"Ka ... lagi makan siang ya?" suara bapak terdengar sehat dan bahagia dari ujung panggilan sana, Rena kembali bisa bernafas lega. "Iya Pak ... ada apa? Bapak apa kabar? bagaimana keadaan jantung Bapak sekarang?" cecar Rena kemudian. "Bapak sehat Kak … malah jantung Bapak sekarang seperti muda lagi
"Baik sayang ... ayo kita belanja untuk seserahan pernikahan mu,” ajak Mery tanpa bersedia menerima bantahan. "Aku hubungi pak Syam dulu Tante, karena nanti pak Syam akan menjemput.” Rena meminta pengertian menghentikan tante Mery yang hendak masuk kedalam mobil. "Tante sudah bicara dengan pak Sya
Di atas ranjang berukuran quin size dalam kamar apartemen mewah milik Andra, Rena membolak-balikan tubuh menghadap ke kiri kemudian ke kanan sama dengan nasib ponsel yang sedari tadi dia genggam. Rena mengeceknya berulang kali, membuka aplikasi pesan lalu mencari nama 'Mas Andra' kapan terakhir kal
"Apa dia enggak pernah belajar untuk jelek sehari saja?" rutuk gadis itu seraya memalingkan wajahnya, Rena tidak mau tunangan tampannya itu melihat wajah Rena yang yang sedang merona. "Enggak apa-apa, aku kaget sewaktu bangun tadi udah ada Mas, aku pikir siapa …,” saut Rena dengan kepala tertunduk.
Andra sengaja tidak menjawab dan sibuk dengan roti sandwich di mulutnya. Merasa tidak ada jawaban akhirnya Rena mendongak dan langsung bersitatap dengan manik Andra. "Enak,” jawab pria itu dengan ekspresi datar. Rena mengulum senyum lalu kembali menundukan kepalanya hingga semua menu sarapan pagi
"Sebelah sana tenda ayam gepreknya Mas ... kita berhenti di ruko kosong sebelah sana aja, yang lain juga parkir disana,” tuduh gadis itu sambil menggerakan jari telunjuknya. Dengan berat hati Andra memarkirkan kendaraannya di tempat yag ditunjukan Rena, kebetulan di sana ada tukang parkir yang meng
“Ga usah Mas, aku traktir aja ya!” Gadis itu pun berlalu dari hadapan Andra untuk membayar tagihan ayam geprek mereka. Setelah mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna biru dari dompetnya dan ditukar dengan beberapa lembar uang receh oleh kang Maman, mereka berbasa-basi sebentar. “Itu pacarnya e
Sesuai janji, keesokan harinya jam sepuluh tepat Rena sudah berada di lobby apartemen. Sepuluh menit menunggu tapi Andra tak kunjung tiba dan Rena masih setia menunggu hingga jam menunjukan angka sebelas. Rena menghembuskan nafas lelah setelah lama menunggu, dia membuka aplikasi pesan tapi tidak a
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline