Bab 136. Wanita Itu Adalah Sahabat Alisya
============
“Ini, yang kau minta! Ambil! Berhenti mengikutiku! Anggap kita tak pernah bertemu!” Uang itu kini diletakkan pria itu di pangkuannya. Lalu berjalan menuju lif dengan langkah terburu.
Wanita itu bangkit, menggenggam erat uang pemberian itu, lalu berlari menuju lif. Hampir saja pintu lif tertutup sempurna, ketika dia tiba di depannya. Pintu lif kembali terbuka. Gegas dia masuk ke dalamnya.
Raja tak meggubrisnya, seolah mereka tak pernah bertemu sebelumnya.
“Mas, uangnya keba
Bab 137. Madu Asmara di Kamar Mandi=====“Apa?” Rika tersentak kaget.“Kamu gak apa-apa masuk ke dalam gang sempit itu sendirian?” Raja mengalihkan pembicaraan.“Udah biasa, Pak. Tapi, Bapak tadi bilang apa, ya? Saya seperti salah dengar atau bagaimana?”“Sana kamu pergi, aku akan memantau dari sini sampai kamu masuk ke dalam rumah kamu!” perintah Raja tak menghiraukan pertanyaan Rika.“Gak usah, Pak. Bapak pergi saja! Saya gak
Bab 138. Pengantin Baru Turun ke Pabrik=======“Bik, pinjam handuk bersih, dong, aku mau mandi! Pinjam baju kerja Mas Deva sekalian!” perintah Raja saat Bik Warsih mengantarkan kopi hangat ke ruang keluarga. Kopi untuk Raja.“Oh, di kamar Buk Alisya, Pak. Di dalam lemari pakaian mereka.” Warsih menjawab ragu.“Ya, ambilin, dong, Bik, tolong!”“Mereka belum bangun, Pak. Segan saya mau bangunin.”“Ya, sudahlah!” Raja mendengus. Bayangan sepasang pengantin di dalam kamar itu kembali menggangg
Bab 139. Pertemuan Pilu Di Pabrik===============Sang mandor dan Rika melangkah masuk dengan wajah tertunduk.Alisya menatap keduanya dengan serius. Sepertinya Alisya mengenal kedua wanita itu. Seragam pabrik membuat dia kesulitan untuk memperjelas dugaannya. Topi yang membungkus kepala keduanya menutupi sebagian wajah karena menunduk.Tetapi Alisya sangat hapal dengan perempuan yang satunya. Rika, Alisya yakin itu adalah Rika. Dia mengenal gadis itu sejak di bangku SMA. Mereka bersahabat dalam suka dan duka. Keduanya berasal dari kelua
Bab 140. Kecurangan Keuangan di Pabrik============“Siapa bendahara di pabrik ini?” tanya Alisya dengan suara tetap pelan, dingin, tetapi terdengar begitu tajam.“Bu Roza, Buk.” Kepala pabrik menjawab dengan menunduk.“Bisa Anda hadirkan dia di sini, sekarang juga!” tegas suara Alisya.“Dia- dia, dia, hari ini berhalanagn hadir, Buk. Dia ….”“Saya tunggu paling lama lima menit!”“Tapi, Buk?”“Sudah berkurang lima detik!”
Bab 141. Om Rustam Drop==========“Maaf, Pak, Buk,! Kalau boleh tahu, rumah yang kalian cari itu, rumah Rika siapa, ya?” Wanita pemilik rumah menghentikan langkah mereka.“Rika, Rika yang bekerja di pabrik sarung tangan, Bu. Rambutnya agak ikal, panjang sepunggung, di ikat jadi satu ke belakang, begitu.” Raja yang menjawab. Menyesal dia tak memiliki foto karyawan pabriknya itu.“Setahu saya di gang ini tidak ada seorang gadis yang bekerja di pabrik sarung tangan. Saya sudah lama tinggal di sini, Pak. Saya kenal hampir semua&nb
Bab 142. Penyesalan Rika==========Alisya melirik ke arah Rika. Gadis itu menunduk saat ditatap. Alisya tak akan memaksa. Jika Rika belum mau disapa olehnya, maka dia akan memilih diam saja. Arfan mau bersamanya, itu sudah sangat dia syukuri.“Duduk, Sya!” titah Deva sambil menghenyakkan tubuh di bangku panjang yang tersedia di depan ruang UGD itu.“Baik, Mas.” Alisya menarik tangan Arfan untuk duduk di dekatnya. Arfan menurut.“Kak, siapa dua orang bos itu? Orang kaya, pa
Bab 143. Penyakit Deva Kambuh========“Kamu ngawur, Sya!”“Aku gak ngawur. Mas Raja itu orang yang sukar jatuh hati. Dia memang baik pada siapa saja, apalagi pada seorang wanita. Dia akan melakuakn apa saja karena merasa iba. Tetapi untuk urusan hati, dia paling sulit membuka diri. Aku melihat ada binary cinta di sorot matanya, setiap menyebut namamu. Ada rasa yang dia pendam untukmu. Lihat cara dia berbicara padamu, aku tahu itu bukan sekedar rasa peduli, tapi ada harap di dalamnya. Percaya padaku!” “Jangan ngaco!&
Bab 144. Semua Seolah Baik-baik Saja============“Mas Deva beneran tidak apa-apa?” Raja masih cemas.“Tidak apa-apa. Kembali ke masalah tadi. Kau tidak menyukai Intan, bukan?” tanya Deva, setelah sakitnya agak reda.Raja tak menjawab.“Karena dia kau tolak, maka besar kemungkinan dia akan terus bertahan di sisi Alisya. Aku tidak mau itu. Kau tentu tahu kenapa.”“Karena Fajar?” Raja menebak.“Ya. Cepat atau lambat, Fajar akan bebas. Jika Intan masih bersama Alisya, besar kemungkinan Fajar juga akan datang. Ibunya kalau udah