Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 107B. Wanita Masa Lalu

Share

Bab 107B. Wanita Masa Lalu

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-21 10:00:13

Saat di depan pintu, Bianca urung mengetuk pintu. Ia tahu, ada papahnya di dalam. Bianca menghela napas berat, lalu membalikkan badan. Lebih baik Bianca menunggu papahnya keluar kamar dulu.

Di dalam kamar, Daniel meminta maaf berulang kali pada Namira. Wanita yang tengah mengandung b3nihnya.

"Udah, Mas Ayang ... udah aku maafin. Aku juga udah enggak demam lagi. Tadi dokter kasih aku obat demam yang aman buat ibu hamil," kata Namira. Suaranya terdengar lemah. Tidak riang seperti biasanya.

"Sayang, aku minta maaf bukan enggak mau menerima saran darimu tapi ... tapi aku gak bisa membiarkan kej4hatan yang dilakukan Gita pada Nida, enggak mendapatkan balasan yang setimpal. Sayang, aku mohon ... kamu enggak perlu ikut memikirkan masalah ini. Masalah hubungan Evan dan Bianca, aku bisa pastikan mereka enggak akan terpisahkan. Misalnya nanti Gita menyuruh Evan menjauhi Bianca, aku yang akan melindunginya. Sayang, kamu harus tenang, ya? Kamu ... kamu harus sembuh lagi."

Segaris senyum meling
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 108A. Mencabut Kasus

    Sungguh, Daniel tak menyangka jika orang-orang yang pernah hadir di masa lalu, kini Allah datangkan kembali. Pertama Nida, sekarang Gauri. Wanita yang dulu pernah dicintai Daniel namun ditentang Gragastara hanya karena ia berasal dari keluarga biasa. Bukan anak seorang pengusaha atau anak pejabat atau anak dari keluarga kaya raya. "Aku Gauri, Daniel," sambung Gauri melihat Daniel tak mengeluarkan sepatah kata pun. Daniel tersadar, mengembangkan senyum tipis. Beberapa waktu lalu, Daniel sempat mendengar suara Gauri lewat sambungan telepon, hatinya sangat bergetar, kerinduan pun langsung menyergap hatinya. Tetapi, sekarang ketika bertemu, Daniel biasa-biasa saja perasaannya. Jangankan kerinduan, hatinya bergetar juga tidak. "Tentu saja aku masih ingat." Tidak berlangsung lama, Bi Rusmi datang membawa tiga cangkir hangat, diletakkan di hadapan kedua tamunya juga di hadapan Daniel. "Kamu apa kabar, Gauri?" Daniel berusaha menyikapi sikapnya. Dia harus bisa menghalau rasa terkejut meli

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 108B. Siapa Namanya?

    Daniel harus tegas. Dia tidak boleh lemah meski di hadapan Gauri sekalipun. Gauri menghela napas panjang. Ternyata membujuk Daniel tidak semudah yang dikira Gauri. Dulu, Daniel selalu mengabulkan apapun yang minta Gauri. Tapi, sekarang?"Ya udah enggak apa-apa. Aku cukup mengerti. Maaf, aku ganggu waktu istirahatmu."Daniel tak tega ketika melihat tetesan air mata yang membasahi wajah Gauri. Kenangan masa lalunya sewaktu bersama Gauri kembali melintas. Daniel adalah lelaki yang sering kali menyeka lelehan air mata Gauri. Tetapi kini, hal itu tidak mungkin Daniel lakukan. Gauri memberi isyarat pada Tina agar membantunya duduk di atas kursi roda. "Gauri, tunggu!"Gauri dan Tina menoleh. Mereka berdua berharap kalau Daniel mau mencabut kasus Hesti. "Apalagi, Dan?""Kalian ke sini naik apa? Maksudku ... apa kalian bawa mobil sendiri?" Daniel bertanya menatap Gauri dan Tina bergantian. "Kami naik grab, Pak." Kali ini Tina yang menjawab. "Kalau begitu, biar aku anterin sekalian aku peng

    Last Updated : 2025-01-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 109A. Jangan Marahin!

