Share

Bab 30A. Mencari

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 20:08:55

Bianca sangat kesal mendengar rencana papanya yang menyuruh Evan menjadi bodyguard-nya.

"Papah berlebihan! Aku gak suka! Kalau emang Evan dijadikan bodyguard, apa enggak sekalian jadiin suamiku?" Suara Bianca agak meninggi. Ia sangat kesal pada Daniel. Meski untuk kebaikannya, tapi Bianca tidak suka.

"Oh itu lebih bagus. Sepertinya kamu memang harus menikah dengan Evan. Dengan begitu, tugas Papah dalam menjagamu sudah berpindah pada suamimu."

Kedua mata Bianca membeliak. Gurauannya ternyata ditanggapi serius oleh Daniel.

"Papah udah gila? Aku gak mau nikah muda. Aku gak mau hamil dan punya anak dalam usia muda. Aku mau meniti karier dulu, mau puas-puasin masa mudaku," tandas Bianca. Suaranya semakin meninggi.

Namira sontak terbangun, ia kaget mendengar suara Bianca yang meninggi.

"Mas, Bian, ada apa? Kalian bertengkar?" Namira bergegas menghampiri Daniel dan Bianca. Wanita hamil itu duduk di kursi sebelah anak sambungnya. Namira mengucek mata berulang kali, memulihkan kesadarannya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 30B. Mencari

    "Jadi kamu juga dukung rencana Papah? Iya?" Sorot mata Bianca tampak marah. Namira kaget akan tuduhan Bianca. Sikapnya jadi serba salah. "Bukan begitu, Bian. A-aku bukan setuju sama rencana papahmu tapi kan ... adanya bodyguard itu buat jagain kamu aja, Bi." Namira menjelaskan dengan gugup. Tak menduga jika anak sambungnya itu marah. Namira pikir, Bianca setuju dengan keputusan Daniel. Bianca menghempaskan tangan Namira dari pundaknya. Ia menunjukan kekecewaan dan kesedihannya pada Namira dan Daniel. "Kalian berdua ini berlebihan. Terlalu mengekang aku. Sekali lagi aku ingatkan, aku udah dewasa! Umurku sebentar lagi 20 tahun. Masa iya, kemana-mana harus diawasi terus? Aku juga pengen kayak gadis lain. Main bareng sama mereka, nonton bareng sama mereka. Enggak melulu pergi sama papah, papah, dan papah. Dan sekarang, dengan bodyguard. Keterlaluan!" Bianca sangat marah besar. Menatap nyalang Daniel dan Namira. Dia pikir, setelah mereka menikah, Daniel tidak akan mengekangnya lagi. Aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 31A. Namamu Siapa?

    Hampir setengah jam, Daniel dan Pak Joko security kantor mencari keberadaan Bianca. Namira yang sedari tadi duduk di pos jaga sangat mencemaskan anak sambungnya. Berulang kali, Namira mencoba menghubungi Bianca, tetapi tak juga diangkat. Pesan yang dikirim Namira pun tak juga dibalas. "Ya Allah, Bi ... kamu tuh kenapa pake kabur segala sih? Bikin aku cemas aja tau!" Namira bicara sendiri. Ia jadi merasa bersalah karena tak mendukung keinginan Bianca. Tidak berselang lama, Daniel dan pak Joko kembali ke pos jaga. Napas Daniel turun naik."Mas Ayang, gimana ketemu enggak?" tanya Namira menatap lekat kedua mata suaminya. Daniel menggelengkan kepala lemah. "Ya Allah, Mas ... gimana ini? Bianca kemana?" Namira memeluk tubuh suaminya. Ia benar-benar ketakutan jika terjadi hal buruk yang menimpa Bianca. Belum lagi, malam sebelumnya ada orang-orang yang menghadang gadis itu. Bagaimana kalau diantara orang itu tahu Bianca pergi dari rumah?"Nanti kita cari lagi. Mas juga udah ngehubungin Yu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Benih Papa Sahabatku   31B. Namamu Siapa?

    Apa?" Bianca terkejut, menoleh, menatap lekat lelaki yang berkumis tipis itu tak suka. "Berjodoh? Ngimpi kali." Gadis itu membalikan badan, menghadap lurus. Menarik napas panjang, agar emosinya mereda. Bianca mengeluarkan handphone, hendak menelepon taksi online yang dia pesan tapi tak kunjung datang. Sayangnya, tak juga terhubung. "Kamu lagi nungguin seseorang?' tanya lelaki yang tampaknya mulai menyukai Bianca. "Iya," jawab Bianca singkat. Ia hendak beranjak, namun tiba-tiba hujan turun. Bianca terkejut. Bianca lekas melepas sepatu, begitu pula lelaki itu."Ya Allah kok hujan? Duh, gimana pulangnya ini? Mana taksinya belum datang. Ini pasti gara-gara kamu. Pasti gara-gara kamu." Jari telunjuk Bianca mengarah pada lelaki yang tersenyum manis. Lelaki itu tak menanggapi ucapan Bianca, justru seperti menikmati ocehan gadis yang belum sempat berkenalan dengannya. "Dih dasar aneh. Diomelin malah senyam-senyum gak jelas."Bianca kesal, duduk bersandar di teras masjid. Kedua tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 32. Pernah Pacaran?

    Evan terkejut mendengar permintaan Bianca. Gadis itu enggan pulang kalau Daniel belum menarik keputusannya. "Ke rumahku? Hm ...." Evan tidak langsung menjawab, tampak berpikir. "Oh, jangan-jangan kamu udah punya anak istri, ya?" terka Bianca. Kedua mata Evan membulat, menggelengkan kepala berulang. "Belum. Aku belum punya istri apalagi punya suami. Bukan gitu maksudku. Apa kamu lebih pulang aja? Kamu bisa bicarain masalahmu baik-baik. Meminta papahmu dan juga ibu sambungmu mengerti. Kamu udah dewasa, udah bisa jaga diri. Aku anterin kamu pulang ke rumahmu, oke?"Bianca merunduk, menggelengkan kepala. Tekadnya sudah bulat. Jika Daniel belum menarik ucapannya, ia tidak akan pulang ke rumah. "Aku udah bertekad, enggak akan pulang kalau Papah belum mencabut rencananya. Ya udah aku ... aku mau cari penginapan aja." Bianca hendak berdiri, menepuk celana. Begitu pula Evan. Ia memerhatikan Bianca lekat."Oke deh. Kamu tinggal di apartemenku."Bianca menoleh, kedua matanya memicing. "Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 33A. Bawa Pulang!

    "Pacaran?" tanya Evan, menatap lekat Bianca. "Iya. Kamu udah pernah pacaran belum? Pasti udah. Cowok ganteng kayak kamu enggak mungkin banget belum pernah pacaran."Kedua alis Evan naik, bibirnya mengulas senyum tipis, memandang gadis yang tatapannya lurus ke depan. "Jadi, menurutmu aku ganteng?"Kedua mata Bianca membulat, bibirnya terkatup rapat. Bianca tak menyadari kalau dirinya tidak secara langsung telah memuji Evan."Ya ... iyalah kamu ganteng. Kamu kan cowok. Kalau kamu cewek, baru cantik. Emang kamu mau aku bilang cantik?" Evan tergelak tertawa, menyalakan mesin mobil, lalu melesat meninggalkan halaman parkir minimarket. Ia tak menanggapi Bianca yang mengelak pujiannya pada Evan.Bianca bernapas lega, berhasil mengalihkan sikapnya yang salah tingkah. Gadis itu melirik Evan. Hatinya mengakui kalau Evan sebenarnya sangat tampan. Pakaiannya juga sangat rapi. *** "Selamat datang di apart-ku. Sorry enggak mewah, enggak terlalu besar." Pandangan Bianca mengitari sekeliling, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 33B. Bawa Pulang!

    "Eng-enggak kenapa-napa. Kamu, cepet pake baju. Nanti masuk angin." "Dari tadi aku emang pake baju cuma gak pake daleman aja. Makanya aku tutupin selimut." Mendengar penjelasan Bianca, barulah Evan berani menoleh. Sekarang Bianca melilitkan selimut sebatas dada. Kedua tangannya tertutup kemeja putih milik Evan. "Oh ya udah, kamu ganti pakaian dulu. Setelah itu kita makan malam." "Oke." --- "Sayang, kamu makan malam dulu. Kasihan calon bayi kita, Sayang." Tak henti, Daniel membujuk istrinya. Sedari tadi, Namira berdiri di depan jendela yang mengarah ke gerbang rumah. Ia menantikan kepulangan Bianca. "Anak sambungku juga kasihan, Mas. Dia pasti belum makan. Dia juga enggak tau ada di mana sekarang. Mas, aku takut ...." Daniel merangkul pundak istrinya, memeluk tubuh Namira penuh kasih sayang. "Jangan bilang begitu, Sayang. Kita doakan saja, semoga Bianca dilindungi Allah di mana pun ia berada." Daniel berusaha terus menghibur istrinya. Ia tahu, Namira seperti ini kare

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 34. Izinkan Mengantarmu

    Enak gak makanannya?" tanya Evan memandang Bianca dari samping. Gadis itu terlihat sangat lahap menyantap makan malam yang dibelikan Evan. "Enak. Enak banget. Beli di mana?" tanya Bianca sambil menyuapi makan malamnya. "Di Restoran seberang. Aku biasa beli di sana kalau males masak." "Emang kamu bisa masak?" Bianca menghentikan kunyahannya. Menatap lekat Evan yang duduk di samping. "Bisa. Kalau aku enggak bisa masak, siapa yang masakin?" "Oh iya ya, kamu kan jomblo. Hahaha ...." Evan tak menanggapi, sangat senang melihat gelak tawa Bianca yang lepas. Evan berharap tidak ada kesedihan lagi pada Bianca. Gelak tawa Bianca terhenti ketika terdengar nada dering ponsel milik Evan. "Bi, sebentar. Aku mau angkat telepon dulu," ucap Evan sambil melihat layar handphone, memastikan siapa yang memanggil. Ternyata papanya yang menelepon. "Iya, Van." Evan beranjak, menjauhi Bianca yang melanjutkan makan malamnya. "Hallo, Pah?" "Van, kamu masih di apart bareng Bian?" Suara Y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 35A. Jangan Pergi

    "Oke. Sekarang kamu anterin aku pulang." Jawaban Bianca membuat bibir Evan menyunggingkan senyum. Hatinya sangat bahagia karena Bianca mau mengabulkan permohonannya."Terima kasih, Bianca. Terima kasih udah mengabulkan keinginanku." Bianca mengangguk, mengikuti langkah Evan"Iya, sama-sama."Sepanjang jalan menuju kediaman Daniel, tidak ada yang bicara. Tiba-tiba handphone Evan berdering. Agak susah Evan mengambil handphone yang ada di saku celana levis sebelah kiri."Mau aku bantu ambilin?" Bianca menawarkan bantuan. Lelaki yang duduk di balik kemudi menoleh sekilas, menganggukkan kepala. Tanpa canggung, Bianca merogoh handphone dari balik saku celana Evan. Setelah berhasil, menyodorkan pada lelaki itu. "Loudspeaker aja, Bi."Bianca menurut, menekan loudspeaker."Gimana, Van? Apa Non Bianca mau diajak pulang?" Suara Yuda terdengar dari ujung telepon. Evan lupa, tidak menanyakan lebih dulu siapa yang menelepon pada Bianca.Sesaat, Evan dan Bianca saling pandang. Kemudian, Evan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21

Bab terbaru

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 203B. Maafin

    Hampir setengah jam, Axel dan Alea berada di samping pusara kedua orang tua kandungnya. Nida, Bianca dan Evan berdiri di belakang kedua anak itu. Bianca tubuhnya sangat lemah. Ditambah Evan pun sedang tak enak badan. Mereka tidak terlalu tua, tapi tubuhnya terlihat sangat ringkih. Nida yang melihat pasangan suami istri merasa prihatin. Tidak dapat dipungkiri jika satu sisi Nida merasa bersalah karena telah memberitahu kebenaran yang selama ini disembunyikan Bianca dan Evan. Sisi lain, hatinya begitu lega karena Axel dan Alea sudah mengetahui siapa Namira dan Daniel. Apapun alasannya, menyembunyikan siapa kedua orang tua Axel dan Alea merupakan kesalahan. "Kak, lebih baik Kak Bian dan Kak Evan pulang duluan aja," ujar Nida pada Bianca yang berdiri memandang kedua remaja yang sedari bayi dirawat penuh kasih sayang olehnya. "Iya, Sayang. Kita pulang saja. Mungkin Axel dan Alea ingin lebih lama lagi di sini," timpal Evan merangkul pundak istrinya. Air mata Bianca sudah mengering. Tatap

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 203A. Pertama Kali Berziarah

    "Kak Bian dan Kak Namira bersahabat. Mereka saling menyayangi. Bahkan Om Daniel mau menikahi Namira atas usul Kak Bian. Axel, Lea, Tante mohon ... maafkan kesalahan kak Bian. Mereka telah merawat kalian dengan baik. Walaupun kalian udah tau kenyataan ini, anggap saja Kak Bian dan Kak Evan pengganti kedua orang tua kalian."Axel memalingkan wajah ke arah lain. Ia masih kecewa dan marah akan keputusan Bianca. Sementara Alea, hanya menangis. Ia tidak tahu harus menanggapi bagaimana. "Sekarang di mana kedua orang tua kami dimakamkan? Tolong, Tante ... anterin kami ke sana," pinta Axel tak ingin membahas masalah Bianca. "Iya, Tante. Di mana makam kedua orang tua kami dan ... dan kenapa di rumah ini, enggak ada foto mereka?" tanya Alea, suaranya bergetar."Ada. Foto mereka ada di kamar itu." Dagu Nida menunjuk salah satu kamar di rumah ini. Pandangan Alea dan Axel mengikuti arah pandang Nida. Kamar yang selama ini selalu terkunci dan tidak boleh dimasuki oleh mereka. "Dulu, itu kamar Om

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 202B. Apa Karena Membenci?

    "Oh ya, memangnya kalian mimpi apa? Cerita dong sama Tante." Nida mengalihkan pertanyaan mereka. Ia bersidekap, menatap Alea dan Axel bergantian. Tidak berselang lama, cerita mimpi-mimpi mereka pun mengalir. Awalnya Nida tidak terkejut. Ia tampak biasa mendengarkan cerita dari kedua ponakannya itu sampai akhirnya, firasatnya semakin yakin kalau yang datang dalam mimpi Axel dan Alea ada Daniel dan Namira. Kedua orang tua kandung mereka. "Kami yakin, Tante. Kalau dua orang itu ada kaitannya sama kami. Tapi, aku dan Alea bingung, sebenarnya mereka itu siapa?" Axel menutup cerita. Nida menelan saliva, mendengar cerita Axel dan Alea. Ternyata selama ini, Namira dan Daniel selalu hadir dalam mimpi anak-anaknya. Sebulir air mata tak dapat tertahankan. Nida merunduk, menyeka air matanya. "Tante, Tante kenapa nangis? apa ... apa Tante tau, siapa dua orang itu?" desak Alea pada wanita yang kini telah menikah. Nida bingung menjawab. Ia justru memeluk tubuh Alea. Menangis dalam pelukan. Sik

