Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 247. Belum Tukeran

Share

Bab 247. Belum Tukeran

Author: Syatizha
last update Huling Na-update: 2025-03-05 00:05:26

"Bukan! Suuzhon mulu jadi orang! Heran!" gerutu Alea berjalan lebih dulu ke teras rumah sederhana milik Rina. Alea langsung duduk di kursi kayu depan.

"Eh, belum disuruh duduk, udah duduk aja! Enggak sopan! Berdiri!" hardik Axel pada adiknya yang mengibaskan telapak tangan pada wajah.

"Capek, Kak ...." lirih, Alea menimpali Axel. Bibirnya maju beberapa centi.

Tidak berselang lama, ibu kandung Rina keluar rumah bersama Rina. Axel dan Alea agak membungkukkan badan.

"Nak Axel, terima kasih banyak udah anterin Rina pulang. Mohon maaf, jadi repotin Nak Axel terus, ya?" ucap Tina tak enak hati karena sudah dua kali Axel mengantar anak gadisnya apalagi sekarang Tina sudah tahu kalau Axel keturunan keluarga konglomerat.

"Enggak repotin, Tante. Oh iya, kenalkan, Tante. Ini adik kembar saya. Namanya Alea Bragastara."

Axel menoleh pada Alea, adiknya itu langsung menyodorkan tangan kanan lalu mencium punggung tangan Tina. Namun, Tina menarik cepat.

"Maaf. Rasanya enggak pantes tangan saya d
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 248. Gelisah dan Bimbang

    Setelah saling menukar nomor handphone, Alea dan Axel pamit pulang. Walau agak kecewa tapi yang dikatakan Alea ada benarnya. Bisa saja yang punya rumah tidak nyaman kalau mereka menunggu kepulangan ayahnya Rina. "Kak, enggak pulang ke rumah?" tanya Alea saat turun dari motor. "Pulang. Tapi, kapan-kapan. Hahahaha ...."Axel menjawab dengan kelakar. Alea mencebik kesal, tak banyak bicara. Dipikirnya, percuma membujuk Axel pulang kalau dirinya sendiri tak mau pulang. "Ya udah aku pulang duluan."Alea masuk ke dalam mobil, lalu kendaraan itu melaju meninggalkan Axel yang duduk di sepeda motor. Axel pun melajukan kendaraannya, menuju kos-an Gilang. Rencananya setelah mengganti pakaian, Axel mau ke cafe. Membantu Gilang di sana. Namun, saat tiba di kos-an, kedua mata Axel memicing, melihat Cassandra yang duduk di kursi depan rumah yang ditempati Gilang selama ini. Cassandra berdiri ketika motor yang dikendarai Axel masuk pekarangan. Bibirnya menyunggingkan senyum meski hati Cassandra s

    Huling Na-update : 2025-03-05
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 249. Nyesek

    "Eng ... Enggak, Xel. Aku lupa tadi mau tanya apa. Kamu sendiri mau ngomong apa?" jawab Cassandra tak bisa menyembunyikan sikap salah tingkahnya. "Aku cuma mau ngomong, kalau enggak ada yang mau Kakak omongin, aku mau ke cafe. Mau bantuin Bang Gilang," jawab Axel santai. Cassandra menganggukkan kepala, mengambil tas dari atas meja lalu berdiri. "Kalau kamu mau ke cafe, aku mau pulang. Nanti malam kamu mau tidur di kos an lagi?""Kayaknya iya. Dari pada di rumah, enggak bisa tidur semalaman. Yang ada, di sekolah aku ngantuk.""Hm ... nanti malam aku mau ke cafe kamu aja. Aku juga di rumah bosan. Eh, jangan-jangan nanti malam kamu mau ke rumah Rina?" Sengaja, Cassandra bertanya demikian. Axel terdiam sesaat, lalu menjawab, "Mau ngapain? Nanti malam juga bukak malam Minggu kali, Kak!"Cukup tersentak, Cassandra mendengar jawaban Axel. "Oh, iya ya. Nanti malam, malam Jumat. Jadi, Kamu mulai suka sama Rina, ya? Emang si Rina cewek idaman kamu?"Bukannya langsung menjawab, Axel justru g

    Huling Na-update : 2025-03-05
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 250. Firasat Ibu

    Cassandra tidak pulang ke rumah, ia justru ke rumah keluarga Bragastra, menemui Alea. Hanya Alea yang tahu perasaan cinta Cassandra pada Axel. "Kak, Sandra?" sapa Alea ketika melihat Cassandra berdiri di depan pintu kamarnya dengan kedua mata sembab akibat menangis sepanjang jalan dari kos-an Gilang sampai rumah Alea. Cassandra memeluk tubuh Alea, menangis dalam pelukan adik kembar Axel. Ia tak tahu lagi harus bagaimana. Benar-benar membingungkan. "Kak, kenapa? Kakak dimarahin tante Shella?" tanya Alea saat Cassandra melepaskan pelukannya. Cassandra menggelengkan kepala. Alea menyuruh masuk ke dalam kamar, mengambilkan segelas air, lalu menyodorkannya. Cassandra langsung meneguk air itu hingga setengah gelas. "Kak, kenapa? Ada apa? Kenapa Kakak sampe nangis begini?" Alea terlihat panik melihat kondisi Cassandra yang tak biasa. Ia mengambilkan sekotak tissue, menyodorkan pada Cassandra. Gadis itu biasanya selalu tampil ceria. Jarang sekali Alea melihat Cassandra menangis seperti

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 251. Bidadari Surga

    "Bukan ketemu Axel aja, Ma ... cuma pengen nongkrong. Biasalah anak muda. Mama nih kayak enggak pernah ngalamin muda aja," elak Cassandra tersenyum miring, mengalihkan pandangan enggan membalas tatapan mamanya. Shella hanya menghela napas berat, membelai lembut rambut putrinya penuh kasih sayang. "Mama kangen sama kamu, Nak. Mama juga pengen denger ceritamu kuliah di LN. Mama akui, Mama yang salah. Harusnya ketika kamu ada di sini, Mama ada di rumah. Enggak kerja. Nemenin kamu selama liburan. Tapi, Nak ... apa kamu enggak bisa, malam ini kita ngobrol-ngobrol dulu?" Sebetulnya sejak kepulangan Cassandra, ingin sekali Shella meluangkan waktu untuk berbincang dengan anak kandungnya. Ia sekali mendengar keluh kesah dan keceriaan Cassandra selama di luar negeri sana. Namun, Shella tak bisa mengajukan cuti kerja meski pada suaminya sendiri, mengingat pekerjaan kantor sedang menumpuk. Cassandra yang sudah berhias dan mengenakan pakaian yang bagus, merunduk sebentar, tampak berpikir. "Ma,

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 252. Salah Paham

    Axel tak menjawab, membiarkan Gilang yang mencari tahu sendiri. Beberapa menit kemudian, Gilang pun tahu. Siapa yang dimaksud bidadari surga oleh Axel?"Ooh ... Cassandra. Tumben dia malam-malam datang ke cafe," celetuk Gilang merangkul pundak Axel yang sibuk meracik kopi untuk Cassandra. "Tadi sore dia emang bilang gitu. Katanya mau ke sini. Minggir, kopinya udah jadi nih!""Sini, biar Abang yang nganterin!" Gilang pura-pura menghadang Axel. "Yeh, enak aja!""Hahahaha ...." Gilang tertawa lepas melihat ekspresi wajah Axel yang menurutnya sangat lucu. "Silakan dicicipi kopinya, Nona," kata Axel meletakkan secangkir kopi di hadapan gadis yang usianya lebih tua darinya. "Terima kasih." Axel berdiri, menunggu kesan Cassandra yang sedang mencicipi kopi hasil racikannya. "Gimana? Enak enggak kopinya?" tanya Axel sembari tersenyum. Sungguh, wajah Cassandra sangat sedap dipandang. Menyejukan hati Axel dan membuat Axel nyaman jika berada di dekatnya. "Enak. Enggak terlalu manis, engga

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 253. Harus Ditolak!

    Terlambat. Axel terlambat mengejar Cassandra. Gadis itu sudah masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya,meninggalkan halaman cafe milik Axel. Di area parkir, Axel menyugar rambut. Sangat kesal akan dirinya sendiri. Kenapa pula ia tak bisa fokus akan cerita Cassandra?Dengan raut wajah kesal, Axel masuk ke dalam cafe, berjalan ke meja tempat Cassandra meminum kopi. Mengambil selembar uang dengan nominal paling tinggi serta membawa cangkir kopi dan juga celemet. Di pantry, Axel duduk tercenung. Mengingat kembali reaksi Cassandra beberapa menit lalu. Axel merogoh ponsel dari balik saku celana, menekan nomor handphone Cassandra, menghubungi. Naas, beberapa panggilannya tak dijawab. Sepertinya Cassandra benar-benar marah. Axel mengusap wajah dengan kasar, lalu pamit pulang ke kos-an. "Enggak pulang ke rumah lagi, Xel?""Enggak, Bang," jawab Axel mengenakan switer yang digantung. "Eh, sebentar!" Gilang memalingkan wajah Axel dengan telapak tangannya. "Kamu kenapa? Habis nangis ap

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 254. Terlalu Seksi

    Sungguh, Alea tak menyangka Bianca berbicara demikian. Sangat merendahkan seseorang. Baru sekarang dia tahu sifat Bianca yang merendahkan orang lain. Belum lama, Gilang yang dihina. Kini Cassandra. Bagaimana jika Cassandra dan Shella yang mendengar? Jika pun memang benar ayah kandung Cassandra adalah seorang supir angkot, tidak ada yang salah. Toh itu pekerjaan yang halal. Namun, sanggahan itu hanya terucap di dalam hati Alea. Tidak terucap di hadapan Bianca. Gadis itu memilih diam dan mengiyakan perintah Bianca. "Iya, Ma. Insya Allah nanti aku sampaikan. Kalau enggak ada yang dibicarakan, aku mau ke kamar dulu.""Iya, Nak. Belajar yang rajin supaya kelak kamu mendapatkan suami yang setara kedudukannya dengan keluarga Bragastara."Alea hanya tersenyum tipis tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Lalu meninggalkan Bianca sendirian di ruang tamu. Benar kata Axel, lama-lama sikap Bianca sangat memuakkan. Baru masuk ke dalam kamar, terdengar suara nada dering handphone miliknya. Alea meli

    Huling Na-update : 2025-03-07
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 255. Ungkapin Saja!

    "Apa, Kak?" Alea terperanjat mendengar kejujuran Axel. "Jadi, Kakak enggak fokus dengerin cerita kak Sandra karena dia terlalu cantik dan terlalu seksi di mata Kakak? Begitu bukan?"Axel menghela napas berat, menurunkan kedua pundak. "Iya.""Wah, jangan-jangan Kakak juga cinta sama kak Sandra, ya?" Alea langsung menyimpulkan demikian. Axel sekarang tak bisa berkelit lagi. Tidak mungkin dia berbohong pada Alea. "Kamu jangan bilang ke orang lain apalagi ke Kak Sandra. Udah diem dulu!" titah Axel takut kalau Cassandra tak punya perasaan cinta seperti dirinya. Alea tersenyum manis, mendengar ungkapan cinta Axel pada Cassandra. Alea tidak menyangka jika Axel juga jatuh cinta pada Cassandra. Ahay, lucu sekali. Ternyata mereka diam-diam saling mencintai. "Kalau emang Kakak cinta sama kak Sandra, kenapa enggak diungkapin aja?"Obrolan si kembar semakin panjang. Tapi, membuat Axel bernapas lega. Paling tidak, dia dapat menceritakan permasalahnnya pada Alea tanpa menunggu Gilang pulang ke kos