    Pertanyaan Namira membuat Daniel bingung dan tercengang. Dia tidak ingin menyebut nama Gauri karena sekarang Namira sudah tahu kalau dulu Daniel pernah mencintainya. "Mas?" panggilan Namira membuat Daniel terkejut. "Iya, Sayang. Aku tinggal sebentar aja. Nanti pulangnya aku beliin sesuatu. Atau kamu mau nitip?" Daniel sengaja mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin menyakiti hati Namira. Istrinya sekarang sedang tidak enak badan, lagi banyak pikiran. Namira menarik napas panjang. Ia mencoba mengerti. Tidak ingin memaksa suaminya mengatakan siapa dia itu?"Enggak. Aku gak nitip apa-apa. Takut mual lagi. Aku mau tidur lagi. Kamu kalau mau nganterin si dia, ya udah sana. Hati-hati."Namira sedang tidak ingin merajuk atau memaksa. Ia berbaring kembali, menarik selimut sebatas d4da, lalu pura-pura memejamkan kedua mata. Namira tidak ingin memikirkan yang tak patut dipikirkan. Ia harus bisa menjaga kesehatannya. Harus bisa menjaga calon bayinya. Daniel merunduk. Ada rasa bersalah dalam

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 109B. Berpikir Positif

    Sampai di rumah Gauri, Daniel membantu wanita itu keluar dari mobil, duduk di atas kursi roda. "Biar saya saja yang mendorong kursi rodanya, Tina." Daniel menghalau tangan Tina yang hendak menyentuh kursi roda. "Dan, jangan begini. Aku gak mau repotin kamu," ujar Gauri mendongak, menatap lelaki yang masih terlihat ketampanannya. "Enggak apa-apa. Aku enggak ngerasa direpotin."Daniel mendorong kursi roda yang ditempati Gauri. Setelah kursi roda itu masuk ke dalam rumah. Daniel dipersilakan duduk di sofa sederhana."Mohon maaf kalau kamu merasa kepanasan di rumah ini," ucap Gauri pada lelaki yang telah lama baru ia jumpai lagi. "Enggak apa-apa." Tidak berselang lama, Tina datang membawa segelas air putih, diletakkan di hadapan Daniel. "Silakan diminum airnya, Pak." Tina mempersilakan dengan sopan. Daniel menganggukkan kepala, mengangkat gelas itu lalu menyesap airnya. "Jadi selama ini kamu tinggal di sini?" tanya Daniel, setelah meletakkan gelas ke tempat semula."Enggak selama i

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 110. Penjelasan

    "Mau makan malam dulu gak, Mas?" tanya Namira saat mereka masuk ke dalam kamar. Daniel melepaskan kancing kemeja. "Nanti, aku mau mandi dulu," jawab Daniel, raut wajahnya masih datar. Namira berpikir, mungkin Daniel masih kesal karena mereka sempat berselisih paham. Daniel masuk ke dalam toilet. Sedangkan Namira membawa pakaian kotor suaminya keluar kamar, menuju mesin cuci. "Mih, Papah mana?" Tanpa disadari Namira, Bianca sudah berdiri di belakangnya. "Ya Allah, Bi ... ngagetin aja kamu. Papahmu lagi mandi.""Oh ... Mamih gak ngajakin Papah makan dulu?""Enggak. Dia bilang mau mandi dulu. Ngapain sih kamu tanya-tanya gitu? Kayak wartawan aja banyak tanya, Nida mana?" Namira mengitari sekeliling, mencari keberadaan Nida. Padahal dia tidak ingin membahas masalah suaminya. Sebagai seorang istri, Namira juga memiliki firasat kalau suaminya sedang menyembunyikan sesuatu. Terutama menyembunyikan si dia. "Di kamarnya kali.""Oh. Kamu gak belajar? Biasanya belajar terus?" tanya Namira

