Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 111A. Bagai Memarahi Anak

Share

Bab 111A. Bagai Memarahi Anak

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-22 16:20:37

"Kenpa tadi gak langsung jawab?" tanya Namira melepaskan pelukan, menyeka lelehan air matanya.

Seharian ini, terlalu sering Namira menangis. Kalau tidak ingin bayi yang dikandungnya, dia akan terus-menerus menangis, enggan keluar kamar, menemui Bianca dan juga Nida.

"Aku takut kamu jadi kepikiran," jawab Daniel membelai pipi istrinya.

"Justru kamu kayak tadi, yang bikin aku kepikiran." kata Namira cemberut. Daniel kembali memeluk tubuh Namira, meng3cup puncak kepala berulang kali.

"Iya, Sayang. Aku minta maaf. Aku udah salah. Aku benar-benar minta maaf," ucap Daniel menyesali yang telah dilakukannya.

"Kamu udah makan belum?" Daniel melepaskan pelukan, menatap wajah istrinya yang sendu. Namira menggeleng lemah.

"Ya Allah, Sayang ... kenapa gak makan duluan? Ini udah jam berapa?" Daniel melirik jam dinding kamar. "Aduh, udah mau jam sembilan malam," sambung Daniel cemas.

"Aku pengen makan sama Mas Ayang ...." rengek Namira, meletakkan kepalanya pada dada bidang Daniel. Hati Danie
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 111B. Sepiring Berdua

    "Papah minta maaf, Bi. Tadi Papah sempat selisih pendapat sama mamihmu. Mungkin itu yang bikin Papah marahin dia. Oke, Papah emang salah. Enggak seharusnya Papah kayak gitu. Papah benar-benar menyesal," ungkap Daniel baru kali ini merendahkan diri di depan anak kandungnya. Mau bagaimana lagi, Daniel memang salah. Saran yang disampaikan Namira tidak salah, hanya tidak disetujui Daniel. Mereka hanya berselisih paham, dalam rumah tangga, bukankah suatu hal yang wajar? "Papah gak perlu minta maaf sama aku. Minta maaf sama Mamih. Benar-benar minta maaf dan nyesel udah kayak gitu," titah Bianca penuh emosi. Meski Namira ibu sambungnya, tapi ia suka Daniel memarahi. Namira tidak hanya sebagai ibu sambung tapi sahabat karibnya sejak dulu. Maka tak heran jika Bianca sangat menyayangi dan mengerti perilaku Namira. "Iya, Bi. Tadi Papah udah minta maaf sama Mamihmu. Sekarang Papah mau nyendokin nasi buat dia. Mamih kamu pengen makan malam di kamar." "Oh ya udah. Aku juga mau masuk kamar lag

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 112A. Teringat

    Sampai malam hari, Gauri selalu terbayang-bayang seraut wajah tampan Daniel yang baru dijumpainya setelah bertahun-tahun lamanya berpisah. Rasa rindu yang sebelumnya sempat hilang, kini justru hadir kembali, memenuhi benak seorang wanita yang duduk di atas kursi roda. "Bu, Ibu belum tidur?" sapaan Ferry tak dihiraukan Gauri. Sedari tadi, Wanita itu sengaja membuka jendela kamarnya, memandang langit yang ditaburi bintang, bibirnya melengkung senyum, mengingat masa lalu bersama lelaki bernama Daniel Bragastara. "Bu, Ibu?" Ferry menggoyangkan lengan Gauri. Wanita itu tersentak kaget, kedua matanya membeliak karena terkejut. "Eh, kamu, Nak. Ngagetin Ibu saja. Ada apa?" tanya Gauri mengelus d4danya. Ferry menggelengkan kepala, duduk di ujung meja yang dekat jendela kamar Gauri. "Udah jam sembilan malam, kenapa Ibu belum tidur? Ini juga jendela, kenapa pula dibuka?" Ferry menutup jendela kamar ibunya, mengunci. Lalu, mendorong kursi roda Gauri, memapah, berbaring di atas tempat tidur.

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 112B. Menghindar

    Pagi hari, Daniel dan Namira masih berada di bawah selimut. Mereka seolah enggan beranjak dari tempat tidur. Setelah salat Subuh berjamaah, mereka melakukan hubungan yang dipenuhi pahala. "Mas Ayang, udah jam setengah tujuh. Enggak mau mandi?" tanya Namira yang kepalanya diletakkan di atas d4da bidang Daniel. Lelaki itu masih memejamkan kedua mata, mengatur napasnya perlahan-lahan. "Nanti aja, Sayang. Aku masih capek."Namira mengulum senyum, memeluk erat tubuh suaminya. Seperti ini, keduanya merasakan kenyamanan yang sebelumnya mereka rasakan. Namira juga sebenarnya malas beranjak. Dia ingin seharian penuh seperti ini saja dengan Daniel. "Ya Allah, Mas Ayang! bukannya nanti jam sembilanan ada sidang kasus tante Hesti?" pekik Namira yang baru ingat. Kedua mata Daniel langsung terbuka. Ia sampai lupa padahal kemarin sudah mengingatkan Bianca berulang kali kalau hari ini persidangan kasus Hesti pertama kalinya. "Ya Allah, aku lupa. Sayang, aku harus mandi sekarang. Kamu mau bareng a

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 113A. Siapa Yang Brengsek?

    "Dih, Papah! Kok gitu sih? Terus nanti aku harus gimana?" Bianca langsung protes saat mendengar Daniel tidak bisa menemaninya di kantor pengadilan. "Mas Ayang, emang kerjaannya gak bisa dibawa ke rumah?" Kali ini, wanita yang duduk di sebelah Daniel ikut protes. Dia merasa kasihan pada Bianca jika Daniel tak bisa menemaninya. Daniel menelan saliva, ia benar-benar bingung. Daniel hanya ingin menghindari seseorang. Aneh sekali, kenapa pula Gauri mau datang ke acara persidangan bukannya berobat ke rumah sakit? "Sayang, Bianca, aku juga maunya menemani Bianca di sana. Tapi, baru saja ada pesan dari Yuda. Menyuruhku ke kantor. Please, Bianca ... kali ini ngertiin Papah."Bianca bersidekap, pandangannya keluar jendela. Namira melongok ke belakang, raut wajah Bianca terlihat sangat masam. Setelah itu, Bianca maupun Namira tak bisa protes lagi. Mereka tidak ada yang bicara sampai halaman kantor pengadilan. "Mas Ayang, kalau udah kelar kerjaannya, tolong ke sini, ya? Kasihan Bianca ...." N

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 113B. Nanti Kecewa

    Namira memegang lengan Bianca agar tidak membuat keributan di tempat ini. Namun, Bianca mengabaikan. Berjalan cepat menghampiri Hesti. Dia tidak terima kalau papahnya dikatakan brengs3k oleh wanita yang selama ini tidak peduli padanya. "Papahku bukan orang br3ngsek. Kalau kamu enggak memanfaatkan namaku untuk meminjam uang di Bank tanpa dibayar angsurannya, papahku enggak akan memenjarakanmu. Kalau kamu enggak mengancam kedua orang tua Evan, enggak mungkin papahku melaporkan kej4hatanmu. Justru Papahku terlalu sabar ngadepin wanita macam kamu!"Memang sangat tidak sopan, Bianca berbicara seperti itu pada ibu kandungnya. Tetapi, Bianca tidak suka ada orang yang menjelek-jelekkan papahnya. "Kurang aj4r kamu, Bianca. Aku ini Ibumu, Bian. Aku yang mengandung dan me--""Melahirkanku?" Sorot mata Bianca begitu tajam. Ia sangat tidak terima papanya dibilang br3ngsek sama Hesti. "Kamu cuma mengandung dan melahirkanku saja. Tapi, Papahku? Papah yang merawat dan menjagaku selama ini. Papahku

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 114A. Nih Cium!

    Bianca sangat puas memperingatkan Gauri. Dia tidak suka ada wanita yang seolah mencari perhatian pada papanya. Hanya Namira yang pantas mendapatkan perhatian dari Daniel. Wanita lain tidak boleh. "Oh, kamu istrinya Daniel saya pikir... Sahabatnya Bianca," timpal Gauri membuat Bianca kembali menoleh. Sorot matanya sangat tajam. "Aku memang sahabat Bianca tapi aku juga istri papa sahabatku," jawab Namira tersenyum manis padahal Bianca sudah bersiap-siap mau menanggapi perkataan Gauri. "Oh iya. Tapi kok ... Kamu mau sama Daniel? Usia kalian kan terpaut jauh?" Kedua mata Bianca membeliak mendengar pertanyaan Gauri yang menurutnya tidak pantas. "Hei, kamu tuh ya? Enggak ada yang suruh kamu datang ke sini, gak ada yang suruh kamu tanya ini itu, please deh ... kami tuh lagi ada masalah. Kalau kamu ke sini cuma nanyain yang gak penting, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini. Jangan pikir aku gak tau akal bulusmu. Kamu ingin jadi istri papahku? Iya? Jangan ngimpi. Udah deh, mending kamu

    Last Updated : 2025-01-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 114B. Nih Cium

    Zovan mengantar Namira dan Bianca sampai rumah. "Pak Zo, terima kasih banyak udah nganterin aku sama mamih," ucap Bianca tersenyum manis. "Iya, Bian. Sama-sama. Jangan lupa, Minggu depan ada sidang lanjutan." Zovan mengingatkan perihal sidang Hesti. "Iya, siap.""Pak Zo, terima kasih banyak." Namira juga yang berucap. "Iya, Bu. Sama-sama." Zovan yang sudah lama mengenal keluarga Bragastara mengulas senyum. Setelah memastikan Bianca dan Namira masuk ke dalam rumahnya dengan aman, Zovan melanjutkan perjalanan hendak ke kantor Daniel, memberitahukan hasil mediasi dan persidangan tadi. ***"Bi, tadi kenapa kamu gak mau mediasi aja sih? Kasihan tante Hesti tau," celetuk Namira ketika mereka memasuki rumah. Bianca memanyunkan bibir, menarik napas panjang. "Kamu mah kasihan terus. Kalau sama orang yang baik, enggak masalah kamu merasa kasihan. Kalau sama orang yang j4hat, ya mesti diberi hukuman atas kej4hatan yang dia lakukan apalagi mamahku orangnya gak sadar-sadar. Udah tau salah,

    Last Updated : 2025-01-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 115A. Tekad

    Daniel masih berkutat di dalam ruangan. Ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya supaya tidak selalu merepotkan Yuda dan Shella. Dua orang itu yang kerap kali membantu Daniel menyelesaikan pekerjaannya. Suara pintu diketuk membuat gerakan tangan Daniel di atas tuts keyboard terhenti. "Masuk!" titah Daniel menunggu siapa yang datang ke ruangan. Rupanya Yuda. "Ada apa, Yud?" tanya Daniel ketika lelaki itu melangkahkan kaki ke dalam ruangan, lalu duduk di kursi yang bersebrangan dengan Daniel. "Hm ... saya mau bicara masalah Gita." Jawaban Yuda membuat dahi Daniel mengkerut. Menghela napas panjang, lalu berusaha tetap tenang. Sebenarnya Daniel tidak ingin membahas masalah ini dengan Yuda. Pikiran Daniel sedang semraut tetapi melihat eksperesi wajah Yuda, Daniel tak tega menolak ajakan Yuda membicarakan persoalan Gita. "Ada apa dengan istrimu? Apa dia tetap enggak ngaku?" telisik Daniel sambil menerka. Lelaki itu bersandar di kursi kebesaran, memutar ke kanan dan ke kiri perlahan. "Iy

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 221. Gara-gara Kamu!

