Mata Reza memancarkan kebahagiaan saat melihat lampu kelap-kelip warna-warni menerangi taman kota.Dia terlihat begitu antusias dan meminta agar Pakdenya segera menghentikan laju mobilnya.Anak kecil itu sudah tidak sabar ingin turun dan berlarian memutari taman tersebut."Berhenti Pakde, kita berhenti sekarang," ucapnya sambil menarik lengan Satya dari kursi belakang."Iya, iya kita berhenti sekarang!""Yey, Bude ayok kita turun sekarang!""Reza kamu hati-hati!" teriak Kezia yang melihat Reza meloncat saja dari belakang dan berlari begitu saja tanpa memandang kiri dan kanan bertepatan dengan itu sebuah sepeda motor berjalan sangat cepat dari arah samping."REZA AWAS!""Aaaarrrggghh!""REZA!"Tubuh kecil itu terpental sejauh 5 meter dari mobil mereka berhenti dan berguling-guling di atas aspal.Kiara dan Satya segera menghampiri keponakannya yang sudah terbaring bersimbah darah di atas jalan raya."Reza, Reza bangun Sayang, Reza bangun!"Betapa paniknya Satya melihat darah dagingnya s
"Kondisi putra Nyonya sangat lemah, dia membutuhkan banyak darah akibat benturan di kepalanya, putra Nyonya kehilangan banyak darah."Degh!"Ambil saja darahku Dok, ambil sekarang!" ucap Kiara sambil menarik tangan sang Dokter agar segera mengambil darahnya."Bukan seperti itu Nyonya! Kita harus melakukan pemeriksaan dulu apakah golongan darah Nyonya cocok untuk putra Nyonya, ataukah tidak!""Kalau begitu lakukan sekarang Dok! Aku tidak mau membiarkan Reza terlalu lama tertidur!"Dari paksaan Kiara Dokter akhirnya mengiyakan untuk memeriksanya, padahal di kondisinya yang histeris seperti ini akan sangat bahaya jika darahnya di ambil. Naluri seorang ibu tidak memikirkan bagaimana kondisi diri sendiri, yang Kiara pikirkan saat ini hanyalah Reza agar segera membaik."Baiklah Nyonya, sekarang Nyonya ikut saya, kita akan melakukan pemeriksaan sekarang."Serangkaian pemeriksaan Dokter lakukan pada Kiara sampai selesai dan hanya menunggu bagaimana hasilnya.Mereka semua berharap kalau ada s
"Dokter tunggu!"Dokter yang semula hendak pergi mendadak membalikkan badan saat mendengar panggilan dari Satya. Dia memberi waktu pada Satya untuk bicara."Ambil darahku saja Dok! Ambil darahku sekarang! "Golongan darahku B, sama dengan golongan darah Reza!"Semuanya terperangah menoleh pada Satya seketika terutama Kiara yang menghentikan tangisnya seketika karena merasa mendapatkan solusi saat itu juga."Apa Mas, kamu mau donorkan darahmu untuk Reza?"Satya mengira kalau istrinya itu keberatan, padahal Kezia justru senang karena tidak perlu diminta Satya mau melakukan itu."Iya Sayang, tidak ada salahnya aku menolong Reza, bukankah dia itu a ...em, keponakanku?""Syukurlah, akhirnya Reza bisa tertolong! Makasih ya Mas, karena kamu mau mendonorkan darahmu untuk Reza."Satya hanya mengangguk karena dia merasa kalau inilah kewajibannya, tak perlu Kezia mengucapkan terima kasih sudah seharusnya Satya melakukan itu.Dengan senang hati Dokter membawa Satya untuk masuk dan memindahkan dar
Pak Diki sang sopir sedikit menjauh dari kamar Aland di ikuti oleh bik Inah yang masih terlihat bingung.Sopir yang sudah puluhan tahun bekerja dengannya sangat tau bagaimana cara mengetahui kondisi majikannya saat ini.Dia mengambil ponsel yang yang ada di saku bajunya dan menghubungi Aland yang masih di dalam kamar.Ponsel yang berada tepat di telinganya terdengar sangat berisik saat pak Diki mulai menelepon."Gimana Dik, apa ada respon dari Den Aland?"Pembantu yang lebih tua dari pak Diki ini sudah seperti saudara sendiri mengingat mereka sudah lama sekali bekerja dengan Aland.Maka dari itu bik Inah hanya memanggil pak Diki dengan sebutan namanya saja."Belum ada, apa mungkin Den Aland masih tidur?""Coba kamu telepon sekali lagi."Panggilan berikutnya membuat Aland mulai menggerakkan tangannya, rasanya malas sekali untuk bangun setelah begadang sampai hampir pagi."Astaga, berisik sekali, siapa ini yang telepon!"Samar-samar Aland mengambil ponsel itu tetapi hanya melihat sekila
"Tapi Pak ...""Aku tidak mau mendengar alasanmu lagi! Sudah terlalu banyak kamu membuatku muak dan sekarang kemasi semua barangmu dan pergi dari kantorku sekarang juga!"Tanpa banyak bicara wajah Kiara mulai memerah dengan mata berkaca-kaca. Ingin rasanya dia menahan air matanya agar tidak jatuh tapi nyatanya tidak bisa dia bendung juga.Yang dia sesali saat ini kenapa Aland tidak mau mendengar alasannya, jika dia tau kalau putranya kini di rawat di rumah sakit kemungkinan besar Aland akan mengerti.Tapi Kiara tak bisa berbuat apa-apa setelah atasannya itu berkata lantang tanpa memandang ke arahnya bak tidak Sudi memandang wajah Kiara."Baiklah kalau itu menjadi keputusan Bapak, aku akan keluar dari sini! Izinkan aku untuk mengemasi semua barang-ku.""Pak!" ucap pak Bandi seakan berat melepas Kiara mengingat wanita itu sudah banyak berjasa di perusahaan ini.Tapi Aland sama sekali tak menoleh sedikit pun dan membiarkan Kiara masuk untuk mengemasi barangnya."Nia kita berangkat sekara
"Loh Kiara, kenapa kamu kembali? Dan apa yang kamu bawa ini?" tanya bu Marwah yang melihat Kiara kembali ke rumah sakit membawa sebuah kardus besar terlihat sangat berat.Dia sudah bisa menebak-nebak kemungkinan yang terjadi dan ternyata memang tebakan bu Marwah benar."Aku di pecat Bu! Gara-gara terlambat sampai di kantor!""Apa, kamu di pecat? Astaga, lalu bagaimana dengan biaya pengobatan Reza Ki?""Pak Aland tak mau mendengar alasanku kenapa aku datang terlambat! Padahal jika dia tau mungkin Pak Aland bisa mengerti."Kiara seketika teringat dengan siapa hari ini Aland akan ketemuan yang tak lain adalah kakaknya Satya.Dia berfikir dengan meminta bantuan dari Satya untuk bicara dengan kakaknya mungkin Aland akan merubah keputusannya kalau saja Nasya bicara mengenai dirinya.Akan tetapi meminta pertolongan Satya rasanya sangat gengsi untuk Kiara mengingat laki-laki itu sudah menyakitinya. Apa jadinya jika dia benar-benar meminta tolong yang ada Satya akan semakin merendahkannya."A
"Produk itu milik Pak Rustam, baru 2 bulan ini dia menggeluti bisnis ini dan meminta saya untuk menangani produknya."Degh!"Apa, Pak Rustam?"Aland terperangah saat Pak Danu menyebut pengusaha kaya raya itu, bukankah dua bulan yang lalu mereka baru saja bertemu di club' malam? Rupanya Pak Rustam ingin mengajak Aland kerja sama untuk produk tersebut.Hanya saja keadaan Kiara yang mabuk saat itu membuat dia tidak bisa melanjutkan pembicaraannya."Iya Pak Rustam! Pak Aland pasti pernah mendengar namanya. Dia pengusaha yang sangat royal, semua produknya keluaran terbaru dan pastinya sangat canggih!""Kalau begitu aku mau produk yang lebih baik dari pada miliknya! Pak Danu buatkan saja beberapa contoh produk yang akan saya pasarkan! Mengenai anggaran Pak Danu tidak perlu khawatir."Tentu saja Aland tidak mau kalah dari pengusaha culas itu, andai dia tau dari awal kalau pak Rustam akan membuka bisnis baru tentu Aland akan lebih cepat darinya.Tetapi sekarang dia hanya terkesan mengikuti je
Seminggu di rumah sakit membuat tabungan Kiara menipis untuk biaya pengobatan anaknya, dan di saat Dokter mengatakan kalau Reza sudah diperbolekan untuk pulang, Kiara bingung mendapatkan dari mana uang untuk membayar sisanya.Dia duduk termenung sendirian di depan ruangan Reza di rawat mencari jalan keluar untuk masalahnya, sedang bu Marwah di dalam menemani cucunya yang sedang berkemas."Astaga, dapat dari mana aku uang untuk membayar! Sedang semua teman sudah aku hubungi dan tidak ada satu pun yang bisa membantu, ck!" Kiara bergumam sendiri tidak ada yang mengetahui kalau dirinya kini sedang pusing.Tak lama setelah itu, dari arah samping seseorang melintas dan tak sengaja menoleh ke arahnya, orang tersebut memundurkan langkahnya karena merasa mengenal wanita yang duduk itu.Setelah memastikan bahwa dialah benar-benar Kiara, orang tersebut menghampirinya."Nona Kiara!"Kiara spontan mendongakkan wajahnya memandang seorang yang sedang berdiri di hadapannya, dari mulai ujung kaki tam
Keesokkan harinya Kiara benar-benar tak menyangka kalau Aland benar-benar datang untuk menemui ke dua orang tuanya.Bahkan dengan beraninya Aland memanggil bu Marwah dan pak Susanto untuk duduk dalam satu meja di ruang tamu tanpa menunggu dua yang memanggil.Bu Marwah dan pak Susanto seketika menghampiri mereka di depan."Ada apa ya, Nak Aland memanggil kami? Apa ada yang bisa kami bantu?""Oh, tidak Om, Tante. Saya cuma mau mengatakan sesuatu pada kalian." Kedua orang tua itu duduk siap mendengarkan apa yang akan Aland sampaikan."Em, jadi begini, Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya terlalu lancang memanggil kalian kesini. Kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari kalian untuk memperistri Kiara menjadi milik'ku." Kedua orang tua itu tampak begitu bahagia mendengarnya."Semenjak aku mengenal Kiara, aku merasakan hal yang berbeda, aku memantapkan diri dan sekarang aku yakin kalau Kiara-lah yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku.""Apa Nak Aland yakin? Nak Aland p
"Loh, Kakak mau kemana?" Malam itu Kezia begitu cantik mengenakan dress panjang berwarna coklat muda."Aku di minta Pak Sean untuk menemani di acara undangan klien bisnisnya. Kamu sendiri mau kemana Dek?" Sama halnya dengan Kiara yang tak kalah cantik dari kakaknya."Jangan bilang klien itu, Pak Dimas?""Loh, kok kamu tau, Dek? Jangan-jangan kamu mau ke tempat yang sama?""Astaga, Mas Aland juga mengajak'ku ke sana. Kebetulan sekali kita bisa pergi bersama." Tapi tidak menjamin pada diri Aland, apakah dia mau dekat kembali dengan Sean setelah apa yang dia lakukan padanya?Mereka terkekeh karena sama-sama tidak mengatakan sebelumnya. Kalau begitu Kakak pergi dulu, Dek. Pak Sean mengatakan aku jangan sampai terlambat sampai ke sana." Sementara Kiara masih menunggu kekasihnya datang menjemput. Tak berapa lama kemudian mobil Aland terlihat berhenti di depan rumah, dengan gagahnya pemuda itu turun."Kiara, apa kamu sudah sia
