"Eh, Sayang kamu mau kemana?""Reza mau main di kamar Bude, Ibu!" ujarnya sambil berlari menghampiri mainan yang baru saja di beli.Merasa terlalu berat Reza menarik kantung plastik besar itu sekuat tenaga menuju kamar Kezia dan mengetuk pintunya."Sayang main sama Ibu saja yah disini, Ibu bisa temani kamu main kok.""Kita main apa yang kamu suka? Mobil-mobilan? Pistol? Atau ...? Ayok Ibu temani kamu main!"Kiara mengikuti Reza sambil membujuknya agar mau bermain dengannya, dia tidak mau sampai perhatian kakaknya mengalihkan kasih sayang Reza pada Kiara.Akan tetapi anak itu tetap kekeh dengan pendiriannya ingin bermain dengan Kezia dan Satya di dalam sana."Nggak Ibu, Reza mau main dengan Bude dan Pakde saja di kamarnya."Sama sekali ucapan Kiara tidak di anggap sama sekali oleh putranya, kedudukan sebagai Ibu sepertinya akan tergeser oleh Kezia yang lebih banyak memberinya perhatian.Banyaknya harta pemberian Satya membuat Kezia bisa memberikan apa saja yang Reza inginkan bahkan di
"Em, maksudku aku nggak mau sampai Reza menjauh dariku Yah! Bukankah Ayah tau kalau aku berjuang sendiri untuknya!""Aku hanya ingin disaat liburku dari pekerjaan, aku bisa dekat dengan putraku tapi lihat! Reza lebih memilih untuk bermain di dalam sana!"Tidak kuat menahan sesak di dada membuat air mata Kiara kini tumpah ruah tidak bisa di bendung lagi. Dia berharap kalau ayahnya ini bisa mengerti posisinya dan mungkin bisa menasehati Kezia agar Kezia menasehati Reza untuk dekat dengan ibunya.Tapi justru ucapan pak Susanto semakin membuat dadanya sesak."Lalu apa salahnya jika anakmu bermain dengan Kakakmu? Bukankah selama ini Kezia memang sangat dekat dengan Reza?"Degh!Kini Kiara sadar kalau selama ini dia memang kurang memberi Reza kasih sayang, tetapi harus bagaimana di sisi lain dia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, di sisi lain kesempatan itu di manfaatkan kakaknya agar semakin dekat dengan Reza.Bisa saja dia fokus hanya mengurus anaknya tapi siapa yang akan memenuh
Kiara bingung, masa dia menemui Aland memakai sepatu yang rusak, dia merasa kalau itu dilakukan terlihat tidak sopan tetapi di satu sisi hanya sepatu itu yang dia punya saat ini.Dia berfikir sesaat bagaimana baiknya menangani masalah ini, bagaimana caranya agar atasannya itu bisa mengerti kalau sepatunya kini rusak."Lebih baik aku lepas saja sepatu ini!"Dia berjalan dengan percaya diri menemui Aland di ruang kerjanya."Permisi Pak."Aland mengerutkan alisnya memandang kaki Kiara yang polos tanpa alas kaki. Ulah wanita ini selalu saja membuatnya geleng kepala. Dia hanya bisa menghela nafas kasar sambil mengurut keningnya yang terasa pusing.Sedang Kiara sendiri hanya bisa menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya, bersiap dengan apa yang akan bos-nya ini lakukan."Maaf Pak, sepatu saya tadi ..., em, sepatu saya ..., sepatu saya patah Pak, waktu saya turun dari ojek tadi," ujarnya tergagap.Kiara mengira kalau Aland tak tau semuanya. Dia berharap kalau atasannya ini memberi sedik
