Bab 100. Mantan Mertua Menjadi Gila
========
Dasar perempuan kampung! Hehehehe … Alisya nangis! Fajar …. Alisya nangis, hehehehe …. Kasihan! Makanya! Jangan ngelawan! Emang enak di tampar lakik?”
Rahmi benar-benar telah kehilangan kontrol.
“Mama! Mama kenapa? Sadar. Dong, Ma! Mama ….” Intan menepuk-nepuk pipi Ibunya. Tangisnya pecah seketika.
“Intan, kamu kenapa tertawa. Eh, Fajar tadi ke mana, ya? Fajar! Fajar! Fajar tunggu, Jar! Kau mau ke mana, Nak! Fajar! Jangan bawa anakku! Tolong! Mereka membawa anakku!
Bab 101. Hanya Sentuhan di Wajah=========“Ante Niken, cembunyi ni cini, ya, Ma?” tanya Rena sibuk memeriksa seluruh kamar.“Engak ada, tuh, enggak ada siapa-siapa di sini.” Deva pura-pura ikut mencari.“Kalian main petak umpet sama Tante Niken, ya?” tanya Alisya lega. Kedua bocah ini telah menyelamatkannya kali ini.“Ya, Ma. Tadi sembunyi ke arah sini, ke mana, ya?” jawab Tasya melongokkan kepala ke bawah ranjang. 
Bab 102. Sentuhan Deva Tumbuhkan Dendam di Hati Ardho=========“Hem, gimana, ya. Aku takut kita melewati batas. Aku takut, kita lupa diri, Mas.”“Aku janji, gak akan meminta lebih. Tak akan meminta yang lain, hanya di wajah saja. Sumpah!”Alisya berdebar lagi. Tatapan mata elang Deva begitu menghiba. Gelisah itu terlihat jelas di sana. Entah apa yang dikhawatirkan pria ini. Sepertinya sesuatu yang begitu menakutinya akan terjadi. Deva begitu gelisah. Alisya tak tega.
Bab. 103. Signal Ancaman Dari Ardho======“Pak Pengacara sudah balik? Begaimana, gak ada masalah, kan?” Ayah Alisya langsung menyambut saat Ardho tiba di ruang keluarga.“Alhamdulillah, semua lancar, Pak. Bu Rahmi terpaksa di rawat di sana,” jawab Ardho sembari meletakkan tubuhnya di sofa yang paling sudut.“Jadi, kira-kira masih ada tidak kasus yang bisa menjerat Alisya, Pak Ardho. Mengingat mantan suaminya itu saat ini berada di dalam penjara. Saya khawatir, begitu keluar dari penjara kelak, dia datang 
Bab 104. Intan Terluka, Dendan Membara==========“Kakak, bisa aja, deh!”“Eh, Bos kamu, Mas Raja, kan? Mas Raja bakal jatuh cinta, nih?”“Kak Alisya, udah, dong, godainnya!”Intan semakin merona. Apa yang dikatakan oleh Alisya benar adanya. Pagi ini Intan sengaja bangun pagi-pagi sekali. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja di kantor Raja. Pria yang sangat dia kagumi. Hampir satu jam dia mempersiapkan penampilan pertamanya ini. Berharap Raja akan menyukai kehadirannya, dan secepatnya bisa membalas rasa yang kian bergejolak di sanubarinya. 
Bab 105. Fitting Baju Pengantin, Deva Digantikan oleh Raja======“Selamat pagi!” Intan berhenti di meja resepsionis.“Pagi, Mbak? Ada yang bisa saya bantu?” Sang Resepsionis menjawab ramah.“Saya Intan, mahasiswa magang di kantor ini. Rekomendasi dan Pak Raja, ruangan Pak Raja di mana, ya?”“Oh, Mbak mau gantiin Mbak Rini, ya? Sekretaris Pak Raja yang udha lama ngajuin resign?”“Masalah itu saya kurang tahu, Mbak. Saya hanay disuruh
Bab 106. Permintaan Intan Pada Sang Pengacara=========“Aku enggak muji, ini memang kenyataan yang aku lihat pada diri Mas Raja. Mas Raja bisa mengalah pada Mas Deva. Bahkan berjuang demi hubungan kami. Itu saja sudah hebat banget.” Alisya menjelaskan.“Itu kulakukan karena aku tahu, kamu pun menyukai dia. Kamu memilih Mas Deva, kan? Andai kamu memilih aku, gak mungkin, aku mau mengalah sama Mas Deva, logikannya, begitu. Betul atau benar?” sahut Raja diiringi canda.“Maaf, ya, Mas!”“Maaf untuk apa?”
Bab 107. Rencana Licik Ardho Menjerat Intan=====“Aku mau Mas Ardho mengambil Alisya dari sisi Mas Deva. Agar Mas Raja berhenti memuja Kak Alisya!”“Serius, Mas! Tolong rebut Kak Alisya dari Mas Deva, terserah bagaimanapun caranya! Bila perlu kita lenyapkan Mas Deva!”“Intan?”“Iya, Mas. Aku serius! Aku mohon!”“Sebentar!” Ardho bangkit lalu berjalan menuju etalase di dekat meja kasir warung kopi itu. Meminta air&nbs
Bab 108. Dikira Selingkuhan Big Bos=========“Jangan, Mas! Tadi itu saya hanya emosi, saya terbakar api cemburu! Tolong jangan diambil hati, Mas! Saya mohon! Jangan tuntut saya, Mas! Jangan lapor kepada Kak Alisya dan Mas Deva, saya mohon!” Intan memucat karena ketajutan.“Kenapa? Kamu takut? Bukankah sangat akan sempurna bila kamu dan Mas Fajarmu itu masuk penjara, dan mama kamu masuk rumah sakit jiwa? Keluarga yang sangat harmonis, bukan?”“Jangan, Mas!”“Kukira kamu berbeda dengan keluargamu yang hancur