Sekitar jam 7 malam Aland terus saja menelepon Kiara yang masih di rumah sedang bersiap, dia memilah milih baju mana yang cocok di gunakan untuk acara dengan CEO-nya itu.Pertemuan dengan Pak Rustam tentu harus terlibat special karena kolega bisnis itu memang suka dengan kemewahan.Kiara berusaha membuat agar Aland tidak malu membawanya untuk bertemu dengan Pak Rustam."Dimana kamu, aku perintahkan kamu ke kantor sekarang."Suara Aland mulai meninggi setelah beberapa kali panggilan tak terjawab darinya.Kiara yang kebetulan berada di kamar mandi tak mendengar kalau ponselnya berdering dan untuk yang terakhir kalinya dia melihat nama pak bos tertera di layar ponsel milikinya pun segera mengangkat."Iya Pak, beri saya waktu 15 menit untuk sampai di kantor.""Kamu memang selalu saja membuatku kesal! 15 menit mulai dari sekarang. Aku nggak mau sampai kamu terlambat lagi!"Bunyi tut tut yang membuat pengang gendang telinga Kiara menandakan kalau panggilan itu sudah berakhir.Setelah memili
Sementara di depan Aland duduk menunggu dengan cemas, sesekali dia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya menunggu wanita yang sedang berdandan cukup lama di dalam sana.Tak lama setelah itu, pelayan keluar sambil kasak kusuk berbicara dengan seseorang yang belum terlihat siapa dia yang membuat pandangan Aland menjadi lesu kembali.Namun pandangannya mendadak terpesona saat Kiara keluar dengan dandanan yang sudah berubah total, tidak di pungkiri oleh Aland betapa cantiknya wanita itu sampai dia kesulitan untuk mengedipkan matanya sendiri.Akan tetapi untuk mengakui hal itu di depan Kiara rasanya enggan yang hanya akan membuat sekretarisnya itu terasa terbang melayang."Jadi kapan kita akan berangkat Pak?""Pak, Pak Aland!"Lambaian tangan Kiara di depan wajahnya spontan menyadarkan Aland dari lamunannya, dia terlihat salah tingkah setelah ketahuan melakukan sesuatu."Oh iya, kita berangkat sekarang."Aland berjalan lebih dulu di depan Kiara, pak sopir segera membukankan pintu u
"Pak Aland.""Hei, mau apa kamu! Jangan campuri urusan kamu. Brengsek!"Tidak ada jawaban dari Aland, namun pukulan yang menjadi jawaban untuk ke dua preman tersebut.Masing-masing mendapat satu pukulan telak tepat di pelipis wajahnya sampai mereka terhuyung ke belakang sambil memegangi pipinya.Bugh!Bugh!Dari awal dia sudah curiga kalau mereka bakal mengganggu Kiara bahkan Aland tak perduli dengan pak Rustam yang kini hanya duduk mengangkat kakinya di pangkuan sambil merokok memandanginya.Melihat Kiara yang tak berdaya tak mungkin Aland membiarkannya begitu saja, di saat dia menutup matanya, disitu juga Aland mendekat hingga sentuhan tangan preman tersebut hanya tepat dalam genggaman tangannya.Tidak ada perlawanan dari kedua preman itu mengingat siapa yang menolong Kiara setelah mereka tersadar, mereka mengetahui kalau lawan mereka bukanlah orang sembarangan maka mereka memutuskan untuk lari pontang panting menjauh dari Aland."Eh, aduh! Tangan saya sakit Pak," ucap Kiara dengan s
