Bab 124. Usaha Alisya Menyembuhkan Deva
=======
“Eh, gak boleh, pokoknya!”
“Iya, iya, aku janji. Makan lagi, yuk!”
Keduanya melanjutkan makan malam yang beberapa kali terhenti karena percakapan serius itu. Alisya dan Deva, mencoba menikmati semanya, meski masih ada saja yang mengganjal di hati masing-masing. Tentang penyakit Deva. Satu hal yang belum juga mereka bicarakan, karena Deva masih merahasikan, dan alisya masih pura-pura tak tahu.
Makan malam itu sudah mereka sudahi, Alisya tengah menyeka
Bab 125. Kanker Otak Stadium Tiga=======“Aku mau bertemu Dokter Robert, Ra! Tolong pertemukan aku sekarang!” Alisya memohon, seraya mengguncang lengan sahabatnya, Tiara.“Untuk apa, sya?”“Aku mau tau segalanya, apa yang harus ditempuh untuk menyembuhkan Mas Deva, aku ingin tahu semuanya, Ra! Mas Deva harus sembuh!"“Ok, aku, aku akan telpon dulu, ya!”Alisya mengangguk.Tiara menyalakan ponsel miliknya, mulai menelepon kekasihnya, Dr. Robert. Beberapa saat kemudian, panggi
Bab 126. Alisya Dipingit Keluarga Deva============“Kenapa Mas Deva bandel, sih? Padahal nikahnya, kan bisa ditunda?” sesal Alisya kecewa.“Ya, gak bisa, Alisya! Kalau ditunda malah membuat Pak Deva makin menderita. Kepikiran Kamu terus, mungkin. Takut kamu gimana-gimana, imun tubuh menurun. Tomornya makin cepat membesar.”“Begitu, ya, Dok?”“Ya, makanya sekarang saran saya, empat hari lagi menjelang pernikahan, buatlah dia bahagia selalu, happy. Jangan ada beban pikiran. Begitu&nbs
Bab 127. Deva Drop Menjelang Pernikahan========“Sya, kamu di mana, sebetulnya? Besok, harinya?” Deva tampak sangat khawatir. Sudah sejam lebih dia berbicara dengan Alisya melalui sambungan telepon.“Aku dipingit, Mas. Jangan khawatir, dong! Besok pagi–pagi sekali aku sudah ada di dekat kamu. Jangan panik, gitu, dong!” Suara Alisya terdengar begitu lembut menghiburnya.“Bilang, kamu di mana, biar aku tenang!”“Gak boleh bilang, Mas! Kalau aku bilang, pasti 
Bab 128. Malam Menjelang Pernikahan Alisya ============= “Perintah apa?” Niken menyeka air mata, lalu mendongah menatap lekat wajah kakaknya. “Empat hari sudah Mama menyembunyikan Alisya! Itu yang membuat Mas Deva drop. Mas Deva memang bisa mendengar suara Alisya, tapi tidak orangnya. Itu membuat Mas Deva kepikiran. Trauma karena Kak Sonya pernah mengkhianatinya, membuat dia begitu ketakutan akan kehilangan Alisya. Itu yang membuatnya stress.” “Mas Deva sakit apa sih, Mas?” Niken kembali teri
Bab 129. Pertemuan Deva dengan Allisya dalam Masa Pingitan=======Raja dan Deva telah berdiri di depan pintu kamar.“Alisya ada di dalam. Mas Deva boleh menemuinya, lima menit cukup, kan?” tanya Raja menoleh ke arah kakaknya.“Bagaimana bisa Mama menyembunyikan Alisya di sini?” Deva mengernyitkan kening.“Mama punya alasan yang tepat. Di luar banyak yang tidak suka pada pernikahan kalian, termasuk tidak suka pada perusahan kita. 
Bab 130. Pernikahan Alisya=========“Alisya, ulang sekali lagi, Sayang! Kamu bilang apa barusan?”“Suamiku. Aku akan jadi istri kamu, Mas.”“Terima kasih, Sayang!”Keduanya menutup telpon, sembari tersenyum lebar. Sungguh, Alisya tak memikirkan kemewahan. Baginya kamar pengantin tak pun dihias-hias, seperti kamar pengantinnya di pernikahan pertama dulu, tak mengapa.Terbayang di benaknya, bagaimana indah kamar yang dipersiapkan un
Bab 131. Malam Pertama Alisya=====“Boleh aku masuk?” Tanya Deva saat keduanya berdiri di depan pintu kamar.“Boleh, dong. Ini kamar kita berdua mulai sekarang,” jawab Alisya menggenggam handel pintu, dan mendorongnya dengan pelan. Senyum mengulas di bibir ranumnya.Pintu kamar terbuka. Alisya membeku menatap ke dalamnya.“Mas … ini, kamu …?” Alisya terbata-bata. Sudut matanya mengembun seketika.“Kamu suka, Sayang?” Deva menatapnya sambil menarik kedua sudut bibir. Deva sangat puas melihat
Bab 132. Kesepakatan di Malam Pertama==========Bayangan saat dia memergoki Fajar, mantan suaminya bersama Desy di ranjang miliknya waktu itu, telah torehkan rasa sakit yang hingga kini berbekas parah. Ada seperti trauma yang membuat hatinya menolak melakukan itu. Rasa sakit itu semakin mencekik kalbunya. Alisya belum bisa. Adakah Deva akan bersabar?“Sya, aku udah rapi, nih. Sekarang gantian, kamu mandi, Sayang! Biar letihnya hilang. Perlu aku bantu untuk mandi?”“Tidak usah! Aku bisa mandi sendiri, Mas.”Alisya beringsut turun dari ranja