"Panggil Kiara dan suruh dia untuk menyusulku sekarang!""Baik Pak Aland."Sambil berjalan Aland memerintah Pak Bandi untuk memanggil Kiara di ruang kerjanya, akan tetapi belum sempat pak Bandi memanggilnya, Kiara keluar dengan gugupnya membawa tas dan beberapa file sampai hampir saja terjatuh.Sepatu barunya membuat dia belum bisa beradaptasi yang membuat langkahnya terasa sulit untuk berjalan.Pak Bandi bersiap untuk menangkap kalau saja wanita itu terjatuh dan untungnya Kiara hanya terhuyung yang membuat jantung laki-laki paruh baya itu hampir saja copot."Eh, aduh! Ya Tuhan sepatu ini."''Astaga Nona Kiara! Kalau jalan hati-hati.""Maaf Pak Bandi, saya sedang buru-buru! Pak Aland pasti sudah menunggu saya sekarang. Saya permisi Pak!""Eh Nona, Nona Kiara tunggu!" teriak pak Bandi memanggil tapi Kiara tak juga mendengar.Langkahnya justru membelok ke arah ruang kerja Aland tanpa tau kalau dia sudah menunggunya di luar.Panggilan pak Bandi seperti tersamarkan oleh langkah kakinya ya
"Saya punya rencana untuk mengajak kerja sama anda tetapi bukan dalam bisnis pembangunan. Tapi saya ingin membangun bisnis dalam bidang lain, misalnya perbankan, atau produksi produk elektronik mungkin Pak Aland tertarik atau punya masukan atas ide saya?"Aland hanya diam sambil menyimak, belum pernah dia merambah dari bidang satu ke bidang yang lainnya dan sepertinya rencana dari Nasya ini cukup membuat dia penasaran.Di kota ini memang belum banyak perusahaan yang menjajaki dunia beri seperti Aland ini yang hanya monoton dalam bidang pembangunan proyek saja."Sepertinya penawaran anda cukup menarik Nyonya Nasya! Apa yang anda yakini saat ini? Kalau saya sendiri punya gagasan dalam produksi mobil mewah. Sebenarnya ide ini sudah lama saya inginkan hanya saja saya belum sepenuhnya yakin.""Jika memang Nyonya Nasya berminat tidak ada salahnya kalau kita coba?"Tetapi untuk masuk ke dalam bidang yang spontan besar-besaran rasanya Nasya ragu, dia justru punya gagasan lain yang membuat Ala
"Saya punya rencana untuk mengajak kerja sama anda tetapi bukan dalam bisnis pembangunan. Tapi saya ingin membangun bisnis dalam bidang lain, misalnya perbankan, atau produksi produk elektronik mungkin Pak Aland tertarik atau punya masukan atas ide saya?"Aland hanya diam sambil menyimak, belum pernah dia merambah dari bidang satu ke bidang yang lainnya dan sepertinya rencana dari Nasya ini cukup membuat dia penasaran.Di kota ini memang belum banyak perusahaan yang menjajaki dunia beri seperti Aland ini yang hanya monoton dalam bidang pembangunan proyek saja."Sepertinya penawaran anda cukup menarik Nyonya Nasya! Apa yang anda yakini saat ini? Kalau saya sendiri punya gagasan dalam produksi mobil mewah. Sebenarnya ide ini sudah lama saya inginkan hanya saja saya belum sepenuhnya yakin.""Jika memang Nyonya Nasya berminat tidak ada salahnya kalau kita coba?"Tetapi untuk masuk ke dalam bidang yang spontan besar-besaran rasanya Nasya ragu, dia justru punya gagasan lain yang membuat Alan
Meeting hari ini akan segera di mulai dimana semua staf sudah duduk menunggu CEO-nya datang.Tak lama setelah itu Aland datang namun dengan laki-laki yang membuat Kiara membelalakkan matanya lebar.Dari sini dia baru tau kalau ternyata Sean adalah orang penting pemilik perusahaan sekaligus teman atasannya itu."Selamat siang semuanya.""Siang Pak."Staf yang semula duduk berdiri untuk memberi salam saat Aland memasuki ruang meeting.Tak lupa Sean melirik pada Kiara sambil mengedipkan satu matanya yang membuat dia menjadi salah tingkah."Astaga, sedang apa Sean disini," gumam Kiara dalam hati.Sean tau kalau wanita ini pasti sedang bertanya-tanya mengenai dirinya dalam hati. Laki-laki itu seolah tau apa yang ada dalam hati Kiara."Baik, di meeting kali ini saya membawa sahabat saya Pak Sean! Dia direktur utama di perusahaan Star Media Corporation."Degh!Betapa terkejutnya Kiara saat Aland menyebut nama perusahaan itu. Star Media Corporation sudah Kiara kenal sejak dulu tetapi dia tida