"Mau apa lagi kau ke sini? Udah nggak ada hubungan lagi kamu dengan keluarga ini, Mas!""Kiara, Kiara tunggu!" Kiara berhenti sejenak memberi sedikit Satya waktu untuk bicara."Aku ..., aku ke sini untuk minta maaf. Tolong maafkan semua kesalahanku! Mana Kakakmu? Aku mau minta maaf pada Kezia." Laki-laki itu sudah seperti memohon untuk ketemu dengan kakaknya."Nggak ada! Kak Kezia lagi pergi. Dia sudah tidak mau melihat kamu lagi," jawab Kiara ketus, dia melanjutkan langkahnya kembali, tetapi Satya kembali mengejarnya."Kiara, kamu tidak bisa seperti ini! Izinkan aku bicara dulu dengan Kezia!""Sudahlah Mas. Lebih baik kamu lupakan Kak Kezia. Biarkan dia bahagia dalam kesendiriannya!" Namun sepertinya laki-laki itu kekeh ingin bertemu mantan istrinya.Dia menerobos masuk walau Kiara sudah melarangnya."Kezia, Kezia dimana kamu. Kezia, Sayang dimana kamu?" "Mas, apa yang kamu lakukan? Tolong jangan buat keributa
"Syukurlah kamu sudah boleh pulang, Sayang. Ibu senang mendengarnya. Sebentar lagi Om tampan datang menjemput kita.""Benarkah Om tampan akan menjemput kita, Ibu? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."Setelah di rawat dua hari di rumah sakit kini dokter menyatakan kalau Reza sudah di perbolehkan untuk pulang."Iya, Sayang. Om Aland mengatakan hari ini akan mengantar kita pulang.""Hore, pulang dengan Om tampan." Reza begitu antusiasnya.Dadi tempat yang berbeda Aland berjalan begitu cepat berjalan sambil mengangkat teleponnya, dia begitu buru-buru keluar dari kantor untuk menepati janjinya bahwa hari ini dia yang akan mengantar pulang.Aland tidak mau sampai Kiara dan Reza kecewa karena menunggu dia yang tak kunjung datang.*****"Lebih baik Ibu berkemas sambil menunggu Om Aland datang. Sayang, kamu duduk saja di sini, jangan kemana-mana.""Baik, Ibu."Reza menurut untuk duduk di atas
"Hari ini aku mulai bekerja, aku harus semangat." Kezia duduk di ruang kerjanya yang beru dengan penuh semangat. Pengalam kerja yang dulu dia peroleh menjadi bekal untuk di perusahaan barunya.Beberapa dokumen penting tertumpuk di atas meja. Walau tumpukan itu serasa bikin pusing kepalanya namun dia harus mengerjakannya dengan semangat.Satu persatu tugas itu dia kerjakan sampai siang hari namun belum sepenuhnya selesai. Masih banyak lagi tugas yang harus dia kerjakan selanjutnya."File ini sudah selesai dari setengahnya. Lebih baik aku bawa ke Pak Sean untuk di tanda tangani."Sesaat sebelum beranjak ke ruang direktur, Kezia membereskan sisa pekerjaannya terlebih dahulu.Tok!Tok!"Permisi, Pak.""Iya masuk," jawab Sean dari dalam ruangannya.Begitu pintu di buka, Kezia mendapati Sean sedang menelepon seseorang, samar-samar dia mendengar seseorang mengatakan kalau ada perusahaan yang akan di lelang sua
