Perlahan Rena menghela tangan Andra, tapi pria itu hanya menggeliat lalu mengubah posisi membelakanginya. "Mas Andra ... tadi ibu manggil kita untuk sarapan,” kata Rena sembari dari atas ranjang untuk membersihkan dirinya di kamar Mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, dia sudah tidak mendapati A
Ricko memilih Restoran mewah di daerah Dago atas untuk makan malam mereka kali ini. Sebelumnya pria itu melakukan reservasi ruangan privat agar keluarganya merasa nyaman. Sebelah selatan ruangan tersebut terdapat dinding kaca besar dan pintu yang menuju ke balkon sehingga mereka bisa merasakan uda
Perkataan Edward yang seolah menantangnya tadi membuat darah Andra mendidih, tanpa sadar dia sudah mengepalkan kedua tangan sambil mengetatkan rahang kokohnya. "Gue enggak akan melepaskan apa yang udah jadi milik gue?” Andra menggeram. “Mas.” Rena mengusap lengan berotot Andra dengan lembut, lalu
"Jadi itu mantan kamu ...." Andra bertanya tapi tampak acuh, pria itu baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan wajah menggunakan handuk. Rena melirik Andra sekilas, pria itu terlihat segar setelah mencuci wajahnya, walau memakai kaos polos rumahan dan celana pendek tapi tidak sedikitpu
Perlahan pria itu melangkah menuju laci kitchen island dan mengambil alat pengupas buah, tidak berapa lama buah mangga tadi sudah terkupas sempurna. Andra meletakannya di atas piring lalu mengambil garpu dan menusukannya disalah satu potongan buah. Rena masih melongo melihat kegesitan Andra yang s
Setelah malam itu hubungan keduanya sangat baik, Rena sudah tidak pernah mendengar Andra berkata ketus lagi kepadanya bahkan pria itu sering mengirimi pesan untuk menanyakan apa yang sedang dilakukan Rena. Rena dan Andra masih bingung dengan perasaannya masing-masing tapi Rena tidak berani membahas
“Terimakasih atas jamuannya Om … saya sangat menghargainya,” kata Andra tulus. “Jangan sungkan Nak Andra, sudah seharusnya Om selaku Kakak dari bapaknya Rena menjamu Nak Andra selama disini tapi baru ini Om bisa lakukan karena Nak Andra sendiri menolak untuk tinggal di rumah Om,” balas om Rizal den
Untuk pertama kali Rena menginjakan kaki di Bali setelah dua puluh lima tahun hidupnya, perjalanan udara yang tidak sampai dua jam itu sudah berhasil Rena tempuh walau sempat delay hingga tiga jam di Bandara Soekarno Hatta. Setau Rena, sang suami memiliki privat jet yang bisa mengantarnya ke mana p
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline