Sepulang kerja Andra dan Ricko membawa Rena makan malam di resto yang terkenal dengan hidangan Timur Tengah. "Pasti ada yang mau di omongin," batin Rena menerka, sementara jarinya sibuk mengotak-ngatik ponsel, padahal dia hanya menggeser-geser layar ponsel tanpa ada yang benar-benar menarik perhati
Rena tidak merasa bahagia seperti gadis yang sedang bertunangan pada umumnya, baru menjadi kekasih pura-puranya Andra saja hampir kehilangan nyawa di lemari pendingin, bagaimana bila sudah menjadi istrinya nanti? Tidak tahu apakah dia bisa menjalani kawin kontrak hingga tenggat waktu yang tertulis
"Selamat Pagi Bu Rena,” sapa pak Rahmat membuyarkan lamunan bankir cantik itu. Tadi Rena berjalan masuk ke dalam kantornya dengan tatapan kosong karena masih memikirkan berita yang berseliweran di media tentang pertunangannya dengan Andra. Jangan tanyakan nasib akun media sosialnya yang kini follow
"Tapi maaf, dia sudah bertunangan denganku," sahut Andra dari ambang pintu. Entah darimana datangnya pria itu dan sudah sejak kapan berdiri di sana tanpa ada yang menyadari. Andra seperti Pangeran tampan yang sedang menjemput Tuan Putrinya yang sedang terluka hati atau super hero yang datang menyel
Pagi sekali Andra sudah berada di apartemen Rena sampai Rena tidak menyadari kedatangan Andra saat itu. Rena keluar dari kamar hendak membuat sarapan pagi kemudian dikejutkan dengan sosok Andra yang duduk di meja makan sambil melemparkan senyum meski kaku kepadanya. "Tumben senyum ... udah ngatain
Rena hanya menganggukan kepalanya sekilas. "Kamu mau acara pernikahannya di Bandung atau Jakarta? Jakarta aja ya!" pancing Andra, beberapa kali bertemu, Andra sudah paham karakter gadis itu yang mudah terbaca seperti buku yang terbuka lebar. "Aku mau di Bandung ... aku pihak wanitanya, kalau dalam
Ibu Firda pun tak bisa berbuat apa-apa, dia membenarkan posisi kacamatanya yang baik saja-saja lalu kembali duduk di belakang mejanya. Sedangkan Mia mengusap dadanya, syok dan tidak percaya ternyata Rena bisa marah seperti itu. *** "Ko ... ada waktu?" tanya Andra pada Ricko setelah keduanya disku
Sore itu Rena kembali dijemput oleh Andra dari kantornya, kali ini Andra menunggu di ruangan prioritas ditemani pak Rudi karena saat Andra datang menjemput, Rena belum menyelesaikan pekerjaannya. "Senangnya dijemput tunangan,” celetuk Mia menggoda Rena dengan mengedipkan satu mata. "Seneng donk ..
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline