Bab 143. Penyakit Deva Kambuh
========
“Kamu ngawur, Sya!”
“Aku gak ngawur. Mas Raja itu orang yang sukar jatuh hati. Dia memang baik pada siapa saja, apalagi pada seorang wanita. Dia akan melakuakn apa saja karena merasa iba. Tetapi untuk urusan hati, dia paling sulit membuka diri. Aku melihat ada binary cinta di sorot matanya, setiap menyebut namamu. Ada rasa yang dia pendam untukmu. Lihat cara dia berbicara padamu, aku tahu itu bukan sekedar rasa peduli, tapi ada harap di dalamnya. Percaya padaku!”
“Jangan ngaco!&
Bab 144. Semua Seolah Baik-baik Saja============“Mas Deva beneran tidak apa-apa?” Raja masih cemas.“Tidak apa-apa. Kembali ke masalah tadi. Kau tidak menyukai Intan, bukan?” tanya Deva, setelah sakitnya agak reda.Raja tak menjawab.“Karena dia kau tolak, maka besar kemungkinan dia akan terus bertahan di sisi Alisya. Aku tidak mau itu. Kau tentu tahu kenapa.”“Karena Fajar?” Raja menebak.“Ya. Cepat atau lambat, Fajar akan bebas. Jika Intan masih bersama Alisya, besar kemungkinan Fajar juga akan datang. Ibunya kalau udah
Bab 145. Deva Makin Drop========“Bisa lebih cepat, Pak?” titah Alisya kepada Joni.“Iya, Bu. Ini kita sudah memasuki Kota Medan, kita antar Ibu dulu, ya. Setelah itu saya akan mengantar Pak Deva ke kantor, begitu pesan Pak Deva tadi.” Joni masih bersandiwara.“Langsung ke rumah sakit! Aku akan telpon Dr. Robert agar bersiap-siap!” tegas Alisya.“Bu Alisya?” Joni menoleh ke belakang, karena sangat terkejut. Bagaimana bisa istri tuannya tahu akan Dokter pribadi sang majikan.“Jangan kaget! Anggap saja saya belum tahu kalau Pak Deva menderita sakit
Bab 146 Persiapan Operasi Deva===============“Begitu, ya. Lalu bagaimana dengan amanat beliau, Sus?” tanya sang Bodyguard kebigungan.“Maf, kalau soal itu, saya tak paham. Saya hanya menjalankan tugas, Pak. Disuruh Dokter memanggil keluarga pasien, ada yang sangat urgent yang harus dibicarakan. Waktunya juga sangat mendesak! Dan yang kami lakukan ini adalah prosedur. Bukan kami buat-buat. Kecuali pasien memang tidak punya keluarga dekat, baru Anda bisa kami terima,” tukas perawat dengan tegas.“Apa yang Bapak pikirkan! Mas Deva sedang sekarat! Saa
Bab 147. Mimpi Aneh Deva======“Tanda tangani, Sya! Agar Dokter segera melakukan tindakan! Aku akan telpon Niken. Kami akan segera ke sana. Kamu tenang, ya! Tolong jangan sampaikan hal ini pada Papa dan Mama!”Itu pesan dari Raja, adik kandung Deva. Alisya merasa ada pendukung sekarang. Wanita itu tak lagi mersa sendirian. Apapun yang akan terjadi nanti, tak lagi mutlak menjadi tanggung jawabnya. Raja akan mendukungnya.“Aku tanda tangani, ya, Mas?” tanya Alisya memastikan.
Bab 148. Aku Titip Di Rahim Kamu, Sya!*******“Mas! Terima kasih, ya!” Alisya mendaratkan kecupan lembut di kening dan kedua pipi Deva.“Aku yang terima kasih, Sya. Kok malah kamu yang sepertinya girang banget.”“Maaf, Mas. Aku sudah menadatangani surat persetujuan operasi itu. Maaf, Sayang!”“Sya! Sekarang kamu yang bermimpi, kan?”“Tidak, Mas! Jangan kaget, ya! Coba buka mata kamu, Sayang! Pelan, ayo buka!&rd
Bab 149. Sujud Syukur Alisya Atas Kesembuhan Deva======“Bagaimana kondisi pasien? Sudah bisa kita lakukann tindakan anestesi?” Seorang Dokter spesialis anestesi menghampiri ranjang pasien. Dia adalah Dr. Ilham.“Sudah, Dok. Silahkan!” Dr. Robert mempersilahkan.“Ok, tolong Suster! Kondisikan pasien sebelum kita suntik obat bius!” perintah Dr. Ilham, sambil tersenyum ramah pada Deva.Deva berusaha balas tersenyum.“Kita bius total, Ya Pak! Santai saja, tidak ada yang perlu
Bab 150. Doa Raja Di Perjalanan=========“Jangan panggil aku ‘Pak’ apalagi ‘Anda’. Gak enak banget didengar.” Raja menatap mata Rika. Mencoba memastikan sekali lagi akan perasaannya. Tetapi, entah kenapa tetap wajah Alisya yang berkelabat lagi di hati pun pikiranya. Bayangan itu mengaduk hati.Raja mencoba mencari wajah Rika meski di relung yang terdalam, tapi, gagal. Wajah Rika tak juga bisa bertahta di sana. Begini sulitkah untuk jatuh hati pada gadis lain, Alisya? Begini sulitkah membuang bayangmu dari hati ini?“Baik, Mas. Saya nu
Bab 151. Sujud Syukur Alisya Atas Kesembuhan Deva===========“Ya, Mas Deva gak akan kenapa-napa. Kamu tenang, ya!” Raja menatap lembut wajah jelita itu. Alisya mengangguk, lalu menatap lurus lagi ke pintu ruang operasi. Raja menata hati, kini dia lebih tenang. Ihklas, bahwa wanita luar biasa di sampingnya ini adalah milik kakaknya, selamanya.Pintu ruangan terbuka. Dokter Robert keluar langsung dikejar oleh Alisya, Niken dan Raja. Tiara ikut berdiri dan menyusul ketiganya.“Dok, gimana?” Alisya yang lebih dulu bertanya.“Selamat, Bu Alisya!&nb