"Ki, Kiara tunggu!"Sean berlari mengejar Kiara yang keluar lebih dulu bersama teman stafnya, teman-temannya hanya memanyunkan bibir meledek dia yang sempat menolak Sean tempo hari.Mereka berfikir seandainya pemuda itu berpenampilan formal seperti itu tentu Kiara pasti akan menerimanya.Padahal alasan Kiara sendiri menolak bukan karena bagaimana penampilan Sean, tapi karena dia mempunyai seorang anak.Kiara rasa kalau Sean tidak akan sudi jika tau Kiara sudah punya anak.Cukup realistis baginya, bagaimana mungkin sosok pengusaha seperti Sean ini mau menerima anaknya dan menganggapnya seperti anak sendiri."Maaf, ada apa Pak? Pak Sean memanggil saya?"Sean mengerutkan alisnya heran kenapa tiba-tiba wanita ini memanggilnya dengan sebutan bapak, padahal sebelum dia tau, Kiara hanya memanggil namanya saja."Apa, Pak? Kamu panggil aku Pak?""Astaga Kiara! Aku ini masih muda, kenapa kamu panggil aku dengan sebutan Bapak?" ucap Sean dengan heran."Bukan itu maksud aku! Sekarang Bapak ini at
Keesokkan harinya Kiara benar-benar tak menyangka kalau Aland benar-benar datang untuk menemui ke dua orang tuanya.Bahkan dengan beraninya Aland memanggil bu Marwah dan pak Susanto untuk duduk dalam satu meja di ruang tamu tanpa menunggu dua yang memanggil.Bu Marwah dan pak Susanto seketika menghampiri mereka di depan."Ada apa ya, Nak Aland memanggil kami? Apa ada yang bisa kami bantu?""Oh, tidak Om, Tante. Saya cuma mau mengatakan sesuatu pada kalian." Kedua orang tua itu duduk siap mendengarkan apa yang akan Aland sampaikan."Em, jadi begini, Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya terlalu lancang memanggil kalian kesini. Kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari kalian untuk memperistri Kiara menjadi milik'ku." Kedua orang tua itu tampak begitu bahagia mendengarnya."Semenjak aku mengenal Kiara, aku merasakan hal yang berbeda, aku memantapkan diri dan sekarang aku yakin kalau Kiara-lah yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku.""Apa Nak Aland yakin? Nak Aland p
"Loh, Kakak mau kemana?" Malam itu Kezia begitu cantik mengenakan dress panjang berwarna coklat muda."Aku di minta Pak Sean untuk menemani di acara undangan klien bisnisnya. Kamu sendiri mau kemana Dek?" Sama halnya dengan Kiara yang tak kalah cantik dari kakaknya."Jangan bilang klien itu, Pak Dimas?""Loh, kok kamu tau, Dek? Jangan-jangan kamu mau ke tempat yang sama?""Astaga, Mas Aland juga mengajak'ku ke sana. Kebetulan sekali kita bisa pergi bersama." Tapi tidak menjamin pada diri Aland, apakah dia mau dekat kembali dengan Sean setelah apa yang dia lakukan padanya?Mereka terkekeh karena sama-sama tidak mengatakan sebelumnya. Kalau begitu Kakak pergi dulu, Dek. Pak Sean mengatakan aku jangan sampai terlambat sampai ke sana." Sementara Kiara masih menunggu kekasihnya datang menjemput. Tak berapa lama kemudian mobil Aland terlihat berhenti di depan rumah, dengan gagahnya pemuda itu turun."Kiara, apa kamu sudah sia
