Bab 93. Selingkuh Dalam Khayalan 1
======
Di kediaman Ardho, Pengacara Alisya
Lelaki itu masih sibuk di ruang kerjanya. Fokus ke layar laptop, berkonsentrasi penuh dengan kasus yang sedang ditanganinya. Kasus Alisya. Seminggu terakhir ini, dia tenggelam dalam pekerjaannya. Tak ada waktu yang tersisa, semua tercurah hanya buat wanita itu saja.
Alisya, wanita yang telah menorehkan nama di relung hatinya. Terukir di sana hingga detik ini tak juga sirna. Meski wanita itu
Bab 94. Selingkuh Dalam Khayalan 2==============Bayangan wajah Alisya yang tersenyum menyambut di depan pintu ruang sidang, melintas di benaknya. Ardho berusaha mengusir bayangan Deva yang selalu mendampingi wanita pujaannya itu. Alisya sendiri di sana. Tanpa Deva.Wanita anggun, lemah lembut, berwajah jelita itu menatapnya dengan begitu memelas. Binar harap terpancar di sorot mata teduhnya. Ardho janjikan semua akan baik-baik saja. Sonya akan dihukum seberat-beratnya, sebagai balasan karena telah begitu tega merencanakan pembunuhan atas putrinya.
Bab 95. Penyelidikan Dinda======Ternyata wanita yang menjadi pujaan hati suaminya itu adalah seorang wanita yang sangat sempurna. Tubuh tinggi semampai, kulit putih, rambut ikal sepunggung, bentuk alis, hidung, mata, mulut, bibir, leher, bahu, dada, pinggang, kaki, semuanya begitu profosional. Pesonanya tiada tara. Pantas, suaminya begitu terobsesi.Wanita hamil itu tiada henti menatapnya. Tak ada yang lekang dari perhatiannya. Model rambut, warna gincu, bentuk alis, cara berjalan, cara tersenyum, cara berbicara, lembut suara,&nbs
Bab 96 Mahar Untuk Pernikahan Alisya===============Deva tak menjawab. Pemuda itu fokus ke jalan raya. Tak peduli meski Alisya tengah menungu jawabannya. Alisya harus bersabar. Cinta telah begitu menjeratnya. Cinta yang membelenggu pikiran dan akal sehatnya.Tak akan pernah ada protes darinya, meski seperti apapun watak sang kekasih. Tak ada manusia yang sempurna. Begitupun Deva yang kini menjadi pujaan hatinya. Alisya siap menerima segala kekurangannya. Siap menghadapi watak angkuh, protektif dan diktatornya. AWanita itu yakin, semua akan berubah perlahan,
Bab 97. Rencana Lamaran Deva=====“Mammmma …! Tepon! Mammmmmma tepon!” Rena berlari menghampiri Alisya yang tengah berbincang dengan orang tuanya di halaman belakang.“Iya, Sayang! Makasih!” Alisya menyambut uluran tangan putrinya.“Cama-cama?”Rena berlari kembali ke depan, bocah itu sedang bermain dengan Intan di halaman depan, di hari Sabtu pagi itu.Alisya menatap layar, Deva meneleponnya. Gundah langsung menyer
Bab 98. Permintaan Terakhir Fajar=============“Hallo!” ragu, Alisya mendekatakan benda itu di telinganya.“Sya ….”Alisya terkesiap. Suara Fajar terdengar serak dan berat. Sebenarnya dia sangat enggan mendengar suara laki-laki itu lagi. Tetapi, karena merasa tak enak kepada Intan, dan juga atas dukungan ibunya, Alisya terpaksa mendengarkan suara yang membuatnya muak itu.“Alisya?” Kembali suara serak itu memanggilnya.&ldq
Bab 99. Mantan Mertua Mengacau Acara Lamaran======“Saya tegaskan pada Tante! Saya bukan menantu Anda lagi. Saya bukan sapi perah Anda lagi! Sepertinya Anda begitu berat, ya, kehilangan sapi perahan? Maaf, saya minta Tante keluar dari rumah saya sekarang juga!” Pelan suara Alisya, tetapi begitu tegas.“Apa buktinya kau bukan istri Fajar lagi! Mana surat ceraimu, ha! Selama kau belum memegang surat cerai resmi dari pengadilan, kau tak boleh dilamar oleh siapapun! Lamaran ini batal!” Rahmi berteriak lantang.
Bab 100. Mantan Mertua Menjadi Gila========Dasar perempuan kampung! Hehehehe … Alisya nangis! Fajar …. Alisya nangis, hehehehe …. Kasihan! Makanya! Jangan ngelawan! Emang enak di tampar lakik?”Rahmi benar-benar telah kehilangan kontrol.“Mama! Mama kenapa? Sadar. Dong, Ma! Mama ….” Intan menepuk-nepuk pipi Ibunya. Tangisnya pecah seketika.“Intan, kamu kenapa tertawa. Eh, Fajar tadi ke mana, ya? Fajar! Fajar! Fajar tunggu, Jar! Kau mau ke mana, Nak! Fajar! Jangan bawa anakku! Tolong! Mereka membawa anakku!
Bab 101. Hanya Sentuhan di Wajah=========“Ante Niken, cembunyi ni cini, ya, Ma?” tanya Rena sibuk memeriksa seluruh kamar.“Engak ada, tuh, enggak ada siapa-siapa di sini.” Deva pura-pura ikut mencari.“Kalian main petak umpet sama Tante Niken, ya?” tanya Alisya lega. Kedua bocah ini telah menyelamatkannya kali ini.“Ya, Ma. Tadi sembunyi ke arah sini, ke mana, ya?” jawab Tasya melongokkan kepala ke bawah ranjang.