"Sedang apa lo malam-lama di sini? Oh aku tau, kupu-kupu mana yang baru kamu bawa Land?"Tetapi Aland tidak mengatakan kalau Kiara berada di dalam apartemen miliknya, biarlah Sean mengira kalau dia habis membawa wanita malam dan bercinta di dalam apartemen, yang penting situasi aman.Seandainya Sean tau bahwa Kiara ada di dalam tentu dia akan mengira kalau wanita malam yang Aland bawa dialah Kiara dan dia tak segan untuk mengajak Kiara bermalam seperti pada wanita malam yang lainnya.Aland berfikir alasan apa yang cocok untuk menjawab pertanyaan Sean agar dia tak curiga."Tidak, aku hanya mengambil kunci mobilku yang tertinggal disini.""Apa? Alasan apa ini Land! Hei, aku tau kamu dan kamu juga tau aku. Kesukaan kita sama Land, jadi Lo nggak bisa menyembunyikan ini semua padaku."Degh!Aland mengira kalau Sean sudah tau yang sebenarnya, memang dalam masalah kesenangan dia tidak bisa menyembunyikan dari sahabatnya ini karena mereka mempunyai kebiasaan yang sama yaitu bercinta dengan se
"Dari mana saja kamu semalaman nggak pulang Ki?" tanya Pak Susanto dengan tatapan menakutkan.Semua anggota keluarganya sudah berkumpul di depan menyambut kepulangan Kiara yang sedari malam baru menampakan diri.Terkecuali dengan Satya yang sudah pergi ke kantor pagi sekali.Sudah Kiara duga sebelumnya kalau dia bakal di interogasi oleh keluarganya mengapa tidak pulang dan kemana semalam.Dan benar saja apa yang menjadi kekhawatirannya kini menjadi kenyataan. Apa yang harus Kiara katakan dan kenapa dia berada di sebuah apartemen saat Kiara membuka matanya."Semalam aku menemani Pak Aland untuk bertemu dengan partner bisnisnya di suatu tempat Yah."Kiara bicara sambil menunduk tanpa berani memandang wajah mereka."Apa? Jadi kamu bermalam dengan atasan kamu itu? Astaga!""Eh, nggak! Bukan begitu Yah! Aku sendiri di apartemen, aku yakin itu apartemen milik Pak Aland, tetapi Pak Aland sendiri tidak ada di tempat itu Yah.""Bohong Yah! Dia pasti habis ketemuan dan bermalam dengan pacarnya
"Nona Kiara anda di tanyakan oleh Pak Aland, sekarang anda ada di mana?"Suara pak Bandi dari sambungan telepon, bukan Aland bisa menelepon Kiara sendiri tetapi dia justru meminta sang Manager untuk menanyakan keberadaannya sekarang.Selaman menginap di apartemennya membuat Kiara baru pulang pagi tadi ke rumah yang tentu membutuhkan waktu untuk penyesuaian dengan keluarganya kembali.Untuk membuat mereka mengerti bahwa Kiara tidak melakukan yang aneh-aneh di luaran sana."Maaf Pak Bandi, hari ini saya izin untuk cuti sehari! Pak Aland sendiri pasti tau alasannya.""Saya baru saja pulang dari pertemuan semalam dan sekarang saya sedang berkumpul dengan keluarga saya."Sengaja Kiara memberi alasan berkumpul dengan keluarganya agar Aland bisa mengerti kalau hari-harinya bukan cuma untuk bekerja tetapi ada keluarga yang harus dia perhatikan setiap saat.Pak Bandi mengerutkan alisnya, dia berfikir bagaimana mungkin di jam segini Kiara baru pulang dari pertemuan semalam, bukankah wanita ini
"Eh, Sayang kamu mau kemana?""Reza mau main di kamar Bude, Ibu!" ujarnya sambil berlari menghampiri mainan yang baru saja di beli.Merasa terlalu berat Reza menarik kantung plastik besar itu sekuat tenaga menuju kamar Kezia dan mengetuk pintunya."Sayang main sama Ibu saja yah disini, Ibu bisa temani kamu main kok.""Kita main apa yang kamu suka? Mobil-mobilan? Pistol? Atau ...? Ayok Ibu temani kamu main!"Kiara mengikuti Reza sambil membujuknya agar mau bermain dengannya, dia tidak mau sampai perhatian kakaknya mengalihkan kasih sayang Reza pada Kiara.Akan tetapi anak itu tetap kekeh dengan pendiriannya ingin bermain dengan Kezia dan Satya di dalam sana."Nggak Ibu, Reza mau main dengan Bude dan Pakde saja di kamarnya."Sama sekali ucapan Kiara tidak di anggap sama sekali oleh putranya, kedudukan sebagai Ibu sepertinya akan tergeser oleh Kezia yang lebih banyak memberinya perhatian.Banyaknya harta pemberian Satya membuat Kezia bisa memberikan apa saja yang Reza inginkan bahkan di