    Huling Na-update : 2025-03-07

Pinakabagong kabanata

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 282. Menemukan Bukti-Bukti

    "Minumannya udah datang..., " seru Alea membawa tiga cangkir kopi. Dua cangkir berisi kopi, satu cangkir berisi teh manis. Alea meletakkan cangkir teh manis di depan Arfan. "Makasih, Lea." "Sama-sama. Diminum dulu tehnya biar semangat!" kata Alea menarik kursi yang tak jauh dari jangkauan. Ketiga anak muda itu langsung fokus pada layar laptop yang biasa digunakan Axel. Sebelum meretas, Arfan ingin tahu lebih dulu akun Hanif. "Kayaknya Pak Hanif enggak terlalu aktif di media sosial yang ini. Nih kalian lihat!" Arfan menyodorkan layar laptop ke hadapan Axel dan Alea. Saudara kembar itu duduk berdekatan. "Enggak bisa di cek DM -nya?" tanya Axel menoleh pada Arfan. "Bisa. Sebentar, aku coba lagi." Kali ini cukup lama, Arfan berkutat di depan laptop. Arfan begitu lincah mengoperasikan teknologi. Alea yang baru melihat kemampuan Arfan secara langsung, sampai dibuat kagum. Tanpa disadari, Alea tersenyum sembari memandang wajah Arfan yang cukup tampan. Axel yang semula memandang l

  • Benih Papa Sahabatku   Nan 281. Mau Bantu

    "Astaghfirullah, Mama kok bilang gitu? Enggak peduli sekali dengan musibah yang dialami tante Nida." Refleks, Alea menimpali ucapan Bianca. Biasanya Alea tak berani menyanggah ucapan Bianca tetapi kini, ia langsung angkat bicara."Bukan Mama enggak peduli! Ah, sudahlah. Sekarang lebih baik kalian mandi, ganti seragam dan makan. Mama enggak mau penghuni rumah ini ada yang sakit lagi," ucap Bianca masih diselimuti emosi. Wanita itu masuk ke dalam rumah, tanpa menunggu tanggapan dari kedua adiknya. Axel menarik napas panjang melihat tingkah laku Bianca yang tak berubah. Masih saja menyebalkan. "Kenapa mama jadi ngeselin banget sih, Kak?" gerutu Alea, bibirnya cemberut, kedua tangsj bersidekap. "Emang ngeselin!" jawab Axel masuk ke dalam rumah lebih dulu. Axel sedang malas berdebat. Kalau saja tidak ingat dengan kesehatan Bianca, mungkin Axel tadi akan ribut juga. Saudara kembar itu masuk ke dalam kamar masing-masing. Melakukan perintah Bianca setelahnya mereka berdua menuju ruang mej

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 280. Karma Itu Nyata

    Raut wajah Alea seketika berbinar. Ia baru ingat kalau teman sekelasnya itu memiliki keahlian teknologi. Meski masih SMA, tapi otak Arfan bisa dikatakan lumayan encer terutama masalah teknologi. "Iya, Kak. Bener banget tuh! Aku baru inget kalau si Arfan jago IT. Ya udah, Kak. Aku mau telepon dia dulu. Suruh dia dateng ke rumah nanti malam. Gimana, Kak?" Alea sangat bersemangat menjalankan rencana yang disampaikan oleh Axel. Ia tak sabar ingin mengetahui penyebab Hanif menceraikan Nida. "Boleh. Coba aja kamu telepon." Alea langsung merogoh handphone dari saku seragamnya. Lalu menekan nomor kontak Arfan. Arfan yang tengah berkutat di depan komputer rumahnya, terkejut melihat Alea sang gadis pujaan hati menghubunginya. Senyum Arfan mengembang, menarik napas panjang lalu mengangkat telepon dari Alea. "Hallo?" "Fan, nanti malam kamu bisa enggak ke rumahku?" Tanpa basa-basi Alea bertanya. Ia tak mau membuang waktu. Ingin secepatnya mengetahui alasan Hanif mecneraikan tante