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 111A. Bagai Memarahi Anak

    "Kenpa tadi gak langsung jawab?" tanya Namira melepaskan pelukan, menyeka lelehan air matanya. Seharian ini, terlalu sering Namira menangis. Kalau tidak ingin bayi yang dikandungnya, dia akan terus-menerus menangis, enggan keluar kamar, menemui Bianca dan juga Nida. "Aku takut kamu jadi kepikiran," jawab Daniel membelai pipi istrinya. "Justru kamu kayak tadi, yang bikin aku kepikiran." kata Namira cemberut. Daniel kembali memeluk tubuh Namira, meng3cup puncak kepala berulang kali. "Iya, Sayang. Aku minta maaf. Aku udah salah. Aku benar-benar minta maaf," ucap Daniel menyesali yang telah dilakukannya. "Kamu udah makan belum?" Daniel melepaskan pelukan, menatap wajah istrinya yang sendu. Namira menggeleng lemah. "Ya Allah, Sayang ... kenapa gak makan duluan? Ini udah jam berapa?" Daniel melirik jam dinding kamar. "Aduh, udah mau jam sembilan malam," sambung Daniel cemas. "Aku pengen makan sama Mas Ayang ...." rengek Namira, meletakkan kepalanya pada dada bidang Daniel. Hati Danie

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 111B. Sepiring Berdua

    "Papah minta maaf, Bi. Tadi Papah sempat selisih pendapat sama mamihmu. Mungkin itu yang bikin Papah marahin dia. Oke, Papah emang salah. Enggak seharusnya Papah kayak gitu. Papah benar-benar menyesal," ungkap Daniel baru kali ini merendahkan diri di depan anak kandungnya. Mau bagaimana lagi, Daniel memang salah. Saran yang disampaikan Namira tidak salah, hanya tidak disetujui Daniel. Mereka hanya berselisih paham, dalam rumah tangga, bukankah suatu hal yang wajar? "Papah gak perlu minta maaf sama aku. Minta maaf sama Mamih. Benar-benar minta maaf dan nyesel udah kayak gitu," titah Bianca penuh emosi. Meski Namira ibu sambungnya, tapi ia suka Daniel memarahi. Namira tidak hanya sebagai ibu sambung tapi sahabat karibnya sejak dulu. Maka tak heran jika Bianca sangat menyayangi dan mengerti perilaku Namira. "Iya, Bi. Tadi Papah udah minta maaf sama Mamihmu. Sekarang Papah mau nyendokin nasi buat dia. Mamih kamu pengen makan malam di kamar." "Oh ya udah. Aku juga mau masuk kamar lag

    Last Updated : 2025-01-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 112A. Teringat

    Sampai malam hari, Gauri selalu terbayang-bayang seraut wajah tampan Daniel yang baru dijumpainya setelah bertahun-tahun lamanya berpisah. Rasa rindu yang sebelumnya sempat hilang, kini justru hadir kembali, memenuhi benak seorang wanita yang duduk di atas kursi roda. "Bu, Ibu belum tidur?" sapaan Ferry tak dihiraukan Gauri. Sedari tadi, Wanita itu sengaja membuka jendela kamarnya, memandang langit yang ditaburi bintang, bibirnya melengkung senyum, mengingat masa lalu bersama lelaki bernama Daniel Bragastara. "Bu, Ibu?" Ferry menggoyangkan lengan Gauri. Wanita itu tersentak kaget, kedua matanya membeliak karena terkejut. "Eh, kamu, Nak. Ngagetin Ibu saja. Ada apa?" tanya Gauri mengelus d4danya. Ferry menggelengkan kepala, duduk di ujung meja yang dekat jendela kamar Gauri. "Udah jam sembilan malam, kenapa Ibu belum tidur? Ini juga jendela, kenapa pula dibuka?" Ferry menutup jendela kamar ibunya, mengunci. Lalu, mendorong kursi roda Gauri, memapah, berbaring di atas tempat tidur.

