Bab 127. Deva Drop Menjelang Pernikahan
========
“Sya, kamu di mana, sebetulnya? Besok, harinya?” Deva tampak sangat khawatir. Sudah sejam lebih dia berbicara dengan Alisya melalui sambungan telepon.
“Aku dipingit, Mas. Jangan khawatir, dong! Besok pagi–pagi sekali aku sudah ada di dekat kamu. Jangan panik, gitu, dong!” Suara Alisya terdengar begitu lembut menghiburnya.
“Bilang, kamu di mana, biar aku tenang!”
“Gak boleh bilang, Mas! Kalau aku bilang, pasti 
Bab 128. Malam Menjelang Pernikahan Alisya ============= “Perintah apa?” Niken menyeka air mata, lalu mendongah menatap lekat wajah kakaknya. “Empat hari sudah Mama menyembunyikan Alisya! Itu yang membuat Mas Deva drop. Mas Deva memang bisa mendengar suara Alisya, tapi tidak orangnya. Itu membuat Mas Deva kepikiran. Trauma karena Kak Sonya pernah mengkhianatinya, membuat dia begitu ketakutan akan kehilangan Alisya. Itu yang membuatnya stress.” “Mas Deva sakit apa sih, Mas?” Niken kembali teri
Bab 129. Pertemuan Deva dengan Allisya dalam Masa Pingitan=======Raja dan Deva telah berdiri di depan pintu kamar.“Alisya ada di dalam. Mas Deva boleh menemuinya, lima menit cukup, kan?” tanya Raja menoleh ke arah kakaknya.“Bagaimana bisa Mama menyembunyikan Alisya di sini?” Deva mengernyitkan kening.“Mama punya alasan yang tepat. Di luar banyak yang tidak suka pada pernikahan kalian, termasuk tidak suka pada perusahan kita. 
Bab 130. Pernikahan Alisya=========“Alisya, ulang sekali lagi, Sayang! Kamu bilang apa barusan?”“Suamiku. Aku akan jadi istri kamu, Mas.”“Terima kasih, Sayang!”Keduanya menutup telpon, sembari tersenyum lebar. Sungguh, Alisya tak memikirkan kemewahan. Baginya kamar pengantin tak pun dihias-hias, seperti kamar pengantinnya di pernikahan pertama dulu, tak mengapa.Terbayang di benaknya, bagaimana indah kamar yang dipersiapkan un
Bab 131. Malam Pertama Alisya=====“Boleh aku masuk?” Tanya Deva saat keduanya berdiri di depan pintu kamar.“Boleh, dong. Ini kamar kita berdua mulai sekarang,” jawab Alisya menggenggam handel pintu, dan mendorongnya dengan pelan. Senyum mengulas di bibir ranumnya.Pintu kamar terbuka. Alisya membeku menatap ke dalamnya.“Mas … ini, kamu …?” Alisya terbata-bata. Sudut matanya mengembun seketika.“Kamu suka, Sayang?” Deva menatapnya sambil menarik kedua sudut bibir. Deva sangat puas melihat
Bab 132. Kesepakatan di Malam Pertama==========Bayangan saat dia memergoki Fajar, mantan suaminya bersama Desy di ranjang miliknya waktu itu, telah torehkan rasa sakit yang hingga kini berbekas parah. Ada seperti trauma yang membuat hatinya menolak melakukan itu. Rasa sakit itu semakin mencekik kalbunya. Alisya belum bisa. Adakah Deva akan bersabar?“Sya, aku udah rapi, nih. Sekarang gantian, kamu mandi, Sayang! Biar letihnya hilang. Perlu aku bantu untuk mandi?”“Tidak usah! Aku bisa mandi sendiri, Mas.”Alisya beringsut turun dari ranja
Bab 133. Menghisap Tuntas Madu Asmara===========“Kau setuju, Sayang?”“Hem.”“Baiklah. Sini!” Deva merengkuh tubuh Alisya, mendekapnya dengan erat. Pria itu berusaha mendamaikan hati wanita yang kini sudah sah menjadi pendampingnya. Mengecup lembut pucuk kepala Alisya berulangkali, membelai dan mengusap punggung istrinya.“Sekarang, tidurlah! Kau sepertinya sangat lelah! Yuk!” Deva membimbing Alisya menuju peraduan ukuran big size itu.“Mas, kenapa?” Alisya mendo
Bab 134. Raja Bermalam di Hotel Dengan Alisya==========“Hey, kok sendirian?” seseorang menepuk pundak Raja. Hampir saja gelas berisi minuman beralkohol itu lepas dari tangannya.Raja menoleh ke sipemilik suara.“Boleh ditemanin?” Pemilik suara merdu itu menghenyakan bokong besar dan seksinya persis di samping Raja, padahal Raja belum memberinya izin sama sekali.Raja terpana. Kenapa Alisya ada di sini. Bagaimana bisa sang pengantin berada di café ini? Bukankah seharusnya dia malam ini berada di dalam peluk
Bab 135. Wanita Bayaran Itu Bukan Alisya=============Raja tersentak, melompat dia turun dari ranjang. Berlari menuju kamar mandi, menenggelamkan kepalanya di dalam bak. Air dingin itu mengembalikan kesadaran Raja seutuhnya. Semuan kejadian yang telah lewat, terbayang kembali di benak. Seperti sebuah kaset yang diputar.Ucapan ijab Kabul saat akad pernikahan Kakak kandungnya bersama Alisya, wanita pujaan hatinya, terngiang di telinga. Lalu diakhiri dengan kata ‘Sah’ dari mulut para saksi dan keluarga dekat serta kerabat. Dilanjutkan dengan acara resepsi pernikahan super mewah di gedung