Beranda / Romansa / Belongs to the Player / 3. What do You Want?

Share

3. What do You Want?

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Chapter 3

What do You Want?

Sidney sebenarnya tersinggung karena ucapan Alva yang dinilai kurang sopan meski nadanya santai dan terkesan bercanda, tidak sepantasnya Alva mengucapkan hal semacam itu padahal mereka baru mengenal. Tetapi, menimbang ia berada di pesta milik Aliyah yang merupakan rekan bisnisnya yang sangat berharga, Sidney memilih tetap menjaga sikapnya dan melanjutkan mengobrol hingga beberapa saat.

Beberapa menit berlalu Sidney kemudian merogoh tasnya untuk mengecek jam di ponselnya. "Dan sepertinya ini sudah waktunya aku kembali ke kamar."

"Aku akan mengantarmu ke kamar," sahut Alva.

Sidney bergidik membayangkan diantarkan pria yang beberapa saat mengatakan akan mengantarkannya ke kamar, pria yang mulai menunjukkan sikap tidak sopan itu bisa saja mengambil kesempatan. "Terima kasih, tapi aku bisa sendiri."

Alva diam-diam menggertakkan giginya. Selain menolakku apa kau selalu menolak semua pria yang mencoba mendekatimu?

Pikiran Alva muram, juga geram. Ribuan wanita rela antre untuk mendapat perhatian darinya atau sekedar senyumnya, tetapi Sidney bersikap datar padanya bahkan terkesan terus menghindari tatapan matanya. Si pemilik bokong indah di depannya benar-benar membuatnya jengkel, tidak terima diperlakukan seolah ia adalah pria yang tidak pantas diperhitungkan. Dan ia tidak peduli dengan penolakan Sidney kali ini.

Ia meraih jasnya mengenakannya kembali. Tetapi, baru saja satu lengannya masuk ke dalam lengan jas, ia buru- bangkit dari duduknya karena Sidney yang sedang bangkit dari duduknya oleng dan nyaris terjatuh.

"Kau mabuk?" tanya Alva seraya menahan punggung Sidney menggunakan lengannya.

Bukankah sudah jelas? Aku sangat mabuk hingga tidak bisa berdiri?

Kesadaran Sidney hanya tinggal seperempat, ia mati-matian mempertahankan kesadarannya karena ia tidak ingin terlihat payah di depan Aliyah dan suaminya, juga teman-teman mereka. Termasuk Alva juga.

"Aku hanya pusing, sedikit," desah Sidney berusaha setenang mungkin.

Alva mengenakan jasnya tanpa melepaskan Sidney dari lengannya. "Kau memang perlu istirahat," ucapnya dengan sangat lembut.

Sidney mengangguk dan berusaha berdiri dengan benar meskipun ia kepayahan hingga terpaksa menerima bantuan Alva yang memapahnya karena pandangannya mulai kabur dan kepala terasa semakin berputar.

"Seharusnya kau tidak memaksakan diri minum jika kau ketahananmu terhadap alkohol serendah ini," omel Alva yang entah kenapa merasa kesal karena di balik sikap tenang Sidney ternyata wanita itu sedang mencoba bertahan agar ia terlihat kuat.

Sidney tidak memedulikan omelan Alva, jika bukan karena toko perhiasan Aliyah adalah penyumbang omset terbesar ke perusahaannya, Sidney juga tidak akan memaksakan diri berada di tengah pesta berlama-lama apa lagi berlama-lama bersama Alva yang membuat batinnya semakin resah.

"Berapa nomor kamarmu?" tanya Alva ketika mereka memasuki lift.

Sidney menyebutkan nomor kamarnya dan Alva menekan nomor lantai yang tertera di dinding lift. Ketika mereka tiba di depan kamar Sidney, Alva kembali menanyakan di mana kunci akses pintu kamar Sidney dan dengan gerakan yang nyaris tidak bertenaga Sidney memberikan tasnya kepada Alva.

Alva menerima tas Sidney dan membukanya untuk mengambil kunci tanpa melepaskan Sidney dari kungkungan lengannya, ia sempat berhenti sejenak saat Sidney mengerang sambil menyandarkan kepalanya ke dada Alva.

Sial. Erangan Sidney terdengar menggairahkan. Dengan gerakan halus Alva merapatkan tubuhnya ke tubuh Sidney sembari menempelkan kunci pintu ke sensor yang berada di pintu kamar hotel dan entah keputusan dari mana, ia membopong tubuh Sidney memasuki pintu yang ia dorong menggunakan lututnya.

