Bab 90. Restu Dari Alina
============
“Sebelum ayah saya meninggal, beliau berpesan agar kelak saya mewariskan perusahaan itu bukan kepada orang luar garis keturunan kami. Itu artinya dia ingin tetap dipegang oleh keluarga, bukan? Itu sebab saya memilih Sonya menjadi istri Deva. Kamu paham maksud saya, bukan?” Alina menegaskan.
“Paham, Bu. Sangat paham.” Alisya menjawab dengan mantap.
“Bagus. Kamu memang wanita yang sangat baik.”
“Saya akan penuhi keinginan Ibu.&rdquo
Bab 91. Sentuhan Deva=====“Peluk Ibu, Alisya!”Wanita penuh kharisma itu menatap Alisya lembut. Sorot mata yang semula tajam berubah memelas.“Ibu Alina gak apa-apa? Suster! Tolong periksa Bu Alina!” Alisya semakin panik.“Ibu baik-baik saja, Mbak!” Perawat baru itu meyakinkan Alisya.“Maafkan ibu yang sempat menyakiti hatimu, Nak! Maaf karena sempat merendahkanmu!”
Bab 92. Ancaman Sonya Usai Sidang============Alisya membisu. Wanita itu sibuk menata hatinya yang kian tak karuan saat jemari Deva menyentuh lembut rambut dan telinganya. Sudah begitu lama Alisya tak merasakan sentuhan tangan pria. Alisya wanita normal. Dia juga tetap merasakan kerinduan akan sentuhan pria. Apalagi Deva telah berhasil menempatkan diri di posisi yang begitu istimewa di relung hatinya. Sentuhan jemari pria itu mencipta hasrat yang menggelora di seluruh tubuhnya.“Kamu kenapa gemetaran begini?” Deva pura-pura tak paham, menatap dengan senyum samar.
Bab 93. Selingkuh Dalam Khayalan 1======Di kediaman Ardho, Pengacara AlisyaLelaki itu masih sibuk di ruang kerjanya. Fokus ke layar laptop, berkonsentrasi penuh dengan kasus yang sedang ditanganinya. Kasus Alisya. Seminggu terakhir ini, dia tenggelam dalam pekerjaannya. Tak ada waktu yang tersisa, semua tercurah hanya buat wanita itu saja.Alisya, wanita yang telah menorehkan nama di relung hatinya. Terukir di sana hingga detik ini tak juga sirna. Meski wanita itu
Bab 94. Selingkuh Dalam Khayalan 2==============Bayangan wajah Alisya yang tersenyum menyambut di depan pintu ruang sidang, melintas di benaknya. Ardho berusaha mengusir bayangan Deva yang selalu mendampingi wanita pujaannya itu. Alisya sendiri di sana. Tanpa Deva.Wanita anggun, lemah lembut, berwajah jelita itu menatapnya dengan begitu memelas. Binar harap terpancar di sorot mata teduhnya. Ardho janjikan semua akan baik-baik saja. Sonya akan dihukum seberat-beratnya, sebagai balasan karena telah begitu tega merencanakan pembunuhan atas putrinya.
Bab 95. Penyelidikan Dinda======Ternyata wanita yang menjadi pujaan hati suaminya itu adalah seorang wanita yang sangat sempurna. Tubuh tinggi semampai, kulit putih, rambut ikal sepunggung, bentuk alis, hidung, mata, mulut, bibir, leher, bahu, dada, pinggang, kaki, semuanya begitu profosional. Pesonanya tiada tara. Pantas, suaminya begitu terobsesi.Wanita hamil itu tiada henti menatapnya. Tak ada yang lekang dari perhatiannya. Model rambut, warna gincu, bentuk alis, cara berjalan, cara tersenyum, cara berbicara, lembut suara,&nbs
Bab 96 Mahar Untuk Pernikahan Alisya===============Deva tak menjawab. Pemuda itu fokus ke jalan raya. Tak peduli meski Alisya tengah menungu jawabannya. Alisya harus bersabar. Cinta telah begitu menjeratnya. Cinta yang membelenggu pikiran dan akal sehatnya.Tak akan pernah ada protes darinya, meski seperti apapun watak sang kekasih. Tak ada manusia yang sempurna. Begitupun Deva yang kini menjadi pujaan hatinya. Alisya siap menerima segala kekurangannya. Siap menghadapi watak angkuh, protektif dan diktatornya. AWanita itu yakin, semua akan berubah perlahan,
Bab 97. Rencana Lamaran Deva=====“Mammmma …! Tepon! Mammmmmma tepon!” Rena berlari menghampiri Alisya yang tengah berbincang dengan orang tuanya di halaman belakang.“Iya, Sayang! Makasih!” Alisya menyambut uluran tangan putrinya.“Cama-cama?”Rena berlari kembali ke depan, bocah itu sedang bermain dengan Intan di halaman depan, di hari Sabtu pagi itu.Alisya menatap layar, Deva meneleponnya. Gundah langsung menyer
Bab 98. Permintaan Terakhir Fajar=============“Hallo!” ragu, Alisya mendekatakan benda itu di telinganya.“Sya ….”Alisya terkesiap. Suara Fajar terdengar serak dan berat. Sebenarnya dia sangat enggan mendengar suara laki-laki itu lagi. Tetapi, karena merasa tak enak kepada Intan, dan juga atas dukungan ibunya, Alisya terpaksa mendengarkan suara yang membuatnya muak itu.“Alisya?” Kembali suara serak itu memanggilnya.&ldq