"Em, maksudku aku nggak mau sampai Reza menjauh dariku Yah! Bukankah Ayah tau kalau aku berjuang sendiri untuknya!""Aku hanya ingin disaat liburku dari pekerjaan, aku bisa dekat dengan putraku tapi lihat! Reza lebih memilih untuk bermain di dalam sana!"Tidak kuat menahan sesak di dada membuat air mata Kiara kini tumpah ruah tidak bisa di bendung lagi. Dia berharap kalau ayahnya ini bisa mengerti posisinya dan mungkin bisa menasehati Kezia agar Kezia menasehati Reza untuk dekat dengan ibunya.Tapi justru ucapan pak Susanto semakin membuat dadanya sesak."Lalu apa salahnya jika anakmu bermain dengan Kakakmu? Bukankah selama ini Kezia memang sangat dekat dengan Reza?"Degh!Kini Kiara sadar kalau selama ini dia memang kurang memberi Reza kasih sayang, tetapi harus bagaimana di sisi lain dia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, di sisi lain kesempatan itu di manfaatkan kakaknya agar semakin dekat dengan Reza.Bisa saja dia fokus hanya mengurus anaknya tapi siapa yang akan memenuh
Keesokkan harinya Kiara benar-benar tak menyangka kalau Aland benar-benar datang untuk menemui ke dua orang tuanya.Bahkan dengan beraninya Aland memanggil bu Marwah dan pak Susanto untuk duduk dalam satu meja di ruang tamu tanpa menunggu dua yang memanggil.Bu Marwah dan pak Susanto seketika menghampiri mereka di depan."Ada apa ya, Nak Aland memanggil kami? Apa ada yang bisa kami bantu?""Oh, tidak Om, Tante. Saya cuma mau mengatakan sesuatu pada kalian." Kedua orang tua itu duduk siap mendengarkan apa yang akan Aland sampaikan."Em, jadi begini, Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya terlalu lancang memanggil kalian kesini. Kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari kalian untuk memperistri Kiara menjadi milik'ku." Kedua orang tua itu tampak begitu bahagia mendengarnya."Semenjak aku mengenal Kiara, aku merasakan hal yang berbeda, aku memantapkan diri dan sekarang aku yakin kalau Kiara-lah yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku.""Apa Nak Aland yakin? Nak Aland p
"Loh, Kakak mau kemana?" Malam itu Kezia begitu cantik mengenakan dress panjang berwarna coklat muda."Aku di minta Pak Sean untuk menemani di acara undangan klien bisnisnya. Kamu sendiri mau kemana Dek?" Sama halnya dengan Kiara yang tak kalah cantik dari kakaknya."Jangan bilang klien itu, Pak Dimas?""Loh, kok kamu tau, Dek? Jangan-jangan kamu mau ke tempat yang sama?""Astaga, Mas Aland juga mengajak'ku ke sana. Kebetulan sekali kita bisa pergi bersama." Tapi tidak menjamin pada diri Aland, apakah dia mau dekat kembali dengan Sean setelah apa yang dia lakukan padanya?Mereka terkekeh karena sama-sama tidak mengatakan sebelumnya. Kalau begitu Kakak pergi dulu, Dek. Pak Sean mengatakan aku jangan sampai terlambat sampai ke sana." Sementara Kiara masih menunggu kekasihnya datang menjemput. Tak berapa lama kemudian mobil Aland terlihat berhenti di depan rumah, dengan gagahnya pemuda itu turun."Kiara, apa kamu sudah sia
