Bab 112. Jabatan Baru Alisya
===========
“Terima kasih, Mas.” Alisya berucap lirih.
“Ya, tapi kenapa kamu masih murung begitu? Maaf, aku sudah minta maaf, kan? Jangan sedih, lagi, dong, Sya!”
“Aku sedih, kok bisa Pak Pras begitu merendahkan aku, Mas? Kenapa dia tega berniat tak senonoh seperti itu? Begitu rendahkah aku di matanya, Mas?”
“Aku sudah memecatnya, kau tidak akan pernah melihatnya lagi di kantor, Sayang! Tenangkan hatimu, ya! Obati traumamu!”
“Mas Deva memecatnya?”
&
Bab 113. Ardho Sadar Dinda Bukan Alisya=========Pria itu berdiri membeku di ambang pintu.“Alisya …!” panggilnya begitu sendu.Dinda mengulas senyum. Sudut bibir ditarik pelan, pelan sekali. Ardho terpana. Dinda mendekati pria yang masih membeku itu. Mata sayu Ardho masih tak berkedip. Wanita bergaun sof pink melangkah kian dekat.“Mas! Aku pulang, aku kangen banget. Kamu apa kabar?” Dinda berucap lirih.“Aku-aku baik, Alisya …!”
Bab 114. Menolak Saat Hasrat Ardho Memuncak========Dinda tetap bersabar. Menyalakan ponsel miliknya, memesan sebuah taksi melalui aplikasi. Dinda akan pulang ke rumah mamanya sesaat lagi. Pesanan terkirim. Kini wanita itu menekan perekam suara, meletakkannya di atas nakas. lalu merebahkan diri di samping suaminya. Menatapi punggung lelaki itu penuh kebencian.“Mas, kamu gak mau ngasih nama buat putri kita?” tanyanya pelan.“Aku gak ada ide.” Ardho menjawab datar.&l
Bab 115. Rencana Tiara Melabrak Alisya*******Wanita itu berlari kencang menuju pintu utama, Ardho yang telah sempat melepas celana piyama kesulitan untuk mengejar. Terpaksa pria itu membenahi dahulu pakaianya.“Dinda hapus rekaman itu!” teriaknya saat Dinda sudah masuk ke dalam mobil pesanannya.Ardho mengejar hingga depan pagar. Pria itu terpaku di sana, menatap bisu mobil yang membawa istrinya pergi, hingga hilang di ujung gang perumahan mewah yang dia tempati.Dinda, apa&nbs
Bab 116. Rahasia Ardho Terbongkar===========“Jaman sekarang ini, jarang banget ada hubungan yang bsia bertahan lama, yang bisa langgeng sampai selama-lamanya. Ada aja orang ke tiga yang bertindak sebagai perusak hubungan. Bahkan, ya, perempuan sebaik kamu saja, bisa bertindak sebagai perusak rumah tangga perempuan lain. Istilahnya ‘Pelakor’ gitu kali, ya?”Tiara mulai menyindir.“Aku? Aku perusak rumah tangga orang? Aku ‘Pelakor’!?” Alisya terpana.“Iya.”&ldqu
Bab 117. Deva Dilenyapkan Ardho?=======“Jadi, Mas Deva ada kemungkinan menemui Mas Ardho?” Alisya berteriak kaget.“Mungkin, Sya! Belum pasti!”“Astagfirullah! Bagaimana ini?”“Alisya! Ada apa, Sya! Alisya!”Alisya tak menjawab pertanyaan Raja. Segera dia mengakhiri panggilan. Wajahnya pucat pasi, ketakutan dan khawatir terlihat jelas.“Mbak Dinda, Mas Ardho sempat nelpon Mas Deva ngajak ketemuan. Tolong, dong, gimana ini?” Alisya
Bab 118. Rahasia Besar Deva==========Alisya terpaksa meneguk air itu beberapa teguk.“Antar aku ke kantor, tolong!” pintanya kemudian.“Ya, ayo bangun!” Tiara membantu Alisya bangkit, lalu memapah sahabatnya itu menuju mobil. Dinda ikut membantunya.“Hati-hati, Ra!” Dinda melepas kepergian mereka.Mobil melaju dengan kecepatan sedang.“Cepetan, dong, Ra! Balap dikit, dong!” sungut Alisya tak sabaran.“Ini udah usaha, Sya! L
Bab 119. Sandiwara Antara Deva dan Alisya=======“Apa …? Tidak … tidak mungkin! Tidak mungkiiiiiiiiiin!” Alisya menjerit histeris.“Tenang, Sya! Sabar!” Tiara memeluk Alisya. Mengelus punggung wanita yang kini kian lemas itu.“Bu Alisya! Sebenarnya Pak Deva merahasiakan hal ini kepada siapapun, kecuali kami berdua. Karena Ibu memaksa dan ngancam mau lari ke tengah jalan raya makanya kami terpaksa memberi tahu Ibu. Meskipun setelah ini kami pasti akan kehilangan pekerjaan. Tak
Bab 120. Pertemuan Menuju Kematian===========Deva dan Alisya berjalan beriringan menuju teras. Tasya dan Rena langsung menyambut keduanya dengan gembira. Rena bergelayut manja di pundak Deva, sedang Tasya memeluk pinggang Alisya. Setelah puas, kedua bocah itu kembali berlarian menuju ayunan di sudut halaman.Sepasang calon pengantin itu menatap mereka sambil duduk di kursi rotan di sudut teras.“Maaf, tadi kamu nyariin aku, ya? Maaf, udah buat kamu resah.” Deva berucap lirih beberapa saat kemudian.&nbs