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 221. Gara-gara Kamu!

    "Dari tadi aku teleponin enggak aktif nomornya, Bang."Alea semakin mencemaskan keadaan kakaknya. Dia tidak tahu lagi kemana mencari keberadaan Axel. "Lea, coba kamu tanya ke temen-temennya. Barang kali aja mereka ada yang tau. Sekarang Abang enggak bisa bantu nyariin Axel. Kamu lihat sendiri, pengunjung lagi banyak.""Iya, Bang. Enggak apa-apa. Ya udah deh, aku pamit dulu."Alea membalikkan badan, menghampiri Nida yang duduk di salah satu kursi cafe. "Tante, Kak Axel enggak ada di sini," ujar Alea menunjukkan raut wajah lesu. "Kemana?""Enggak tau. Handphone-nya juga enggak aktif.""Coba kamu tanyain ke teman-temannya. Kali aja ada yang tau."Nida memberi saran sebab ia juga tidak tahu tempat yang biasa Axel kunjungi. Tempat tongkrongannya. "Aku enggak punya nomor teman-teman Axel," jawab Alea cemberut. Pikirannya mengingat tempat yang biasa Axel kunjungi selain cafe. "Alea, mungkin enggak, kalau Axel udah kembali pulang ke rumah?"Alea mendongak, menatap lekat Nida. "Benar jug

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 220. Kemana Perginya?

    Ibu Ros sangat geram mendengar jawaban anak sulungnya. Tidak menyangka jika Hanif membantah perintahnya. Selama ini, Hanif selalu mengabulkan segala perintah ibu Ros. Tapi sekarang, dengan berani Hanif menolak?"Berani sekali kamu nolak perintah Mama, Hanif?" sentak ibu Ros masih tak terima dengan jawaban Hanif. "Ma, kalau Mama minta uang, minta ini dan itu, aku pasti kabulin. Tapi kalau minta aku nikah lagi atau ceraikan Nida, aku minta maaf, Ma. Aku enggak akan pernah mengabulkannya!" Hanif masih dalam pendiriannya. Tidak akan pernah menceraikan Nida walau ibu Ros sendiri yang mendesak. "Hanif, Nida udah izinin kamu. Dia izinin kamu nikah tapi---""Tapi, aku harus menceraikannya dulu 'kan?" sela Hanif sebelum ibu Ros menyelesaikan ucapannya. "Enggak, Ma. Aku enggak akan menceraikannya."Tanpa berkata apa-apa lagi, Hanif beranjak, meninggalkan wanita yang telah melahirkannya. Ia tak mau berdebat lebih lama lagi. Hanif takut semakin tersulut emosi. Walau bagaimana pun, ibu Ros adal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 219. Menolak

    "Maaf, Tante. Teleponnya nanti lagi, ya? Guruku udah datang. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam."Untung saja guru Kimia datang ke kelas Alea. Kalau tidak? Alea bingung menjawab pertanyaan Nida. Usai menelepon Alea, Nida bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Setelah menemani Shella bertemu dengan klien, Nida berencana akan ke sekolah si kembar. Ingin memastikan apakah Axel masuk sekolah atau tidak? Biar bagaimana pun, Nida lah yang memberitahu tentang kebenaran kedua orang tua Axel dan Alea. Hingga akhirnya sekarang Axel kabur dari rumah. Tiba-tiba Nida teringat Bianca. Apa Bianca akan marah padanya? Tadi sewaktu melewati ruangan Bianca, tampak sepi. Apa mungkin Bianca tidak masuk kantor?*** "Hanif, kamu udah pulang, Nak?" tanya ibu Ros ketika anak kandungnya berdiri di depan pintu rumah. Ia mencium punggung tangan ibu Ros meski sempat kecewa dengan wanita yang telah melahirkannya itu. "Udah, Ma. Aku mau ke kamar dulu," seloroh Hanif yang berusaha menghindar ibu Ros. Ia takut kala

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 218. Tinggal Di Mana?

