Bab 133. Menghisap Tuntas Madu Asmara
===========
“Kau setuju, Sayang?”
“Hem.”
“Baiklah. Sini!” Deva merengkuh tubuh Alisya, mendekapnya dengan erat. Pria itu berusaha mendamaikan hati wanita yang kini sudah sah menjadi pendampingnya. Mengecup lembut pucuk kepala Alisya berulangkali, membelai dan mengusap punggung istrinya.
“Sekarang, tidurlah! Kau sepertinya sangat lelah! Yuk!” Deva membimbing Alisya menuju peraduan ukuran big size itu.
“Mas, kenapa?” Alisya mendo
Bab 134. Raja Bermalam di Hotel Dengan Alisya==========“Hey, kok sendirian?” seseorang menepuk pundak Raja. Hampir saja gelas berisi minuman beralkohol itu lepas dari tangannya.Raja menoleh ke sipemilik suara.“Boleh ditemanin?” Pemilik suara merdu itu menghenyakan bokong besar dan seksinya persis di samping Raja, padahal Raja belum memberinya izin sama sekali.Raja terpana. Kenapa Alisya ada di sini. Bagaimana bisa sang pengantin berada di café ini? Bukankah seharusnya dia malam ini berada di dalam peluk
Bab 135. Wanita Bayaran Itu Bukan Alisya=============Raja tersentak, melompat dia turun dari ranjang. Berlari menuju kamar mandi, menenggelamkan kepalanya di dalam bak. Air dingin itu mengembalikan kesadaran Raja seutuhnya. Semuan kejadian yang telah lewat, terbayang kembali di benak. Seperti sebuah kaset yang diputar.Ucapan ijab Kabul saat akad pernikahan Kakak kandungnya bersama Alisya, wanita pujaan hatinya, terngiang di telinga. Lalu diakhiri dengan kata ‘Sah’ dari mulut para saksi dan keluarga dekat serta kerabat. Dilanjutkan dengan acara resepsi pernikahan super mewah di gedung 
Bab 136. Wanita Itu Adalah Sahabat Alisya============“Ini, yang kau minta! Ambil! Berhenti mengikutiku! Anggap kita tak pernah bertemu!” Uang itu kini diletakkan pria itu di pangkuannya. Lalu berjalan menuju lif dengan langkah terburu.Wanita itu bangkit, menggenggam erat uang pemberian itu, lalu berlari menuju lif. Hampir saja pintu lif tertutup sempurna, ketika dia tiba di depannya. Pintu lif kembali terbuka. Gegas dia masuk ke dalamnya.Raja tak meggubrisnya, seolah mereka tak pernah bertemu sebelumnya.“Mas, uangnya keba
Bab 137. Madu Asmara di Kamar Mandi=====“Apa?” Rika tersentak kaget.“Kamu gak apa-apa masuk ke dalam gang sempit itu sendirian?” Raja mengalihkan pembicaraan.“Udah biasa, Pak. Tapi, Bapak tadi bilang apa, ya? Saya seperti salah dengar atau bagaimana?”“Sana kamu pergi, aku akan memantau dari sini sampai kamu masuk ke dalam rumah kamu!” perintah Raja tak menghiraukan pertanyaan Rika.“Gak usah, Pak. Bapak pergi saja! Saya gak
Bab 138. Pengantin Baru Turun ke Pabrik=======“Bik, pinjam handuk bersih, dong, aku mau mandi! Pinjam baju kerja Mas Deva sekalian!” perintah Raja saat Bik Warsih mengantarkan kopi hangat ke ruang keluarga. Kopi untuk Raja.“Oh, di kamar Buk Alisya, Pak. Di dalam lemari pakaian mereka.” Warsih menjawab ragu.“Ya, ambilin, dong, Bik, tolong!”“Mereka belum bangun, Pak. Segan saya mau bangunin.”“Ya, sudahlah!” Raja mendengus. Bayangan sepasang pengantin di dalam kamar itu kembali menggangg
Bab 139. Pertemuan Pilu Di Pabrik===============Sang mandor dan Rika melangkah masuk dengan wajah tertunduk.Alisya menatap keduanya dengan serius. Sepertinya Alisya mengenal kedua wanita itu. Seragam pabrik membuat dia kesulitan untuk memperjelas dugaannya. Topi yang membungkus kepala keduanya menutupi sebagian wajah karena menunduk.Tetapi Alisya sangat hapal dengan perempuan yang satunya. Rika, Alisya yakin itu adalah Rika. Dia mengenal gadis itu sejak di bangku SMA. Mereka bersahabat dalam suka dan duka. Keduanya berasal dari kelua
Bab 140. Kecurangan Keuangan di Pabrik============“Siapa bendahara di pabrik ini?” tanya Alisya dengan suara tetap pelan, dingin, tetapi terdengar begitu tajam.“Bu Roza, Buk.” Kepala pabrik menjawab dengan menunduk.“Bisa Anda hadirkan dia di sini, sekarang juga!” tegas suara Alisya.“Dia- dia, dia, hari ini berhalanagn hadir, Buk. Dia ….”“Saya tunggu paling lama lima menit!”“Tapi, Buk?”“Sudah berkurang lima detik!”
Bab 141. Om Rustam Drop==========“Maaf, Pak, Buk,! Kalau boleh tahu, rumah yang kalian cari itu, rumah Rika siapa, ya?” Wanita pemilik rumah menghentikan langkah mereka.“Rika, Rika yang bekerja di pabrik sarung tangan, Bu. Rambutnya agak ikal, panjang sepunggung, di ikat jadi satu ke belakang, begitu.” Raja yang menjawab. Menyesal dia tak memiliki foto karyawan pabriknya itu.“Setahu saya di gang ini tidak ada seorang gadis yang bekerja di pabrik sarung tangan. Saya sudah lama tinggal di sini, Pak. Saya kenal hampir semua&nb