Ia melemparkan tas Sidney ke atas tempat tidur lalu merebahkan wanita itu dengan hati-hati dengan posisi kaki Sidney yang menjuntai ke lantai kemudian memandangi wajah cantik Sidney. Mata wanita itu terpejam, bulu matanya panjang dengan alis yang menaungi tidak terlalu tebal tetapi terbentuk dengan rapi. Bibirnya yang indah menggunakan lipstik berwana tidak mencolok dan kulit wajahnya terlihat halus dengan bintik-bintik cokelat samar. Benar-benar cantik meski menggunakan riasan sederhana.

Alva mengalihkan pandangannya ke leher dan tulang selangka Sidney kemudian mendekatkan wajahnya ke leher wanita itu untuk mencicipi leher jenjang itu. Tetapi, ia khawatir Sidney terbangun dan akan mengira jika ia sedang mencuri kesempatan meskipun benar adanya. Akhirnya Alva memutuskan hanya menghirup aroma Sidney dan kembali memandangi wajah dan tubuh yang masih terbalut gaun si pemilik bokong indah yang mencuri perhatiannya sejak pertama kali ia melihat.

Alva turun dari atas tempat tidur, ia berlutut lalu meletakkan satu kaki Sidney yang masih mengenakan sepatu di atas pahanya, ia membelai betis wanita itu dengan gerakan lembut lalu melepaskan sepatunya. Ia memperhatikan kuku kaki Sidney yang dicat dengan warna putih susu kemudian matanya menelusuri kulit betis Sidney.

Alva menelan ludah menyaksikan kemolekan kulit Sidney, gaun warna hitam yang kenakan Sidney dengan belahan tinggi itu terbuka menampakkan pahanya dengan jelas hingga hasrat di dalam diri Alva tidak dapat ditahan lagi, perlahan mengecup betis Sidney dengan lembut dan dorongan kuat di dalam dirinya semakin membuncah. Ia mengulanginya beberapa kali dan bibirnya mulai menelusuri betis itu hingga ke paha Sidney. Dan ia mendengar Sidney mengerang. Alva menghentikan cumbuannya kemudian ia merangkak ke atas tempat tidur.

"Sidney," panggilnya seraya satu lengannya membelai paha Sidney yang terbuka.

Sidney membuka matanya, tetapi kemudian memejamkan matanya kembali dan bergumam, "Kau ingin mengambil kesempatan dariku?"

Alva mengira pertahanan Sidney telah menguap bersama kesadarannya. Tetapi, ia salah. Sidney yang terlihat tidak berdaya ternyata masih berusaha mempertahankan kesadaran dan menurut Alva, cara Sidney mempertahankan diri harus diberikan apresiasi.

"Aku tidak seperti itu," sangkal Alva. "Jika aku ingin mengambil kesempatan aku tidak perlu berepot-repot membuatmu terjaga."

Sidney membuka matanya. "Apa yang kau inginkan dariku?"

Alva menyentuh anak rambut di kening Sidney dengan gerakan sangat lembut kemudian matanya langsung mengunci pandangan Sidney. "Aku menginginkanmu, dan aku yakin kau juga menginginkan aku."

Sidney tersenyum sedikit sinis. "Karena kau Alvaro Leonard?"

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan RATE.

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

🍒❤️

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
waduh kesempatan dalam kesempitan....wkwkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Belongs to the Player   4. I Want You

    Chapter 4I Want YouTerlepas dari sikap kurang ajar Alva, Sidney bersyukur karena pria seksi itu berbaik hati melepaskan satu sepatunya dan memosisikan tubuh Sidney dengan benar di atas tempat tidur sebelum melangkah meninggalkan kamar. Pria itu juga menarik selimut untuk menutupi tubuh Sidney hingga Sidney tidak perlu repot-repot mengurus dirinya yang bahkan tidak mampu lagi mengangkat kepalanya. Sidney memejamkan matanya, jemari tangannya menyentuh bibirnya yang mengulas senyum tipis. Ia masih bisa mengingat rasa bibir Alva di bibirnya dan aroma pria itu masih samar-samar berada di sekitarnya. Nyaris saja Sidney membukakan pahanya untuk Alva, atau mungkin untuk dirinya sendiri karena sejujurnya ia juga menginginkan pria seksi itu. Kencan satu malam bersama Alvaro Leonard sepertinya patut dicoba, tetapi Sidney bimbang melakukannya.Bukan karena ia memiliki tunangan, Gerald juga pastikan tidak akan peduli dengan apa yang dilakukannya. Ia dan