    Semenjak kejadian kemarin, rumah Bragastara terasa sepi. Tidak ada lagi keributan antara Axel dan Alea. Bianca tak sanggup jika di rumah terus, mengingat kemarahan Axel padanya. Axel yang selama ini dianggap adik sendiri, kini amat sangat kecewa padanya. "Kamu mau ke kantor?" tanya Evan setelah mengenakan jas. Evan pun sudah memutuskan berangkat ke kantor meski kondisi kesehatannya belum terlalu pulih. "Iya. Aku mau ke kantor saja. Di rumah sepi. Enggak ada anak-anak." Jawaban Bianca membuat kedua pundak Evan menurun. "Bi, berhentilah menganggap mereka anakmu. Axel dan Alea itu adik-adikmu," tandas Evan, sangat kesal setiap kali Bianca ingin dianggap orang tua oleh mereka. "Apa salahnya kalau aku ingin dianggap mamanya? Apa ada yang salah?" tuntut Bianca menatap penuh emosi suaminya. "Enggak salah kalau dari awal kamu bilang yang sebenarnya, Bi ... sekarang lihat mereka. Akibat keputusanmu, Axel membencimu. Apa kamu enggak sadar juga?"Emosi dalam diri Evan sudah tidak dapat dik

  • Benih Papa Sahabatku   Bbab 217. Cuma Kamu

    "Udah gila ibunya si Hanif. Enak bener dia bilang gitu. Terus kamu bilang apa? Ngizinin Hanif nikah lagi? Mau kamu dipoligami?"Shella tersulut emosi. Sejak dulu, Shella sudah sangat geram melihat tingkah laku keluarga Hanif. Mereka semua benalu dan penjilat. Sering kali meminta uang pada Nida. "Enggaklah, Ma. Aku minta diceraikan kalau Mas Hanif mau poligami. Aku sadar diri, bukan wanita yang ikhlas dan penyabar. Enggak sanggup kalau harus berbagi suami dengan wanita lain." Masih dengan sikap santai, Nida menjawab pertanyaan ibu sambungnya. Shella begitu miris mendengar cerita yang disampaikan Nida. Kasihan Nida. Semasa hidupnya selalu saja ada masalah yang dihadapi."Tapi, Nida ... Kayaknya Hanif enggak mungkin menceraikanmu. Dia sangat mencintaimu. Mama yakin itu."Sebisa mungkin, Shella menghibur Nida. Dibalik sikap tenang dan santainya, Shella yakin sebetulnya Nida pun bersedih. Nida tersenyum miring mendengar tanggapan Shella. "Kalau mamanya yang minta, ada kemungkinan Mas H

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 216. Izin Nikah Lagi

    "Sudahlah, Ma. Jangan ngomong macam-macam. Aku enggak mungkin menceraikan dia!"Senyum yang sebelumnya terlihat di wajah ibu Ros, seketika lenyap. "Hanif, mau sampai kapan kamu enggak punya anak? Dia itu mandul! Keturunan mandul, Hanif!"Ibu Ros tersulut emosi. Tak menyangka jika anak sulungnya berani melawan perintah padahal sebelumnya tidak pernah."Aku enggak peduli, Ma. Nida mandul atau tidak, aku enggak akan ceraikan dia. Aku sayang Nida, Maaaa ... aku cinta dia ...."Memang, Hanif begitu mencintai Nida. Sejak dulu hingga sekarang cintanya tak pernah berubah. "Halah, cinta, sayang! Kamu itu buta, Hanif! Umurmu udah tua. Tapi, sampai sekarang belum juga punya anak. Kalau kamu udah tua nanti, udah enggak bisa beraktivitas lagi, siapa yang akan menyayangimu? Kamu lihat, Nida. Dia masih muda. Mama yakin, kalau kamu udah sakit-sakitan pasti dia ninggalin kamu! Kalau dia ninggalin kamu, kamu mau sama siapa? Anak enggak punya!"Hanif memejamkan kedua mata, memijat pelipis. Tidak perna

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 215. Ceraikan Dia!

