Bab 104. Intan Terluka, Dendan Membara
==========
“Kakak, bisa aja, deh!”
“Eh, Bos kamu, Mas Raja, kan? Mas Raja bakal jatuh cinta, nih?”
“Kak Alisya, udah, dong, godainnya!”
Intan semakin merona. Apa yang dikatakan oleh Alisya benar adanya. Pagi ini Intan sengaja bangun pagi-pagi sekali. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja di kantor Raja. Pria yang sangat dia kagumi. Hampir satu jam dia mempersiapkan penampilan pertamanya ini. Berharap Raja akan menyukai kehadirannya, dan secepatnya bisa membalas rasa yang kian bergejolak di sanubarinya.
 
Bab 105. Fitting Baju Pengantin, Deva Digantikan oleh Raja======“Selamat pagi!” Intan berhenti di meja resepsionis.“Pagi, Mbak? Ada yang bisa saya bantu?” Sang Resepsionis menjawab ramah.“Saya Intan, mahasiswa magang di kantor ini. Rekomendasi dan Pak Raja, ruangan Pak Raja di mana, ya?”“Oh, Mbak mau gantiin Mbak Rini, ya? Sekretaris Pak Raja yang udha lama ngajuin resign?”“Masalah itu saya kurang tahu, Mbak. Saya hanay disuruh
Bab 106. Permintaan Intan Pada Sang Pengacara=========“Aku enggak muji, ini memang kenyataan yang aku lihat pada diri Mas Raja. Mas Raja bisa mengalah pada Mas Deva. Bahkan berjuang demi hubungan kami. Itu saja sudah hebat banget.” Alisya menjelaskan.“Itu kulakukan karena aku tahu, kamu pun menyukai dia. Kamu memilih Mas Deva, kan? Andai kamu memilih aku, gak mungkin, aku mau mengalah sama Mas Deva, logikannya, begitu. Betul atau benar?” sahut Raja diiringi canda.“Maaf, ya, Mas!”“Maaf untuk apa?”
Bab 107. Rencana Licik Ardho Menjerat Intan=====“Aku mau Mas Ardho mengambil Alisya dari sisi Mas Deva. Agar Mas Raja berhenti memuja Kak Alisya!”“Serius, Mas! Tolong rebut Kak Alisya dari Mas Deva, terserah bagaimanapun caranya! Bila perlu kita lenyapkan Mas Deva!”“Intan?”“Iya, Mas. Aku serius! Aku mohon!”“Sebentar!” Ardho bangkit lalu berjalan menuju etalase di dekat meja kasir warung kopi itu. Meminta air&nbs
Bab 108. Dikira Selingkuhan Big Bos=========“Jangan, Mas! Tadi itu saya hanya emosi, saya terbakar api cemburu! Tolong jangan diambil hati, Mas! Saya mohon! Jangan tuntut saya, Mas! Jangan lapor kepada Kak Alisya dan Mas Deva, saya mohon!” Intan memucat karena ketajutan.“Kenapa? Kamu takut? Bukankah sangat akan sempurna bila kamu dan Mas Fajarmu itu masuk penjara, dan mama kamu masuk rumah sakit jiwa? Keluarga yang sangat harmonis, bukan?”“Jangan, Mas!”“Kukira kamu berbeda dengan keluargamu yang hancur
Bab 109. CCTV terpasang 24 Jam untuk Memantau Alisya==========“Mas?” Alisya tersentak. Spontan bergerak mendekati Deva, matanya membulat sempurna demi melihat apa yang sedang diputar di layar laptop itu. Alisya lupa kalau anak buah Deva akan memantau setiap gerak geriknya.“Mas, itu ….” Alisya menunjuk ke layar laptop.“Kenapa? Biasa aja, kan? Seperti yang kamu bilang?” Deva mengulas senyum, senyum yang sangat dipaksakan.“Itu tadi kami ngobrolin tentang ….”“San
Bab 110. Pelecehan di dalam Mobil===================Alisya mencoba konsentrasi melaksanakan tugas-tugasnya. Biar bagaimanapun kedudukannya di kantor ini adalah seorang karyawan yang masih trening. Tak ada hubungan dengan rencana pernikahannya. Meskipun Deva adalah putra sulung pemilik perusahaan ini. Dia harus tetap bekerja dengan baik seperti karyawan yang lain juga.“Alisya! Di panggil Pak Manager!” Ayu sang kepala bagian devisi keuangan memanggilnya.“Ya, Bu. Ada apa?” Alisya tersentak kaget.“Kurang tahu, coba ka
Bab 111. Penyesalan Deva=============“Keluarkan bedeba*h itu!” perintah sang Bos kepada para bodyguard yang mengikutinya.“Mas!”Alisya menubruk pria itu. Menangis sesegukan di dadanya.“Ya, Sayang! Tenang, ya!”Deva membelai kepala Alisya. Memeluk tubuh wanita yang masih berguncang itu.“Pak Pras, Mas! Dia memaksaku menemui pemilik PT Abdi Karya yang udah nunggak selama 4 bulan. Tak tahunya dia membawaku&nbs
Bab 112. Jabatan Baru Alisya===========“Terima kasih, Mas.” Alisya berucap lirih.“Ya, tapi kenapa kamu masih murung begitu? Maaf, aku sudah minta maaf, kan? Jangan sedih, lagi, dong, Sya!”“Aku sedih, kok bisa Pak Pras begitu merendahkan aku, Mas? Kenapa dia tega berniat tak senonoh seperti itu? Begitu rendahkah aku di matanya, Mas?”“Aku sudah memecatnya, kau tidak akan pernah melihatnya lagi di kantor, Sayang! Tenangkan hatimu, ya! Obati traumamu!”“Mas Deva memecatnya?”&