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 279. Sadap

    "Analisamu ada benernya, Lea. Bisa jadi Om Hanif yang mandul," timpal Axel sependapat dengan kembarannya.Nida hanya mengulum senyum mendengar tanggapan dari Alea dan Axel."Ya udahlah, Tante enggak mau terlalu mikirin itu lagi. Toh kenyataannya, sekarang kami udah bercerai. Tinggal menunggu sidangnya saja." Sangat tenang, Nida menanggapi ucapan anak kembar itu. Alea dan Axel saling pandang lalu keduanya mengela napas berat. "Tante harus kuat ya terutama di depan om Hanif. Jangan sampai terlihat lemah atau bersedih. Nanti si om malah besar kepala. Malah mikir, Tante kecintaan banget ama dia," kata Alea memberi semangat pada wanita yang selama ini tempat mereka curhat. "Tapi, Tante. Apa Tante enggak ada curiga kalau om punya wanita idaman lain? Ya aku sih, enggak habis pikir aja. Selama ini yang aku tau, rumah tangga Tante kan baik-baik aja. Kok sekarang tiba-tiba ...."Axel menggantung kalimat, tak sanggup melanjutkan kalimat yang sudah dimengerti oleh Nida dan Alea. "Namanya juga

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 278. Dia yang Mandul

    "Cerai?" Serempak Alea dan Axel bertanya. Raut wajah mereka terkejut. "Tante serius?" tanya Alea. "Pasti cuma nge-prank nih," timpal Axel tak percaya. Nida tersenyum, menepuk pundak Axel. "Kita makan dulu aja. Nanti Tante baru cerita."Keduanya menganggukkan kepala. Mengikuti langkah Nida yang menuju dapur. "Kalian tunggu di sini. Tante mau hangatin masakannya. Oke?""Oke, Tante."Nida menarik napas lega sebab Alea dan Axel datang ke rumahnya. Paling tidak ia sedikit terhibur akan kedatangan mereka. Dirinya tidak merasa sendirian di rumah ini. Namun, Nida sadar. Dia mesti terbiasa dengan kesendirian. "Sudah siap masakannya," seru Nida seolah tak terjadi hal buruk yang menimpanya. Ya, hal buruk. Sebab, meski Nida terlihat sumringah, terlihat menerima keputusan Hanif akan tetapi hatinya tetaplah bersedih dan sakit. Nida wanita normal. Yang sakit hati jika cintanya dikhianati. Nida menyimpulkan sendiri jika alasan Hanif menceraikannya karena ada wanita lain. Wanita lain itu kemungk

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 277. Sudah Cerai

    Hanif tak dapat mengelak lagi. Selama ini tidak bisa ia berbohong pada Nida. Pun Nida, ia tahu jika suaminya menyembunyikan sesuatu atau sedang berbohong. Namun, lagi dan lagi Hanif diam, tak juga menjawab. "Oke. Kalau kamu masih enggak mau jawab pertanyaanku, enggak masalah. Aku juga enggak masalah kalau kamu mau cerai. Silakan saja."Nida menyerah, tidak bisa mendesak lelaki yang lebih banyak diam itu. Nida beranjak ke toilet. Di dalam sana, setelah membuka kran, Nida menangis tersedu-sedu. Sedikit pun Nida tak menyangka jika Hanif akan menceraikannya. Baru beberapa hari lalu, Hanif meyakinkan cinta dan kesetiannya terhadap Nida. Hanif menarik napas panjang ketika Nida pergi meninggalkannya. Ia mengusap wajah kasar, memandang lurus ke depan, lalu pandangannya mengitari kamar yang sudah bertahun-tahun ditempatinya bersama wanita yang dulu mati-matian ia perjuangkan. Dan hari ini, Hanif sudah menjatuhkan talak. Lelaki itu kembali menarik napas, mengembuskan perlahan. Berusaha meyak

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 276. Apa Karena Dia?

