Bab 120. Pertemuan Menuju Kematian
===========
Deva dan Alisya berjalan beriringan menuju teras. Tasya dan Rena langsung menyambut keduanya dengan gembira. Rena bergelayut manja di pundak Deva, sedang Tasya memeluk pinggang Alisya. Setelah puas, kedua bocah itu kembali berlarian menuju ayunan di sudut halaman.
Sepasang calon pengantin itu menatap mereka sambil duduk di kursi rotan di sudut teras.
“Maaf, tadi kamu nyariin aku, ya? Maaf, udah buat kamu resah.” Deva berucap lirih beberapa saat kemudian.
&nbs
Bab 121. Alisya Meminum Kopi Beracun Ardho========“Intan?” bisik Alisya menyebut nama gadis itu.Sama halnya dengan Ardho, yang juga begitu kaget saat melihat Alisya ikut bersama Deva. Sungguh, tak seperti yang dia rencanakan.“Hey! Maaf, ya, kami telat!” Alisya menggandeng tangan Deva memasuki pondok. Erat dipegangnya tangan pria itu.Sesaat Deva bingung dengan sikap Alisya, wanita itu menoleh ke arahnya, menatap tepat di bola mata sang kekasih, tajam. Sebuah
Bab 122. Pondok kematian Menjadi Pondok Asmara==============“Hem wanginya menggugah selera, saya minum, ya?” Alisya meraih gelas berisi kopi itu, lalu mengarahkannya ke mulut, dan mulai menempelkannya di bibir merah mudanya.“Jangan!” Ardho berteriak, tangannya menepis dengan cepat. Gelas terlempar ke dinding pondok, isinya tumpah seketika. Alisya tersenyum tipis. Pirasatnya benar, laporan Dinda juga benar. ‘Terima kasih Tiara karena telah membawaku menemui kakak iparmu itu. Terima k
Bab 123. Komitmen Deva dan Alisya melupakan Masa Lalu=======Deva mencuci bersih tangannya di dalam mangkuk cuci tangan yang tersedia. Lalu merobek daging ayam kampung panggang yang sudah dilumuri bumbu. Kemudian dia menyuapkannya ke mulut Alisya.Pelan wanita itu menerima suapan sang kekasih. Jemari Deva menyeka lembut bibirnya yang blepotan saus kecap. Jemari bekas menyeka bibir Alisya itu, Deva bawa ke mulutnya. Menjilat dan mengulumnya lama.Alisya begitu tersentuh. Deva yang sehari-hariny
Bab 124. Usaha Alisya Menyembuhkan Deva=======“Eh, gak boleh, pokoknya!”“Iya, iya, aku janji. Makan lagi, yuk!”Keduanya melanjutkan makan malam yang beberapa kali terhenti karena percakapan serius itu. Alisya dan Deva, mencoba menikmati semanya, meski masih ada saja yang mengganjal di hati masing-masing. Tentang penyakit Deva. Satu hal yang belum juga mereka bicarakan, karena Deva masih merahasikan, dan alisya masih pura-pura tak tahu.Makan malam itu sudah mereka sudahi, Alisya tengah menyeka
Bab 125. Kanker Otak Stadium Tiga=======“Aku mau bertemu Dokter Robert, Ra! Tolong pertemukan aku sekarang!” Alisya memohon, seraya mengguncang lengan sahabatnya, Tiara.“Untuk apa, sya?”“Aku mau tau segalanya, apa yang harus ditempuh untuk menyembuhkan Mas Deva, aku ingin tahu semuanya, Ra! Mas Deva harus sembuh!"“Ok, aku, aku akan telpon dulu, ya!”Alisya mengangguk.Tiara menyalakan ponsel miliknya, mulai menelepon kekasihnya, Dr. Robert. Beberapa saat kemudian, panggi
Bab 126. Alisya Dipingit Keluarga Deva============“Kenapa Mas Deva bandel, sih? Padahal nikahnya, kan bisa ditunda?” sesal Alisya kecewa.“Ya, gak bisa, Alisya! Kalau ditunda malah membuat Pak Deva makin menderita. Kepikiran Kamu terus, mungkin. Takut kamu gimana-gimana, imun tubuh menurun. Tomornya makin cepat membesar.”“Begitu, ya, Dok?”“Ya, makanya sekarang saran saya, empat hari lagi menjelang pernikahan, buatlah dia bahagia selalu, happy. Jangan ada beban pikiran. Begitu&nbs
Bab 127. Deva Drop Menjelang Pernikahan========“Sya, kamu di mana, sebetulnya? Besok, harinya?” Deva tampak sangat khawatir. Sudah sejam lebih dia berbicara dengan Alisya melalui sambungan telepon.“Aku dipingit, Mas. Jangan khawatir, dong! Besok pagi–pagi sekali aku sudah ada di dekat kamu. Jangan panik, gitu, dong!” Suara Alisya terdengar begitu lembut menghiburnya.“Bilang, kamu di mana, biar aku tenang!”“Gak boleh bilang, Mas! Kalau aku bilang, pasti 
Bab 128. Malam Menjelang Pernikahan Alisya ============= “Perintah apa?” Niken menyeka air mata, lalu mendongah menatap lekat wajah kakaknya. “Empat hari sudah Mama menyembunyikan Alisya! Itu yang membuat Mas Deva drop. Mas Deva memang bisa mendengar suara Alisya, tapi tidak orangnya. Itu membuat Mas Deva kepikiran. Trauma karena Kak Sonya pernah mengkhianatinya, membuat dia begitu ketakutan akan kehilangan Alisya. Itu yang membuatnya stress.” “Mas Deva sakit apa sih, Mas?” Niken kembali teri