    "Dari tadi aku teleponin enggak aktif nomornya, Bang."Alea semakin mencemaskan keadaan kakaknya. Dia tidak tahu lagi kemana mencari keberadaan Axel. "Lea, coba kamu tanya ke temen-temennya. Barang kali aja mereka ada yang tau. Sekarang Abang enggak bisa bantu nyariin Axel. Kamu lihat sendiri, pengunjung lagi banyak.""Iya, Bang. Enggak apa-apa. Ya udah deh, aku pamit dulu."Alea membalikkan badan, menghampiri Nida yang duduk di salah satu kursi cafe. "Tante, Kak Axel enggak ada di sini," ujar Alea menunjukkan raut wajah lesu. "Kemana?""Enggak tau. Handphone-nya juga enggak aktif.""Coba kamu tanyain ke teman-temannya. Kali aja ada yang tau."Nida memberi saran sebab ia juga tidak tahu tempat yang biasa Axel kunjungi. Tempat tongkrongannya. "Aku enggak punya nomor teman-teman Axel," jawab Alea cemberut. Pikirannya mengingat tempat yang biasa Axel kunjungi selain cafe. "Alea, mungkin enggak, kalau Axel udah kembali pulang ke rumah?"Alea mendongak, menatap lekat Nida. "Benar jug

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 220. Kemana Perginya?

    Ibu Ros sangat geram mendengar jawaban anak sulungnya. Tidak menyangka jika Hanif membantah perintahnya. Selama ini, Hanif selalu mengabulkan segala perintah ibu Ros. Tapi sekarang, dengan berani Hanif menolak?"Berani sekali kamu nolak perintah Mama, Hanif?" sentak ibu Ros masih tak terima dengan jawaban Hanif. "Ma, kalau Mama minta uang, minta ini dan itu, aku pasti kabulin. Tapi kalau minta aku nikah lagi atau ceraikan Nida, aku minta maaf, Ma. Aku enggak akan pernah mengabulkannya!" Hanif masih dalam pendiriannya. Tidak akan pernah menceraikan Nida walau ibu Ros sendiri yang mendesak. "Hanif, Nida udah izinin kamu. Dia izinin kamu nikah tapi---""Tapi, aku harus menceraikannya dulu 'kan?" sela Hanif sebelum ibu Ros menyelesaikan ucapannya. "Enggak, Ma. Aku enggak akan menceraikannya."Tanpa berkata apa-apa lagi, Hanif beranjak, meninggalkan wanita yang telah melahirkannya. Ia tak mau berdebat lebih lama lagi. Hanif takut semakin tersulut emosi. Walau bagaimana pun, ibu Ros adal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 219. Menolak

    "Maaf, Tante. Teleponnya nanti lagi, ya? Guruku udah datang. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam."Untung saja guru Kimia datang ke kelas Alea. Kalau tidak? Alea bingung menjawab pertanyaan Nida. Usai menelepon Alea, Nida bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Setelah menemani Shella bertemu dengan klien, Nida berencana akan ke sekolah si kembar. Ingin memastikan apakah Axel masuk sekolah atau tidak? Biar bagaimana pun, Nida lah yang memberitahu tentang kebenaran kedua orang tua Axel dan Alea. Hingga akhirnya sekarang Axel kabur dari rumah. Tiba-tiba Nida teringat Bianca. Apa Bianca akan marah padanya? Tadi sewaktu melewati ruangan Bianca, tampak sepi. Apa mungkin Bianca tidak masuk kantor?*** "Hanif, kamu udah pulang, Nak?" tanya ibu Ros ketika anak kandungnya berdiri di depan pintu rumah. Ia mencium punggung tangan ibu Ros meski sempat kecewa dengan wanita yang telah melahirkannya itu. "Udah, Ma. Aku mau ke kamar dulu," seloroh Hanif yang berusaha menghindar ibu Ros. Ia takut kala

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 218. Tinggal Di Mana?