    Tiba di rumah, Nida berjalan cepat, ingin segera menemui suaminya. Ketika hendak menaiki anak tangga yang menghubungkan ke kamarnya, terdengar suara percakapan Hanif dengan ibunya di ruang keluarga. Nida pun mengurungkan pergi ke kamar, belok ke ruang keluarga. "Mas!" pekik Nida menghampiri suaminya yang duduk di sebelah ibu Ros. "Kamu enggak apa-apa, Mas? Mana yang terluka?" telisik Nida panik. Menelisik Hanif. "Kamu ini gimana sih? Malah nyari yang terluka? Kamu pengen suamimu terluka?" Pertanyaan ibu Ros membuat Nida menoleh. Menghela napas berat. Nida tahu, apapun yang dilakukannya, di hadapan ibu Ros selalu saja salah. "Bukan aku pengen mas Hanif terluka, Ma. Tadi Mas Hanif bilang semalam kecelakaan. Makanya dia enggak pulang," jelas Nida menahan rasa kesal pada ibu mertua. Hanif masih bergeming, tidak mengeluarkan kata-kata. "Udah tau! Sebelum Hanif cerita ke kamu, dia udah cerita ke Mama," tandas ibu Ros menunjukkan raut wajah tak suka. "Aku mau bicara empat ma

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 275. Bisa Dihubungi

    "Kamu serius mau menceraikan si Nida?" tanya ibu Ros memastikan yang didengarnya. Hanif tersenyum simpul, menganggukkan kepala. "Iya, Ma. Mungkin ini jalan yang terbaik.""Nah gitu dong! Menceraikan Nida emang jalan yang terbaik!" Ibu Rosita berseru gembira. Ibu Ros langsung memeluk tubuh Hanif. Hatinya begitu gembira. Keinginannya sebentar lagi akan terwujud. Hanif akan menceraikan Nida dan akan menikah dengan Friska. Impian memiliki menantu yang kaya raya dan loyal, sebentar lagi akan terwujud. "Sukurlah sekarang kamu udah sadar. Mama senang sekali. Mama berharap, nanti kalau kamu nikah lagi, kamu cepat punya keturunan," ujar ibu Ros sumringah. Hatinya benar-benar bahagia mendengar perceraian anak pertamanya dengan Nida. "Aamiin. Terima kasih, Ma.""Iya, Nak. Sama-sama. Oh ya, kalau kamu keluar dari rumah ini, kamu mau tinggal di mana? Soalnya kan rumah Mama enggak seluas rumah ini. Udah gitu, semua kamar udah ada yang tempati. Ada sih kamar belakang, cuma sekarang udah jadi gud

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 274. Menjatuhkan Talak

    "Tentu saja boleh. Sekarang juga kamu boleh kok tinggal di rumahku dari pada kita tinggal di hotel ini. Gimana? Kamu mau enggak?" jawab Friska tersenyum manis. Tidak ada keraguan sedikit pun dari intonasi suaranya kalau ia mengizinkan Hanif tinggal di rumahnya. Hanif mengulas senyum mendengar jawaban Friska. "Terima kasih, Sayang. Kalau begitu, aku mau beresin urusan satu-satu dulu. Kalau aku udah menceraikan Nida, aku akan segera keluar dari rumah itu dan langsung pindah ke rumahmu." "Oke, Sayang. Dengan senang hati, aku akan menerimamu di rumahku." Friska semakin mengeratkan pelukan. Tak ada rasa lelah pada diri wanita itu. Ia selalu berhasrat jika di dekat Hanif. Kerinduannya selama ini pada Hanif telah terlabuhkan. "Sejarang aku mau pulang dulu," ucap Hanif melepaskan kedua tangan Friska dari tubuhnya. "Tapi nanti malam kamu ke sini lagi, ya?" rengek Friska menunjukan raut wajah manja. Hanif gemas, memencet hidung mancung wanita yang semalaman melayaninya. "Besok mala

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status