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 202A. Minta Pendapat

    Ucapan Evan membuat Bianca tersentak. Kedua matanya membeliak. Tidak menduga Evan berkata demikian. Mereka kerap kali berdebat masalah itu tapi Evan biasanya tidak akan marah. Ia akan mengalah apapun keputusan istrinya tetapi sekarang justru sebaliknya. Evan terlihat marah besar. Sudah muak dengan keputusan Bianca. "Bian, aku tau kamu sangat menyayangi mereka. Tapi, caramu menyembunyikan siapa orang tua mereka, bukanlah hal baik." Sambung Evan memandang sendu wanita yang amat dicintai. Bianca meneteskan air mata. Kebimbangan menyelimuti hati. Keputusannya merahasiakan kedua orang tua Axel dan Alea berawal saat dokter menyatakan bahwa rahimnya mengering, tidak dapat mengandung benih suaminya diakibatkan terlalu lama menggunakan suntik KB. "Ka-kalau mereka tau, apakah mereka gak akan marah? A-apakah mereka akan tetap menganggapku orang tuanya? Apa... Mereka akan benci padaku?" Berbagai tanya diungkapkan Bianca pada suaminya. Evan menggelengkan kepala, mendekati, merangkul pundak Bia

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 201B. Tega

    "Beneran. Biasanya kan kalau mereka datang ke dalam mimpiku, gak pernah ngomong ya? Ya paling, aku lihat mereka duduk di kursi taman sambil merangkul. Kadang aku mimpi mereka mencium kening aku. Gak pernah ngomong. Nah semalam itu, yang ceweknya ngomong," kata Alea semangat. Dia tampak mengingat-ingat mimpi yang menurut mereka aneh. Mungkin kalau diantara mereka bisa menggambar sketsa wajah, Alea dan Axel akan menggambar dua orang itu lalu saling menunjukkan satu sama lain."Ngomong apaan?" Axel bersidekap sambil bersandar pada pintu depan kamarnya. Menunggu Alea menjawab tanya yang dia lontarkan. Masalahnya, mimpi Axel kemarin juga, si lelaki yang ada dalam mimpinya berbicara. Kedua mata Alea menerawang ke langit-langit, ia berpikir, mengingat kaimat yang diucapkan si perempuan dalam mimpinya. "Hm ... kalau gak salah dengar, perempuan itu bilang gini, Ikan Hiu pake sampul. I love you full. Gitu, Kak. Pantun gitu."Lagi, Axel terkejut, menegakkan tubuhnya, melepaskan kedua tangan y

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 201A. Mendengar Suara

    "Assalamualaikum ...."Dua remaja berusia 18 tahun masuk ke dalam rumah dengan riang. "Waalaikumsalam. Masya Allah anak-anak Mamah udah pulang," ucap seorang wanita yang duduk di ruang keluarga bersama wanita bernama Nida Bragastara. "Eh, ada Tante Nida? Apa kabar, Tante?" Alea mendekati wanita yang tersenyum manis melihat kedatangan saudara kembar beda jenis k3l4min itu. "Alhamdulillah kabar Tante baik. Kelihatannya kamu lagi seneng, Lea. Ada apa?" tanya Nida yang telapak tangannya dicium takzim oleh Alea dan Axel. "Iya dong. Hari ini aku seneng banget soalnya nilai ulanganku lebih bagus dari Kak Axel!" ucap Alea berbangga. Axel yang duduk di samping mamahnya mencebik, menggelengkan kepala. "Halah, baru juga hari ini ngalahin nilai ulanganku, udah bangga.""Enak aja baru hari ini? Aku tuh udah beberapa kali ngalahin nilai ulangan Kakak!" Alea tak terima, berkacak pinggang menatap Axel kesal. Axel terkekeh melihat ekspresi adik kandungnya. "Masa? Lupa tuh!""Dih, ngeselin!" Al

