondar-mandir dengan tangan mengusap perutny