"Mau apa lagi kau ke sini? Udah nggak ada hubungan lagi kamu dengan keluarga ini, Mas!""Kiara, Kiara tunggu!" Kiara berhenti sejenak memberi sedikit Satya waktu untuk bicara."Aku ..., aku ke sini untuk minta maaf. Tolong maafkan semua kesalahanku! Mana Kakakmu? Aku mau minta maaf pada Kezia." Laki-laki itu sudah seperti memohon untuk ketemu dengan kakaknya."Nggak ada! Kak Kezia lagi pergi. Dia sudah tidak mau melihat kamu lagi," jawab Kiara ketus, dia melanjutkan langkahnya kembali, tetapi Satya kembali mengejarnya."Kiara, kamu tidak bisa seperti ini! Izinkan aku bicara dulu dengan Kezia!""Sudahlah Mas. Lebih baik kamu lupakan Kak Kezia. Biarkan dia bahagia dalam kesendiriannya!" Namun sepertinya laki-laki itu kekeh ingin bertemu mantan istrinya.Dia menerobos masuk walau Kiara sudah melarangnya."Kezia, Kezia dimana kamu. Kezia, Sayang dimana kamu?" "Mas, apa yang kamu lakukan? Tolong jangan buat keributa
"Syukurlah kamu sudah boleh pulang, Sayang. Ibu senang mendengarnya. Sebentar lagi Om tampan datang menjemput kita.""Benarkah Om tampan akan menjemput kita, Ibu? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."Setelah di rawat dua hari di rumah sakit kini dokter menyatakan kalau Reza sudah di perbolehkan untuk pulang."Iya, Sayang. Om Aland mengatakan hari ini akan mengantar kita pulang.""Hore, pulang dengan Om tampan." Reza begitu antusiasnya.Dadi tempat yang berbeda Aland berjalan begitu cepat berjalan sambil mengangkat teleponnya, dia begitu buru-buru keluar dari kantor untuk menepati janjinya bahwa hari ini dia yang akan mengantar pulang.Aland tidak mau sampai Kiara dan Reza kecewa karena menunggu dia yang tak kunjung datang.*****"Lebih baik Ibu berkemas sambil menunggu Om Aland datang. Sayang, kamu duduk saja di sini, jangan kemana-mana.""Baik, Ibu."Reza menurut untuk duduk di atas
"Hari ini aku mulai bekerja, aku harus semangat." Kezia duduk di ruang kerjanya yang beru dengan penuh semangat. Pengalam kerja yang dulu dia peroleh menjadi bekal untuk di perusahaan barunya.Beberapa dokumen penting tertumpuk di atas meja. Walau tumpukan itu serasa bikin pusing kepalanya namun dia harus mengerjakannya dengan semangat.Satu persatu tugas itu dia kerjakan sampai siang hari namun belum sepenuhnya selesai. Masih banyak lagi tugas yang harus dia kerjakan selanjutnya."File ini sudah selesai dari setengahnya. Lebih baik aku bawa ke Pak Sean untuk di tanda tangani."Sesaat sebelum beranjak ke ruang direktur, Kezia membereskan sisa pekerjaannya terlebih dahulu.Tok!Tok!"Permisi, Pak.""Iya masuk," jawab Sean dari dalam ruangannya.Begitu pintu di buka, Kezia mendapati Sean sedang menelepon seseorang, samar-samar dia mendengar seseorang mengatakan kalau ada perusahaan yang akan di lelang sua