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 200B. Dianggap Papa

    Yuda dan Shella mendongak, mendengar suara Nida yang baru tiba di rumah. Nida terpaksa pulang cepat ketika Shella memberitahunya tentang kabar duka itu. Tubuh Nida luruh di samping dua jasad orang yang pertama kali menerimanya di rumah ini. Orang yang pertama kali memberinya kasih sayang dan perhatian di rumah ini. "Om ... Om Daniel ... Kak Namira ... a-aku pulang ... Om ...." Nida memeluk tubuh yang ditutupi kain jarik. Memeluk sembari menangis histeris. Sungguh, ia tak menyangka jika orang yang amat disayangi dan dihormatinya itu telah meninggalkan dunia. "Kenapa orang baik selalu cepat dipanggil Tuhan? Kenapa ya Allah?" Nida memeluk tubuh yang terbujur kaku. Ia memanjatkan begitu banyak doa untuk Namira dan Daniel. Ia sadar dan tahu, makhluk berjawa pasti akan mati termasuk dirinya, Daniel dan Namira. Sekarang Daniel dan Namira yang meninggal dunia. Kelak, pasti ia akan menyusul. "Papah ... Mamah ...." Nida menghampiri Yuda dan Shella. Memeluk dua orang yang amat disayanginya.

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 200A. Rumah Duka

    Hati Bianca terasa diiris sembilu. Perih dan sakit mendengar ucapan Suster Melati yang sedari tadi berusaha menenangkan baby twins yang kini telah menjadi yatim piatu. Dua anak yang nantinya tidak bisa melihat dengan kedua matanya siapa sosok kedua orang tuanya. "Mas, aku ... aku mau menemui baby twins," ucap Bianca pada Evan sangat lemah suaranya. Sebisa mungkin Bianca harus kuat. Meski hatinya sangat berduka dan bersedih tapi dia harus tetap kuat dan ikhlas. Ada dua bayi yang ditinggalkan Namira dan Daniel, yaitu Alea dan Axel. Entah apa skenario Tuhan nantinya, mengambil kedua orang tuanya, dan menitipkan kedua anaknya pada Bianca. Dalam hati, Bianca berjanji, akan menjaga buah hati Daniel dan Namira dengan baik. "Iya, Sayang," timpal Evan membiarkan istrinya berjalan ke kamar baby twins. Tidak hanya Bianca yang bersedih. Yuda pun sama. Sedari tadi, ia tak henti meneteskan air mata. Shella yang duduk di samping Yuda sambil membaca kitab suci Al-Quran, berusaha mengelus punggung

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 199B. Sehidup Semati

    Tangisan Bianca kembali pecah, memeluk tubuh yang sudah dingin. "Papah ... Papah ... Ya Allah ... astaghfirullah ....."Sekuat hati, Bianca berusaha mengikhlaskan kepergian Daniel, namun ia belum bisa. Daniel adalah sosok papah sekaligus mamah bagi Bianca sebelum Daniel menikahi sahabatnya, Namira. Hati Bianca sangat hancur saat Daniel sudah tidak dapat menjawab panggilannya. "Papah ... Aku sayang Papah... A-aku sayang Papah.... " panggilan lirih itu membuat Namira membuka kedua mata perlahan. "Maasssh ... Mas .... Mas Ayang ...."Tangisan Bianca terhenti, menoleh pada Namira yang sudah sadarkan diri. Bianca berlari menghampiri Namira. "Mamih! Mamiihh ...." Bianca memeluk tubuh Namira disela isak tangis. Namira sudah tahu, suaminya telah tiada. Ia sudah tahu, suaminya telah meninggalkannya pergi dari dunia ini."Bian ... Pa-Papahmu .... Papahmu, Biaaannn ...."Dokter dan ketiga perawat meninggalkan mereka sementara waktu. Mereka pun larut dalam kesedihan Namira dan Bianca. Namir

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status