    "Apa hubungannya?" Bukannya menjawab, Axel justru balik tanya. Alea manyun, memukul bahu kakaknya. "Pulang ke rumah lagi, Kak. Kasihan mama tau! Nangis terus." Alea mengingat kembali kesedihan yang dialami Bianca. Axel bersikap santai, pandangannya lurus ke depan. "Aku masuk kelas dulu!" Tanpa menanggapi ucapan adiknya, Axel masuk ke dalam kelas. Alea benar-benar dibuat kesal. Rencana mengajak Axel kembali ke rumah gagal lagi. *** "Jam segini baru bangun! Pantas saja asam lambung Hanif sering kumat! Istrinya saja malas menyiapkan sarapan," celetuk ibu Ros saat Nida baru datang ke ruang meja makan. Ibu Ros yang tengah sarapan roti tawar, melirik Nida yang mengacuhkan. "Kamu dengar Mama enggak, Nida?" Sentak ibu Ros. Kedua mata seperti hendak melompat. Amarah terlihat jelas dari raut wajah. "Denger," sahut Nida cuek. Melihat sikap menantunya seperti itu, Ibu Ros semakin marah dan membenci. "Kalau kamu denger, harusnya bangun pagi! Siapin sarapan!" Lagi, Nida te

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 214. Mau Pulang Enggak?

    "Enggak. Mami enggak melakukan kesalahan apapun, Lea. Mami orang yang baik. Namira sahabatku, ibu sambungku yang paling baik bahkan kebaikannya melebihi ibuku sendiri." Bianca langsung menyanggah pertanyaan Alea. Gadis itu tertunduk sesaat, menghela napas berat. "Lalu, kenapa Mama merahasiakan mereka adalah orang tua kandungku?" Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Alea membuat Bianca tersentak. Kedua matanya membeliak lalu sikap berubah salah tingkah. "Bu-bukan maksud ingin merahasiakan ta-tapi ...."Tak sanggup, Bianca meneruskan kalimat. Teringat kekurangan dalam diri bahwa sebetulnya Bianca tak bisa memberikan keturunan untuk Evan karena ia telah divonis mandul oleh dokter. "Ya udah, Ma. Enggak usah diucapkan kalau memang alasannya akan menyakitiku atau menyakiti hati Mama lagi."Alea mencoba berpikir bijak. Tak ingin wanita yang telah merawatnya penuh kasih sayang itu bersedih dan menangis lagi. "Bukan begitu, Lea. Ma-Mama ....""Kenapa kamu masih saja menyebut diri

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 213. Kesalahan

    Alea terdiam, tidak langsung menanggapi rintihan wanita yang selama ini telah dianggap ibu kandungnya sendiri. "Ma, sudah, Ma ... jangan nangis ya? Seharian ini Mama nangis terus. Nanti Mama sakit ...." ucap Alea berusaha menenangkan Bianca. Istri Evan itu menggelengkan kepala berulang kali. Sekarang Bianca telah menyesal karena telah membohongi kedua adiknya belasan tahun lamanya. Selama ini, Bianca dan Evan selalu menanamkan sifat jujur pada si kembar. Namun, dia sendiri yang tidak jujur pada mereka. Bianca merasa sangat jahat pada Axel dan Alea. Bianca meraih salah satu telapak tangan Alea, menggenggamnya erat. "Alea, maafkan Mama, Nak ... maafin Mama ... Mama udah jahat sama kamu. Udah bohongi kamu dan Axel. Maafin Mama, Lea ...." Sangat sungguh-sungguh Bianca mengucapkan kata maaf. Tampaknya Bianca sangat menyesal dan bersedih karena telah merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Jangan minta maaf terus, Ma ... Aku dan Kak Axel udah maafin Mama. Udah ya, Ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status