"Mau apa lagi kau ke sini? Udah nggak ada hubungan lagi kamu dengan keluarga ini, Mas!""Kiara, Kiara tunggu!" Kiara berhenti sejenak memberi sedikit Satya waktu untuk bicara."Aku ..., aku ke sini untuk minta maaf. Tolong maafkan semua kesalahanku! Mana Kakakmu? Aku mau minta maaf pada Kezia." Laki-laki itu sudah seperti memohon untuk ketemu dengan kakaknya."Nggak ada! Kak Kezia lagi pergi. Dia sudah tidak mau melihat kamu lagi," jawab Kiara ketus, dia melanjutkan langkahnya kembali, tetapi Satya kembali mengejarnya."Kiara, kamu tidak bisa seperti ini! Izinkan aku bicara dulu dengan Kezia!""Sudahlah Mas. Lebih baik kamu lupakan Kak Kezia. Biarkan dia bahagia dalam kesendiriannya!" Namun sepertinya laki-laki itu kekeh ingin bertemu mantan istrinya.Dia menerobos masuk walau Kiara sudah melarangnya."Kezia, Kezia dimana kamu. Kezia, Sayang dimana kamu?" "Mas, apa yang kamu lakukan? Tolong jangan buat keributa
"Syukurlah kamu sudah boleh pulang, Sayang. Ibu senang mendengarnya. Sebentar lagi Om tampan datang menjemput kita.""Benarkah Om tampan akan menjemput kita, Ibu? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."Setelah di rawat dua hari di rumah sakit kini dokter menyatakan kalau Reza sudah di perbolehkan untuk pulang."Iya, Sayang. Om Aland mengatakan hari ini akan mengantar kita pulang.""Hore, pulang dengan Om tampan." Reza begitu antusiasnya.Dadi tempat yang berbeda Aland berjalan begitu cepat berjalan sambil mengangkat teleponnya, dia begitu buru-buru keluar dari kantor untuk menepati janjinya bahwa hari ini dia yang akan mengantar pulang.Aland tidak mau sampai Kiara dan Reza kecewa karena menunggu dia yang tak kunjung datang.*****"Lebih baik Ibu berkemas sambil menunggu Om Aland datang. Sayang, kamu duduk saja di sini, jangan kemana-mana.""Baik, Ibu."Reza menurut untuk duduk di atas
"Hari ini aku mulai bekerja, aku harus semangat." Kezia duduk di ruang kerjanya yang beru dengan penuh semangat. Pengalam kerja yang dulu dia peroleh menjadi bekal untuk di perusahaan barunya.Beberapa dokumen penting tertumpuk di atas meja. Walau tumpukan itu serasa bikin pusing kepalanya namun dia harus mengerjakannya dengan semangat.Satu persatu tugas itu dia kerjakan sampai siang hari namun belum sepenuhnya selesai. Masih banyak lagi tugas yang harus dia kerjakan selanjutnya."File ini sudah selesai dari setengahnya. Lebih baik aku bawa ke Pak Sean untuk di tanda tangani."Sesaat sebelum beranjak ke ruang direktur, Kezia membereskan sisa pekerjaannya terlebih dahulu.Tok!Tok!"Permisi, Pak.""Iya masuk," jawab Sean dari dalam ruangannya.Begitu pintu di buka, Kezia mendapati Sean sedang menelepon seseorang, samar-samar dia mendengar seseorang mengatakan kalau ada perusahaan yang akan di lelang sua