Ketika pagi hari Aland terlihat sampai di kantor dia mendapati pak Bandi yang tengah sibuk mengurus sesuatu.Dia melepas pekerjaannya sebentar untuk menyapa bos-nya datang."Selamat pagi, Pak Aland.""Pagi. Apa yang sedang Pak Bandi lakukan?""Ini, Pak menyiapkan berkas Pak Aland untuk meeting nanti siang." Aland memicingkan matanya."Kemana Kiara? Kenapa Pak Bandi yang menyiapkan semuanya?" Padahal Aland berharap sesampainya dia di kantor, orang yang pertama dia lihat adalah Kiara. Namun pada kenyataannya wanita itu justru kini tidak ada di tempat."Saya tidak tau, Pak. Mungkin Nona Kiara cuti hari ini.""Cuti?" Aland rasa sepertinya tidak mungkin karena kemaren dia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan.Untuk menjawab rasa penasarannya maka Aland mengambil ponsel dan menghubungi Kiara yang kini masih di rumahnya.Ponsel Kiara yang tergeletak di atas meja, mendadak berdering. Sudah Kiara
Di samping kolam renang rumahnya Aland berjalan pelan sambil senyum-senyum sendiri.Betapa senangnya dia bisa membuat Kiara dan Reza begitu bahagia. Bayangan ketika dia membopong tubuh sintal itu masih kian terasa berat di pundaknya, lucunya saat Reza berlari mengejar seolah tidak terima ibunya di culik pun membuat Aland ingin sekali tertawa lepas.Tapi dia tahan sebisa mungkin. Apa kata mereka jika melihat dia tertawa sendiri. Mungkin bik Inah dan teman-teman seperti pak sopir mengira kalau Aland sudah tidak waras lagi."Kalian memang lucu. Kalian bisa membuat aku senang, membuat aku bahagia dan membuat hidupku lebih berwarna.""Kiara. Aku tidak salah memilihmu untuk jadi pendamping hidupku. Akan aku pertahankan sebisa mungkin apapun rintangannya, karena aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu.""Cie, yang sedang jatuh cinta." Tiba-tiba bik Inah bersuara dari belakang yang membuat Aland kaget. Rupanya dia mendengar semua yang dia katakan
Puas berwisata, sore hari mereka pulang membawa lelah tapi juga bahagia.Reza yang begitu antusias kini tidur di dekapan ibunya saat di dalam perjalanan. Menyusuri jalan yang sama saat mereka berangkat, Kiara menoleh kembali pada apa yang dia lihat tadi."Ah, sudah tidak ada. Semoga aja apa yang aku lihat itu salah," gumamnya dalam hati.Sampai tiba di rumah, Aland turun lebih dulu yang menggantikan posisi Kiara untuk membawa Reza masuk.Tindakannya itu seperti ayah yang membopong anaknya sendiri. Tidak ada ragu dalam diri Aland sedikit pun pada Reza."Ya ampun, Reza tidur?" Aland hanya tersenyum saat bu Marwah menyapanya.Namun Kiara yang menjawab dengan lirih sengaja agar putranya itu tidak bangun.Aland membaringkan tubuh mungil itu di atas tempat tidur susun yang bermotif Doraemon.Tak lupa dia mencium pipi chubby si anak kecil."Sepertinya dia lelah sekali, dan kamu juga pasti lelah, isti
"Nggak, nggak ada apa-apa." Merasa belum yakin dengan apa yang dia lihat maka Kiara lebih baik mengatakan tidak ada apa-apa.Aland hanya menjawab singkat. "Oh."Mobil terus melaju ke tempat tujuan dan berhenti di sebuah wisata alam bernuansa pantai."Kita sudah sampai." Begitu riangnya Reza meloncat turun dari mobil dan berlari ke pinggiran pantai."Reza hati-hati, Sayang." teriak Kiara khawatir.Dan yang membuat Kiara bangga terhadap Aland, dia menghampiri Reza untuk memastikan kalau dia aman."Mas Aland begitu perhatian pada Reza, aku berharap dia sosok yang selama ini aku cari."Dari kejauhan terlihat Meraka berbisik sambil menunjuk ke arahnya. Tak lama setelah itu Reza berlari menghampiri ibunya da menarik tangan Kiara."Ibu, ayok kita ke sana. Kita ke pinggir pantai di sana, Ibu!""Eh, nggak. Ibu tunggu di sini aja, kamu mainlah sama Om tampan." Tapi Reza terus saja menarik tangannya.Mau