Ketika pagi hari Aland terlihat sampai di kantor dia mendapati pak Bandi yang tengah sibuk mengurus sesuatu.Dia melepas pekerjaannya sebentar untuk menyapa bos-nya datang."Selamat pagi, Pak Aland.""Pagi. Apa yang sedang Pak Bandi lakukan?""Ini, Pak menyiapkan berkas Pak Aland untuk meeting nanti siang." Aland memicingkan matanya."Kemana Kiara? Kenapa Pak Bandi yang menyiapkan semuanya?" Padahal Aland berharap sesampainya dia di kantor, orang yang pertama dia lihat adalah Kiara. Namun pada kenyataannya wanita itu justru kini tidak ada di tempat."Saya tidak tau, Pak. Mungkin Nona Kiara cuti hari ini.""Cuti?" Aland rasa sepertinya tidak mungkin karena kemaren dia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan.Untuk menjawab rasa penasarannya maka Aland mengambil ponsel dan menghubungi Kiara yang kini masih di rumahnya.Ponsel Kiara yang tergeletak di atas meja, mendadak berdering. Sudah Kiara
Di samping kolam renang rumahnya Aland berjalan pelan sambil senyum-senyum sendiri.Betapa senangnya dia bisa membuat Kiara dan Reza begitu bahagia. Bayangan ketika dia membopong tubuh sintal itu masih kian terasa berat di pundaknya, lucunya saat Reza berlari mengejar seolah tidak terima ibunya di culik pun membuat Aland ingin sekali tertawa lepas.Tapi dia tahan sebisa mungkin. Apa kata mereka jika melihat dia tertawa sendiri. Mungkin bik Inah dan teman-teman seperti pak sopir mengira kalau Aland sudah tidak waras lagi."Kalian memang lucu. Kalian bisa membuat aku senang, membuat aku bahagia dan membuat hidupku lebih berwarna.""Kiara. Aku tidak salah memilihmu untuk jadi pendamping hidupku. Akan aku pertahankan sebisa mungkin apapun rintangannya, karena aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu.""Cie, yang sedang jatuh cinta." Tiba-tiba bik Inah bersuara dari belakang yang membuat Aland kaget. Rupanya dia mendengar semua yang dia katakan
Puas berwisata, sore hari mereka pulang membawa lelah tapi juga bahagia.Reza yang begitu antusias kini tidur di dekapan ibunya saat di dalam perjalanan. Menyusuri jalan yang sama saat mereka berangkat, Kiara menoleh kembali pada apa yang dia lihat tadi."Ah, sudah tidak ada. Semoga aja apa yang aku lihat itu salah," gumamnya dalam hati.Sampai tiba di rumah, Aland turun lebih dulu yang menggantikan posisi Kiara untuk membawa Reza masuk.Tindakannya itu seperti ayah yang membopong anaknya sendiri. Tidak ada ragu dalam diri Aland sedikit pun pada Reza."Ya ampun, Reza tidur?" Aland hanya tersenyum saat bu Marwah menyapanya.Namun Kiara yang menjawab dengan lirih sengaja agar putranya itu tidak bangun.Aland membaringkan tubuh mungil itu di atas tempat tidur susun yang bermotif Doraemon.Tak lupa dia mencium pipi chubby si anak kecil."Sepertinya dia lelah sekali, dan kamu juga pasti lelah, isti
"Nggak, nggak ada apa-apa." Merasa belum yakin dengan apa yang dia lihat maka Kiara lebih baik mengatakan tidak ada apa-apa.Aland hanya menjawab singkat. "Oh."Mobil terus melaju ke tempat tujuan dan berhenti di sebuah wisata alam bernuansa pantai."Kita sudah sampai." Begitu riangnya Reza meloncat turun dari mobil dan berlari ke pinggiran pantai."Reza hati-hati, Sayang." teriak Kiara khawatir.Dan yang membuat Kiara bangga terhadap Aland, dia menghampiri Reza untuk memastikan kalau dia aman."Mas Aland begitu perhatian pada Reza, aku berharap dia sosok yang selama ini aku cari."Dari kejauhan terlihat Meraka berbisik sambil menunjuk ke arahnya. Tak lama setelah itu Reza berlari menghampiri ibunya da menarik tangan Kiara."Ibu, ayok kita ke sana. Kita ke pinggir pantai di sana, Ibu!""Eh, nggak. Ibu tunggu di sini aja, kamu mainlah sama Om tampan." Tapi Reza terus saja menarik tangannya.Mau