Ketika pagi hari Aland terlihat sampai di kantor dia mendapati pak Bandi yang tengah sibuk mengurus sesuatu.Dia melepas pekerjaannya sebentar untuk menyapa bos-nya datang."Selamat pagi, Pak Aland.""Pagi. Apa yang sedang Pak Bandi lakukan?""Ini, Pak menyiapkan berkas Pak Aland untuk meeting nanti siang." Aland memicingkan matanya."Kemana Kiara? Kenapa Pak Bandi yang menyiapkan semuanya?" Padahal Aland berharap sesampainya dia di kantor, orang yang pertama dia lihat adalah Kiara. Namun pada kenyataannya wanita itu justru kini tidak ada di tempat."Saya tidak tau, Pak. Mungkin Nona Kiara cuti hari ini.""Cuti?" Aland rasa sepertinya tidak mungkin karena kemaren dia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan.Untuk menjawab rasa penasarannya maka Aland mengambil ponsel dan menghubungi Kiara yang kini masih di rumahnya.Ponsel Kiara yang tergeletak di atas meja, mendadak berdering. Sudah Kiara
Di samping kolam renang rumahnya Aland berjalan pelan sambil senyum-senyum sendiri.Betapa senangnya dia bisa membuat Kiara dan Reza begitu bahagia. Bayangan ketika dia membopong tubuh sintal itu masih kian terasa berat di pundaknya, lucunya saat Reza berlari mengejar seolah tidak terima ibunya di culik pun membuat Aland ingin sekali tertawa lepas.Tapi dia tahan sebisa mungkin. Apa kata mereka jika melihat dia tertawa sendiri. Mungkin bik Inah dan teman-teman seperti pak sopir mengira kalau Aland sudah tidak waras lagi."Kalian memang lucu. Kalian bisa membuat aku senang, membuat aku bahagia dan membuat hidupku lebih berwarna.""Kiara. Aku tidak salah memilihmu untuk jadi pendamping hidupku. Akan aku pertahankan sebisa mungkin apapun rintangannya, karena aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu.""Cie, yang sedang jatuh cinta." Tiba-tiba bik Inah bersuara dari belakang yang membuat Aland kaget. Rupanya dia mendengar semua yang dia katakan
Puas berwisata, sore hari mereka pulang membawa lelah tapi juga bahagia.Reza yang begitu antusias kini tidur di dekapan ibunya saat di dalam perjalanan. Menyusuri jalan yang sama saat mereka berangkat, Kiara menoleh kembali pada apa yang dia lihat tadi."Ah, sudah tidak ada. Semoga aja apa yang aku lihat itu salah," gumamnya dalam hati.Sampai tiba di rumah, Aland turun lebih dulu yang menggantikan posisi Kiara untuk membawa Reza masuk.Tindakannya itu seperti ayah yang membopong anaknya sendiri. Tidak ada ragu dalam diri Aland sedikit pun pada Reza."Ya ampun, Reza tidur?" Aland hanya tersenyum saat bu Marwah menyapanya.Namun Kiara yang menjawab dengan lirih sengaja agar putranya itu tidak bangun.Aland membaringkan tubuh mungil itu di atas tempat tidur susun yang bermotif Doraemon.Tak lupa dia mencium pipi chubby si anak kecil."Sepertinya dia lelah sekali, dan kamu juga pasti lelah, isti
"Nggak, nggak ada apa-apa." Merasa belum yakin dengan apa yang dia lihat maka Kiara lebih baik mengatakan tidak ada apa-apa.Aland hanya menjawab singkat. "Oh."Mobil terus melaju ke tempat tujuan dan berhenti di sebuah wisata alam bernuansa pantai."Kita sudah sampai." Begitu riangnya Reza meloncat turun dari mobil dan berlari ke pinggiran pantai."Reza hati-hati, Sayang." teriak Kiara khawatir.Dan yang membuat Kiara bangga terhadap Aland, dia menghampiri Reza untuk memastikan kalau dia aman."Mas Aland begitu perhatian pada Reza, aku berharap dia sosok yang selama ini aku cari."Dari kejauhan terlihat Meraka berbisik sambil menunjuk ke arahnya. Tak lama setelah itu Reza berlari menghampiri ibunya da menarik tangan Kiara."Ibu, ayok kita ke sana. Kita ke pinggir pantai di sana, Ibu!""Eh, nggak. Ibu tunggu di sini aja, kamu mainlah sama Om tampan." Tapi Reza terus saja menarik tangannya.Mau