  • Belongs to the Player   5. New Job

    Chapter 5New JobBibir Sidney nyaris ternganga saat mendapati pengemudi Tesla yang Aliyah siapkan untuk membawanya menuju tempa off-road padang pasir yang menjadi tujuan wisatanya di Dubai. Bukankah pria itu mengatakan ingin tidur sepanjang hari? Kenapa sekarang berubah menjadi sopirnya? Meski sebenarnya di dalam benaknya riuh oleh kegembiraan karena bisa bertemu kembali dengan Alva, kesempatan yang ia kira telah hangus ternyata belum menjadi abu.Namun, ia tidak berniat menyapa Alva terlebih dulu. Lagi pula, bukankah memang tidak ada yang harus dibicarakan antara dirinya dan Alva? Sidney memilih bungkam, ia memasang sabuk pengamannya kemudian duduk dengan nyaman menikmati pemandangan yang terhampar sepanjang jalan di kota Dubai yang tentu saja sangat mengesankan. Cuaca yang hangat sepanjang tahun, pemandangan di tepi kolam renang yang langsung menghadap pantai. Ah, Sidney tiba-tiba berpikir untuk memperpanjang liburannya karena tur di gurun pasir saja

  • Belongs to the Player   6. Off-road

    ️✔️HAPPY READINGChapter 6Off-roadKetika mereka tiba di lahan parkir areaoff-roaddi tengah padang pasir dan mobil telah terparkir dengan sempurna, Sidney hendak membuka pintu mobil, tetapi tangan Alva lebih dulu mencekal salah satu pergelangan tangannya."Ada apa?" tanya Sidney berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang Alva inginkan darinya.Alva melepaskan kacamata hitamnya. "Kau belum menjawab pertanyaanku."

  • Belongs to the Player   7. Look Like a Couple

    ✔️RATE✔️KOMENT✔SHARE️✔️ HAPPY READINGChapter 7Look Like a CoupleAlva mengakui Sidney memang wanita yang tidak mudah menyerah, terbukti wanita itu bersedia menerima tantangannya padahal jelas-jelas di medan off-road, Sidney kewalahan. Wanita itu ragu-ragu menginjak pedal gas Jeep-nya, atau mungkin lebih tepatnya memang tidak terlalu mahir menyetir.Sedikit tidak sabar Alva menginjak rem kemudian keluar dari Jeep-nya, ia berkacak pinggang tepat di tengah area off-road untuk menghadang Jeep yang dikendarai Sidney."Ada masalah?" Sidney melongok melalui jendela mobil.Alva memberikan kode kepada Sidney untuk membuka kunci pintu Jeep lalu menarik hendel pintu. "Kurasa kau memerlukan sedikit bantuan."Ia telah menyelesaikan beberapa putaran, sedangkan Sidney menjalankan Jeep seperti mengendarai seekor unta.

  • Belongs to the Player   8. Too Late

    ✔️RATE✔️KOMENT✔SHARE️✔️ HAPPY READINGChapter 8Too LateSidney kembali ke hotel dan membersihkan tubuhnya kemudian menyiapkan dirinya untuk bertemu Aliyah. Ia mengenakan one set berwarna abu-abu muda dengan gaya top crop dan celana longgar di atas mata kaki dipadukan dengan sandal hak tinggi rancangan Grace Johanson, sedangkan rambutnya ditata dengan gaya ekor kuda yang lumayan tinggi.Di bangku restoran tepi kolam renang hotel yang menghadap ke pantai dan menyajikan pemandangan langit berwarna jingga, ia tidak menemukan Grant, hanya ada Aliyah di sana. Wanita berambut hitam pekat itu mengenakan celana berbahan jeans dipadukan dengan atasan lengan panjang berbahan tipis nyaris transparan berlengan panjang dengan potongan leher rendah di dadanya dan rambutnya dibiarkan tergerai panjang hingga mencapai pinggangnya."Aku tidak melihat suamimu, di mana dia?" tanya Sidney setelah sed