    Semenjak kejadian kemarin, rumah Bragastara terasa sepi. Tidak ada lagi keributan antara Axel dan Alea. Bianca tak sanggup jika di rumah terus, mengingat kemarahan Axel padanya. Axel yang selama ini dianggap adik sendiri, kini amat sangat kecewa padanya. "Kamu mau ke kantor?" tanya Evan setelah mengenakan jas. Evan pun sudah memutuskan berangkat ke kantor meski kondisi kesehatannya belum terlalu pulih. "Iya. Aku mau ke kantor saja. Di rumah sepi. Enggak ada anak-anak." Jawaban Bianca membuat kedua pundak Evan menurun. "Bi, berhentilah menganggap mereka anakmu. Axel dan Alea itu adik-adikmu," tandas Evan, sangat kesal setiap kali Bianca ingin dianggap orang tua oleh mereka. "Apa salahnya kalau aku ingin dianggap mamanya? Apa ada yang salah?" tuntut Bianca menatap penuh emosi suaminya. "Enggak salah kalau dari awal kamu bilang yang sebenarnya, Bi ... sekarang lihat mereka. Akibat keputusanmu, Axel membencimu. Apa kamu enggak sadar juga?"Emosi dalam diri Evan sudah tidak dapat dik

  • Benih Papa Sahabatku   Bbab 217. Cuma Kamu

    "Udah gila ibunya si Hanif. Enak bener dia bilang gitu. Terus kamu bilang apa? Ngizinin Hanif nikah lagi? Mau kamu dipoligami?"Shella tersulut emosi. Sejak dulu, Shella sudah sangat geram melihat tingkah laku keluarga Hanif. Mereka semua benalu dan penjilat. Sering kali meminta uang pada Nida. "Enggaklah, Ma. Aku minta diceraikan kalau Mas Hanif mau poligami. Aku sadar diri, bukan wanita yang ikhlas dan penyabar. Enggak sanggup kalau harus berbagi suami dengan wanita lain." Masih dengan sikap santai, Nida menjawab pertanyaan ibu sambungnya. Shella begitu miris mendengar cerita yang disampaikan Nida. Kasihan Nida. Semasa hidupnya selalu saja ada masalah yang dihadapi."Tapi, Nida ... Kayaknya Hanif enggak mungkin menceraikanmu. Dia sangat mencintaimu. Mama yakin itu."Sebisa mungkin, Shella menghibur Nida. Dibalik sikap tenang dan santainya, Shella yakin sebetulnya Nida pun bersedih. Nida tersenyum miring mendengar tanggapan Shella. "Kalau mamanya yang minta, ada kemungkinan Mas H

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 216. Izin Nikah Lagi

    "Sudahlah, Ma. Jangan ngomong macam-macam. Aku enggak mungkin menceraikan dia!"Senyum yang sebelumnya terlihat di wajah ibu Ros, seketika lenyap. "Hanif, mau sampai kapan kamu enggak punya anak? Dia itu mandul! Keturunan mandul, Hanif!"Ibu Ros tersulut emosi. Tak menyangka jika anak sulungnya berani melawan perintah padahal sebelumnya tidak pernah."Aku enggak peduli, Ma. Nida mandul atau tidak, aku enggak akan ceraikan dia. Aku sayang Nida, Maaaa ... aku cinta dia ...."Memang, Hanif begitu mencintai Nida. Sejak dulu hingga sekarang cintanya tak pernah berubah. "Halah, cinta, sayang! Kamu itu buta, Hanif! Umurmu udah tua. Tapi, sampai sekarang belum juga punya anak. Kalau kamu udah tua nanti, udah enggak bisa beraktivitas lagi, siapa yang akan menyayangimu? Kamu lihat, Nida. Dia masih muda. Mama yakin, kalau kamu udah sakit-sakitan pasti dia ninggalin kamu! Kalau dia ninggalin kamu, kamu mau sama siapa? Anak enggak punya!"Hanif memejamkan kedua mata, memijat pelipis. Tidak perna

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 215. Ceraikan Dia!

