Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 104A. Habis Bertengkar?

Share

Bab 104A. Habis Bertengkar?

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-20 12:08:01

Namira sangat terkejut mendengar ucapan Daniel. Memang sebelumnya Namira sudah menduga kalau Daniel pasti akan marah besar dan akan memberi hukuman atas kej4hatan yang dilakukan Gita tetapi Namira tidak menyangka kalau Daniel sampai mencaci maki Gita.

"Mas ... aku mohon, lupakan saja masalah ini. Kita pura-pura enggak tau aja tentang siapa tante Gita. Aku takutnya nanti Bianca patah hati, Mas ...." Namira menggamit lengan suaminya. Masih berusaha membujuk Daniel agar tidak memperkarakan masalah Gita pada waktu dulu.

"Tadi aku udah bilang, aku enggak akan memisahkan hubungan Evan dan Bianca. Mereka akan tetap menikah kalau memang berjodoh. Aku hanya ingin memberi pelajaran pada Gita supaya dia enggak semena-mena lagi pada keluarga kami apalagi sampai menyakiti Nida."

Kedua mata Namira terpejam sejenak. Ia menghela napas panjang.

"Mungkin kamu enggak akan memisahkan Bianca dan Evan. Tapi, Tante Gita? Jangankan hanya menjauhkan Evan dengan Bianca, dia mencvlik Nida aja berani, Mas."

Da
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 104B. Jawab Dengan Jujur

    Sesaat, Namira ragu. Apa Bianca juga harus tahu tentang siapa Gita yang sebenarnya? Kalau Bianca tahu, nanti bagaimana reaksinya? Kalau tidak diberitahu sekarang, lambat laun pasti Bianca akan mengetahuinya. 'Ya Allah, aku bingung harus bagaimana? Apa Bianca mesti mengetahui tentang siapa Gita yang sebenarnya?'"Mih, kamu baik-baik aja? Kamu dan papah kenapa sih? Ada apa, Mih?"Kepala Namira mendadak pusing. Perutnya mulai terasa mual lagi. Tak tahan, Namira sedikit berlari ke toilet, muntah-muntah. Bianca terkejut, ia terpaksa masuk ke dalam kamar papahnya tanpa izin lebih dulu. "Ya Allah, Mih ... ada apa? Kamu kenapa?" Lagi dan lagi Bianca bertanya demikian. Memijat tengkuk Namira yang tengah muntah-muntah. "Aku pengen istirahat dulu, Bi. Kepalaku pusing banget," ucap Namira pelan. "Oh ya udah." Bianca tak bisa memaksa meski hatinya sangat penasaran apa lagi melihat wajah ibu sambungnya sangst pucat. Dengan hati-hati, Bianca memapah tubuh Namira hingga berbaring di atas tempat t

    Last Updated : 2025-01-20
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 105A. Suruh Putus

    Yuda sangat terkejut mendengar pertanyaan Daniel. Tiba-tiba saja Daniel bertanya seperti itu? Apakah benar, kalau ada orang yang berbuat j4hat pada perusahaan? Siapa? Bukankah Hesti sudah meringkuk ke dalam penjara?"Pak Daniel, kenapa Pak Daniel bertanya seperti itu? Apa benar, ada orang yang berbuat j4hat pada keluarga Bapak?"Daniel memejamkan kedua mata sesaat, berusaha menetralisir amarah yang ingin menguasainya. Daniel yakin, jika Yuda mengetahui dalang pencvlikan Nida adalah istrinya, dia pasti akan marah besar dan kecewa. Tetapi, Daniel juga tidak ingin membiarkan Gita nantinya akan berbuat lebih j4hat lagi pada keluarganya. "Jadi begini, Yuda. Sekarang aku udah tau siapa orang yang mencvlik Nida sewaktu bayi."Yuda terkejut, ia sampai memundurkan kepalanya. "Semudah itu, Pak?" Tampaknya Yuda tidak langsung percaya akan ucapan Daniel."Iya. Apa kamu enggak percaya kalau Allah telah memberitahuku siapa pelaku yang mencvlik keponakanku sewaktu bayi?"Yuda salah tingkah, terlih

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 105B. Suruh Putus

    "Hari ini Mamah senang ... sekali bisa belanja sama kamu, Van. Nah gitu dong ... kalau Mamah minta dianter belanja, kamu harus mau. Masa antar jemput Bianca mau, nganterin Mamah gak mau?" celoteh Gita ketika mereka baru pulang belanja bulanan. Evan tidak menanggapi hanya tersenyum simpul. Sepanjang menemani mamahnya belanja, Evan tak banyak bicara. Dia bicara kalau Gita bertanya atau meminta pendapatnya. Evan sangat kepikiran Bianca. Khawatir kekasih hatinya itu tersinggung dan marah.Hasil belanjaan Gita sudah disimpan di dapur. Asisten rumah tangganya bergegas merapikan hasil belanjaan Gita. Evan hendak masuk ke dalam kamar, namun dipanggil Gita. "Ada apa lagi, Mah? Mau diantar kemana lagi?" tanya Evan membuat hati Gita tersinggung. "Kamu kok bicaranya begitu, Nak? Mamah cuma pengen ngobrol sama kamu. Sebentar saja kok." Gita masih bisa berbicara lembut meskipun pertanyaan Evan tadi membuatnya tersinggung.Dengan malas, Evan menuruti kemauan mamahnya. Duduk di sofa samping Gita.

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 106A. Ancaman

    "Saya ingin bicara empat mata sama kamu," ujar Daniel. Tatapannya sangat dingin. Dia sudah tidak bisa bersikap baik pada wanita yang berdiri di hadapan. Gita menelan saliva. Perasaannya mulai tak menentu. Dia merasa kalau Daniel sudah mengetahui perbuatannya di masa lalu. "Silakan masuk, Pak Daniel." Gita mempersilakan sambil memaksakan bibir untuk tersenyum. Perasaannya sungguh tak enak. Dia takut sekali kalau Daniel berbuat buruk padanya. "Enggak usah di dalam. Duduk di sana saja." tolak Daniel dengan isyarat dagu mengarah pada kursi teras rumah Yuda. Ia berjalan, duduk di kursi sebelah kiri. Gita salah tingkah, sikapnya berubah gugup. Jantungnya berdegup lebih cepat melihat ekspresi wajah Daniel yang dingin dan datar. Biasanya Daniel sangat ramah, wajahnya tak luput dari senyuman. Tapi, kini ... wajah Daniel sangat dingin dan muram. "Hm, Pak Daniel, saya mau ambilin air minum dulu, ya? Sebentar." Gita ingin menghindar dari Daniel. Ia tak ingin ngobrol dengannya. Gita ke dalam

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 106B. Akan Pulang

    "Ferry, bagaimana keadaan Hesti? Apa sidangnya sudah berjalan?" tanya Gauri pada anak semata wayangnya. "Keadaannya semakin buruk, Bu. Aku takut kalau Hesti akan melakukan bvnuh diri. Dia sering kali bilang ke aku kalau dirinya gak sanggup tinggal di penjara. Bu, apa Ibu gak bisa bantu membujuk Pak Daniel agar mau mencabut laporannya? Bukankah dulu Ibu temannya pak Daniel? Aku mohon, Bu ... aku gak mau kehilangan Hesti. Walaupun usia kami berbeda jauh, tapi cinta kami sangat tulus, Bu."Gauri terdiam, merunduk dalam. Beberapa hari belakangam Gauri merasa kasihan pada Ferry. Anaknya itu jarang sekali makan. Badannya pun semakin kurus. Gauri yang melihat anak tunggalnya merasa takut. Takut kalau Ferry meninggalkannya karena masalah ini. "Ferry, bukan Ibu ---""Ya udah, Bu. Enggak apa-apa. Kalau begitu, Ibu gak perlu perhatian lagi padaku. Enggak perlu lagi merasa kasihan padaku. Aku hanya butuh Hesti yang ada di sisiku. Kalau Ibu gak bisa membantuku bicara pada Pak Daniel, biar aku sa

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 107A. Tidak Peduli

    Sambungan telepon terputus. Yuda menyugar rambut kesal. Ia tidak tahu harus berpihak pada siapa. Yuda dan Daniel sudah sangat lama berteman bahkan sebelum mengenal Gita. Rasanya tidak mungkin Daniel menuduh Gita tanpa bukti dan saksi. Sekarang Yuda berada di ujung kebimbangan. "Pah, Papah udah pulang?" tanya Evan tiba-tiba. Yuda menoleh, segera menyeka lelehan air matany. Yuda menarik napas, berusaha setenang mungkin. "Papah nangis kenapa? Berantem sama Mamah?" sambung Evan dengan beberapa pertanyaan. Yuda merunduk sejenak, lalu menggelengkan kepala."Enggak. Papah gak berantem sama Mamahmu," jawab Yuda selalu berusaha menunjukan sikap baik-baik saja di depan anak lelakinya. "Iya juga enggak apa-apa sih, Pah. Aku juga lagi kesel sama Mamah." Ungkapan Evan membuat kening Yuda mengkerut. Mereka tengah duduk di ruang keluarga. "Bukannya tadi kamu nganterin Mamahmu belanja?""Iya. Udah capek nganterin dia belanja. Eh, pulang belanja nyuruh orang aneh-aneh," gerutu Evan mengingat kemba

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 107B. Wanita Masa Lalu

    Saat di depan pintu, Bianca urung mengetuk pintu. Ia tahu, ada papahnya di dalam. Bianca menghela napas berat, lalu membalikkan badan. Lebih baik Bianca menunggu papahnya keluar kamar dulu. Di dalam kamar, Daniel meminta maaf berulang kali pada Namira. Wanita yang tengah mengandung b3nihnya. "Udah, Mas Ayang ... udah aku maafin. Aku juga udah enggak demam lagi. Tadi dokter kasih aku obat demam yang aman buat ibu hamil," kata Namira. Suaranya terdengar lemah. Tidak riang seperti biasanya. "Sayang, aku minta maaf bukan enggak mau menerima saran darimu tapi ... tapi aku gak bisa membiarkan kej4hatan yang dilakukan Gita pada Nida, enggak mendapatkan balasan yang setimpal. Sayang, aku mohon ... kamu enggak perlu ikut memikirkan masalah ini. Masalah hubungan Evan dan Bianca, aku bisa pastikan mereka enggak akan terpisahkan. Misalnya nanti Gita menyuruh Evan menjauhi Bianca, aku yang akan melindunginya. Sayang, kamu harus tenang, ya? Kamu ... kamu harus sembuh lagi."Segaris senyum meling

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 108A. Mencabut Kasus

    Sungguh, Daniel tak menyangka jika orang-orang yang pernah hadir di masa lalu, kini Allah datangkan kembali. Pertama Nida, sekarang Gauri. Wanita yang dulu pernah dicintai Daniel namun ditentang Gragastara hanya karena ia berasal dari keluarga biasa. Bukan anak seorang pengusaha atau anak pejabat atau anak dari keluarga kaya raya. "Aku Gauri, Daniel," sambung Gauri melihat Daniel tak mengeluarkan sepatah kata pun. Daniel tersadar, mengembangkan senyum tipis. Beberapa waktu lalu, Daniel sempat mendengar suara Gauri lewat sambungan telepon, hatinya sangat bergetar, kerinduan pun langsung menyergap hatinya. Tetapi, sekarang ketika bertemu, Daniel biasa-biasa saja perasaannya. Jangankan kerinduan, hatinya bergetar juga tidak. "Tentu saja aku masih ingat." Tidak berlangsung lama, Bi Rusmi datang membawa tiga cangkir hangat, diletakkan di hadapan kedua tamunya juga di hadapan Daniel. "Kamu apa kabar, Gauri?" Daniel berusaha menyikapi sikapnya. Dia harus bisa menghalau rasa terkejut meli

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 362. Disita

    "Enggak ...." Tentu saja ibu Ros berkilah akan tuduhan Bianca. "Enggak minta uang. Tante juga tau diri, Bianca. Sekarang kan Nida bukan menantu Tante lagi," sambung ibu Ros tersenyum kaku. Bianca tak sepenuhnya percaya. Dulu, Nida pernah bercerita jika mertuanya selalu minta uang. "Masa? Sukurlah kalau Tante tau diri. Lah terus, ngapain Tante pengen ketemu sama Nida?" Bianca penasaran. Bertanya lagi tentang alasan ibu Ros yang tiba-tiba datang ke kantor. Ibu Ros sempat salah tingkah namun ia berusaha menguasai dirinya agar tidak terlihat gugup di depan Bianca yang tak lain saudara Nida. "Tante pengen ketemu dia mau nanyain kapan jadwal sidang perceraiannya. Tante mau datang," ujar ibu Ros tersenyum kaku. "Kenapa nanyainnya ke Nida? Kenapa enggak tanya sama anak Tante yang tukang selingkuh itu?" sindir Bianca yang tak ingin pergi meninggalkan ibu Ros. Dari dulu, Bianca tak suka dengan wanita yang telah melahirkan Hanif. Bianca masih ingat betul saat dirinya berkunjung ke rumah Nid

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 361. Minta Uang?

    "Apa? Mama enggak punya uang? Aku enggak percaya!" tandas Hanifa pada wanita yang telah melahirkannya. Ibu Ros tampak tak peduli, apakah Hanifa akan percaya padanya atau tidak? Ia juga tidak mau dipusingkan dengan urusan kebutuhan rumah tangga kedua anaknya. Selama ini, ibu Ros memang terlalu memanjakan Hanifa dan Haifa. Membiarkan mereka tinggal satu atap tanpa menyuruh suami-suami mereka mencari tempat tinggal lainnya. "Kalau kamu enggak percaya, ya sudah. Mama juga enggak maksa kamu buat percaya pada Mama," kata ibu Ros berusaha bersikap sesantai mungkin. Mendengar ucapan sang mama, Hanifa semakin emosi dan geram. Ia lantas membuka kembali lemari pakaian ibu Ros. Mengobrak-abrik pakaian yang sudah tersusun rapi. "Nifa, apa yang kamu lakukan? Kenapa pakaian Mama kamu obrak-abrik? Berhenti, Nifaaa! Berhentiiiii!" teriak ibu Ros. Amarahnya yang ditahan, keluar juga. Ia menarik kasar lengan anak keduanya agar menjauh dari lemari pakaian. Hanifa geram, wajahnya memerah karena marah."

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 360. Tidak Punya

    "Argh, sial! Sial! Sial!" maki Hanifa di dalam kamar setelah Nida mematikan sambungan telepon. Hanifa sengaja menghubungi Nida setelah suaminya berangkat kerja. Hanifa benar-benar tak menyangka jika Nida tidak memberikan pinjaman uang lagi padanya. Ditambah Nida langsung mematikan sambungan telepon tanpa ingin mendengarkan tanggapannya. Penuh emosi, Hanifa mengetik pesan untuk mantak kakak iparnya itu. "Mbak jangan sombong! Enggak usah sok mengikhlaskan uang pinjamanku. Kalau suamiku udah gajian, aku akan bayar utang Mbak itu!"Setelah mengirim pesan yang ceklisnya belum berubah, Hanifa keluar kamar. "Mama! Maaaa ... Mama!" Teriakan Hanifa membuat adiknya keluar kamar, berjalan cepat menghampiri. "Ada apa, Mbak? Pagi-pagi udah teriak?" tegur Haifa menatap lekat kakak kandungnya. "Anak-anak udah kamu anterin ke sekolah?""Udah. Dede Haris ada di kamarku. Lagi main sama Rafa. Mbak Nifa kenapa?" tanya Haifa yang tak mengerti dengan sikap Hanifa. Pagi-pagi udah marah-marah. "Mbak be

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 359. Bukan Adik Ipar

    "Ya udah, kamu coba aja telepon mbak Nida. Selama ini kan dia selalu kasih pinjaman walaupun kita enggak pernah bayar," titah Tedi, suami Hanifa. Namun, Hanifa tampak berpikir. Tidak mungkin ia menghubungi Nida malam ini."Mas, besok pagi aja, ya? Soalnya sekarang udah malam. Takut nanti enggak diangkat teleponnya," kilah Hanifa beralasan tak enak hati padahal ia tak mau kalau suaminya tahu jumlah uang yang akan diberikan Nida. "Memangnya besok kamu punya uang? Aku enggak punya uang lagi. Di kantor aja aku minta traktir makan teman terus."Sungguh bohong. Mana ada teman yang mau traktir orang hampir tiap hari? Sebetulnya Tedi punya uang tapi ia akan gunakan untuk berjudi lagi. Lelaki itu masih penasaran dapat menang banyak. "Beruntung kamu, Mas. Punya teman yang baik, yang mau traktir kamu tiap hari," kata Hanifa menimpali kebohongan sang suami. "Emang mamamu enggak punya uang lagi? Biasanya dia banyak uangnya."Setahu Tedi, Hanifa dan Haifa selalu minta uang pada ibu Ros. "Sekara

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 358. Tidak Tahu Malu

    "Mbak, duit lima ratus ribu cukup buat beli apa? Gila aja!"Bukannya berterima kasih, Hanifa justru marah-marah. Friska yang mendengar ucapan Hanifa menghela napas berat. Pikirnya, ibu dan anak sama saja! Ibu Ros juga demikian. Friska teringat pada Nida sewaktu menjadi menantu ibu Ros dan kakak ipar Hanifa. Apa Nida juga mengalami hal yang dialaminya?"Kamu bilang cukup buat beli apa? cukup buat beli beras 10 kilo, cukup buat beli telor 10 kilo, cukup buat---""Udah, udah, jangan berisik! Kalau enggak mau nambahin uangnya, enggak usah ceramah! Tau gini, mending mas Hanif masih sama Mbak Nida. Mbak Nida itu baik orangnya. Selalu ngasih kami uang sesuai yang kami minta!" omel Hanifa tak tahu diri. Friska terkejut mendengar Hanifa membandingkan dirinya dengan mantan istri sang suami. Hanif pun terkejut karena Friska menyebut nama Nida di depan Friska apalagi sampai membandingkan. Amarah dalam diri Friska tak dapat dibendung lagi, ia pun membalas ucapan Hanifa. "Eh, seenaknya aja kamu ng

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 357. Kasih Pinjaman

    "Lima juta kamu bilang cuma?" tanya Hanif setengah tidak percaya adiknya berbicara demikian. Selama ini Hanif tipikal orang yang berhemat. "Iyalah, Mas. Uang Mas Hanif lebih dari segitu. Apalah arti uang lima juta buat Mas Hanif dan Mbak Friska," ucap Hanifa tanpa beban. Hanif menghela napas berat, memijat pelipis. Hanifa tidak tahu saja kalau dirinya tidak punya tabungan bahkan ketika mendaftarkan proses perceraian harus mencuri uang Friska dari dalam brankas. "Aku enggak ada uang." Hanif berbicara datar. Mendengar jawaban kakaknya, Hanifa mendengus kesal. Ternyata benar kata ibu Ros kalau Hanif orangnya pelit. "Mas Hanif aku mohon. Suamiku belum gajian. Nanti uangnya aku ganti kok kalau mas Tedi udah gajian. Aku mohon, Mas ...." Hanifa tak mungkin menyerah. Malam ini juga dia harus mendapatkan uang untuk anak-anak besok. Meski dirinya tak ada uang, tetapi Hanif tak tega mendengar adiknya memohon seperti itu. Selama ini, Hanifa maupun Haifa tidak pernah meminta uang padanya. Tanp

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 356. Lima Juta

    Di mata Rangga, Haifa wanita bodoh dan mudah dibohongi. Bukan satu dua kali Rangga ketahuan selingkuh tetapi dengan mulut manisnya, Rangga dapat meyakinkan Haifa jika dirinya tidak akan mengulangi bahkan Rangga sering berjanji akan membuat rumah tangganya jauh lebih baik dan memiliki perekonomian yang mencukupi. "Ya udah, Mas. Sekarang kamu mandi. Kamu tadi beli nasi kan?""Beli dong. Aku tadi beli pecel lele. Lelenya dibagi dua aja ya sama anak kita. Kamu jangan makan banyak kalau malam. Aku enggak mau kalau kamu sampe gendut," ujar Rangga mengedipkan sebelah mata. Sontak, Haifa tersipu malu, menganggukkan kepala, mengiyakan kemodusan suaminya. Di kamar lain, Hanifa pun sedang berbincang dengan sang suami, Tedi namanya. "Jadi Mamamu udah tau sertifikatnya kita gadai ke Bank?" tanya Tedi, usai Hanifa bercerita tentang kejadian tadi siang. Hanifa tampak santai. Sebatang rokok terselip di antara ruas jarinya. "Iya. Dia baru sadar, hehehe ...."Hanifa mengembuskan asap rokok ke wajah

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 355. Dibodohi

    "Biasa aja kali, Ma. Enggak usah kaget gitu," kata Hanifa santai. Mereka berdua tidak merasa bersalah sedikit pun. Aneh juga, kenapa Hanifa dan Haifa bisa membawa sertifikat itu ke Bank tanpa sepengetahuan ibu Ros?"Kamu bilang enggak usah kaget??" desis ibu Ros berusaha menahan emosi. Biar bagaimana pun ia tak mau cucu-cucunya mendengar keributan ini. "Udah deh, Ma. Lagipula semuanya udah ada di Bank. Mau gimana lagi? Ya kami bisa saja menebusnya tapi Mama punya enggak uang buat nebusnya?"Tanpa rasa bersalah dan rasa penyesalan, Haifa bertanya demikian. Hanifa yang mendengar ucapan sang adik, menyunggingkan senyum mengejek. "Kurang ajar! Kalian anak kurang ajar! Uangnya kalian pake buat apa? Semua keperluan dan kebutuhan rumah ini kan pake uang Mama. Bahkan kalian juga sering minta uang ke Mama. Terus, uang pinjaman dari Bank itu digunakan buat apa? Buat apaaaa?" Sangat kesal ibu Ros berkata. Wajahnya memerah karena emosi yang sudah menguasai diri. Hanifa dan Haifa terdiam sesa

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 354. Di Bank

    Kedua mata ibu Ros membeliak dibentak anak keduanya yakni Hanifa. Sorot mata Hanifa yang tajam dibalas serupa oleh wanita yang telah melahirkannya. "Durhaka kamu, Nifa!" balas ibu Ros tak kalah tinggi intonasi suaranya. "Berani sekali kamu ngebentak Mama? Marahin Mama! Kamu pikir ini rumah siapa, heuh? Ini rumah Mama!" tandas ibu Ros yang tak mau terlihat lemah di depan Hanifa. Anak kandungnya mencebik, melipat kedua tangan di depan dada. "Nanti juga akan menjadi milikku dan Haifa kalau Mama udah mati," timpal Hanifa tersenyum miring. "Apa kamu bilang?" Lagi, emosi ibu Ros semakin meluap. "Kamu bilang aku mati?" ulang ibu Ros, meyakinkan yang didengarnya. "Ini apaan sih? Siang-siang malah ribut?"Tiba-tiba dari arah belakang Hanifa, terdengar suara adiknya yang baru keluar dari kamar sambil menguap. Menghampiri mereka. "Mama nih, siang begini malah nangis sambil teriak. Kan berisik," jawab Hanifa memutar bola mata malas. "Ck, kebiasaan nih Mama. Udahlah, jangan diladenin. Harap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status