    "Apa hubungannya?" Bukannya menjawab, Axel justru balik tanya. Alea manyun, memukul bahu kakaknya. "Pulang ke rumah lagi, Kak. Kasihan mama tau! Nangis terus." Alea mengingat kembali kesedihan yang dialami Bianca. Axel bersikap santai, pandangannya lurus ke depan. "Aku masuk kelas dulu!" Tanpa menanggapi ucapan adiknya, Axel masuk ke dalam kelas. Alea benar-benar dibuat kesal. Rencana mengajak Axel kembali ke rumah gagal lagi. *** "Jam segini baru bangun! Pantas saja asam lambung Hanif sering kumat! Istrinya saja malas menyiapkan sarapan," celetuk ibu Ros saat Nida baru datang ke ruang meja makan. Ibu Ros yang tengah sarapan roti tawar, melirik Nida yang mengacuhkan. "Kamu dengar Mama enggak, Nida?" Sentak ibu Ros. Kedua mata seperti hendak melompat. Amarah terlihat jelas dari raut wajah. "Denger," sahut Nida cuek. Melihat sikap menantunya seperti itu, Ibu Ros semakin marah dan membenci. "Kalau kamu denger, harusnya bangun pagi! Siapin sarapan!" Lagi, Nida te

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 214. Mau Pulang Enggak?

    "Enggak. Mami enggak melakukan kesalahan apapun, Lea. Mami orang yang baik. Namira sahabatku, ibu sambungku yang paling baik bahkan kebaikannya melebihi ibuku sendiri." Bianca langsung menyanggah pertanyaan Alea. Gadis itu tertunduk sesaat, menghela napas berat. "Lalu, kenapa Mama merahasiakan mereka adalah orang tua kandungku?" Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Alea membuat Bianca tersentak. Kedua matanya membeliak lalu sikap berubah salah tingkah. "Bu-bukan maksud ingin merahasiakan ta-tapi ...."Tak sanggup, Bianca meneruskan kalimat. Teringat kekurangan dalam diri bahwa sebetulnya Bianca tak bisa memberikan keturunan untuk Evan karena ia telah divonis mandul oleh dokter. "Ya udah, Ma. Enggak usah diucapkan kalau memang alasannya akan menyakitiku atau menyakiti hati Mama lagi."Alea mencoba berpikir bijak. Tak ingin wanita yang telah merawatnya penuh kasih sayang itu bersedih dan menangis lagi. "Bukan begitu, Lea. Ma-Mama ....""Kenapa kamu masih saja menyebut diri

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 213. Kesalahan

    Alea terdiam, tidak langsung menanggapi rintihan wanita yang selama ini telah dianggap ibu kandungnya sendiri. "Ma, sudah, Ma ... jangan nangis ya? Seharian ini Mama nangis terus. Nanti Mama sakit ...." ucap Alea berusaha menenangkan Bianca. Istri Evan itu menggelengkan kepala berulang kali. Sekarang Bianca telah menyesal karena telah membohongi kedua adiknya belasan tahun lamanya. Selama ini, Bianca dan Evan selalu menanamkan sifat jujur pada si kembar. Namun, dia sendiri yang tidak jujur pada mereka. Bianca merasa sangat jahat pada Axel dan Alea. Bianca meraih salah satu telapak tangan Alea, menggenggamnya erat. "Alea, maafkan Mama, Nak ... maafin Mama ... Mama udah jahat sama kamu. Udah bohongi kamu dan Axel. Maafin Mama, Lea ...." Sangat sungguh-sungguh Bianca mengucapkan kata maaf. Tampaknya Bianca sangat menyesal dan bersedih karena telah merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Jangan minta maaf terus, Ma ... Aku dan Kak Axel udah maafin Mama. Udah ya, Ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status