  • Belongs to the Player   9. Let's End

    ✔ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy ReadingChapter 9Let's EndSekali lagi Alva tersenyum seraya menatap layar ponselnya dan meski telah berulang kali ia membaca pesan itu tetapi rasanya masih menarik untuk diulang. Sidney memang di luar prediksinya, wanita itu memiliki perhitungan yang sulit untuk dilawan dan ia yakin jika wanita itu memiliki kecerdasan yang luar biasa.Hai, tentang rencana kita malam ini, tolong beritahu aku di mana kau berada. Aku akan tiba pukul dua belas.Sidney Johanson.Pesan yang dikirimkan bernada ambigu dan bagian terakhir sangat mencengangkan karena nama keluarga wanita itu adalah Johanson.Alva pernah mendengar nama Johanson. Setidaknya salah satu perusahaan entertainment yang terkemuka dimiliki oleh Johanson Corporation. Ia menyangka Sidney adalah rekan bisnis Aliyah seperti yang lain, nyatanya anggapannya salah

  • Belongs to the Player   10. How Old You?

    ✔ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy ReadingChapter 10How Old You?Alva mengecup bibir Sidney perlahan kemudian matanya menjelajahi seluruh wajah cantik Sidney. Ia menyingkirkan rambut di pipi Sidney, menjepitnya di belakang telinga dan berucap, "Apa aku terlalu kasar?"Sidney perlahan membuka matanya dan pandangannya bersobok dengan mata cokelat pekat pria yang baru saja mencumbui bibirnya untuk pertama kali, juga ciuman pertamanya. Kenarin malam, Alva memang mengecup bibir Sidney, tetapi kecupan itu hanya sebatas kecupan. Bukan ciuman apa lagi cumbuan dalam seperti yang barusan mereka lakukan."Kau melakukannya dengan baik," ucap Sidney dengan pelan. Entah baik atau tidak, yang jelas ia menikmati cara Alva mencumbui bibirnya.Bibir Alva melengkung membentuk senyuman, ujung jemarinya menyentuh alis Sidney. "Kurasa kita perlu beberapa gelas wine."

  • Belongs to the Player   11. No Plan for Lover

    ✔ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy Reading Chapter 11 No Plan for Lover Sidney mengira kencannya dengan Alva berakhir dengan cepat setelah Alva mendapatkan pelepasannya yang pertama. Tetapi, ia salah karena Alva ternyata menyatukan kembali tubuh mereka. Diam-diam Sidney menghela napas lega sembari berusaha membiasakan diri terhadap Alva yang memenuhinya, sesak dan masih terasa nyeri meski dibandingkan rasa sakit saat pertama Alva memasukinya kali ini ada rasa lain yang lebih menyiksanya. Perasaan menuntut di dalam tubuhnya yang berdenyut-denyut hebat. Ia mencoba mengimbangi gerakan pinggul Alva, mencoba menyelaraskan setiap benturan tubuh mereka. Sorot mata Sidney mendamba menatap Alva yang bergerak di atasnya dengan lembut. Erangan Sidney dan geraman Alva berbaur di udara, tidak ada lagi bayangan Gabe yang menyusulnya ke Dubai, tidak ada lagi bayangan Geral

Bab terbaru

  • Belongs to the Player   Epilogue

    Epilogue Enam tahun rumah tangga Sidney dan Alva tidak terasa dilalui, mereka menikmati hubungan rumah tangga yang harmonis—nyaris tanpa kendala yang berarti kecuali pertengkaran kecil yang lumrah. Selama itu pula Sidney mengikuti ke mana pun suaminya pergi untuk bertanding, bukan karena ia takut ada wanita yang akan mengambil Alva. Melainkan dirinya tidak sanggup jauh dari hangatnya tatapan suaminya, begitu juga Alva yang tidak bisa jika Sidney terlepas dari pandangannya. Di tempat tinggal pribadi mereka yang berada di Palma, Sidney meringkuk di samping tubuh Alva yang hanya mengenakan celana pendek, lengannya melingkar di pinggang suaminya dengan posesif seolah enggan jika suaminya menjauh darinya meskipun hanya berbeda detik. Sidney tidak sedang tidur, ia hanya sedang merasakan kebahagiaan yang melampaui kebahagiaan lain karena setelah lebih dari enam tahun menikah akhirnya mereka akan memiliki buah hati. Suaminya memang tidak pernah mengungkapkan keinginan apa lagi menuntut adan

  • Belongs to the Player   40. Belongs to the Player-End

    Happy reading and enjoy! Chapter 40 Belongs to the Player-End Satu persatu teman Alva mendekat, menyapa kemudian memberikan selamat atas hubungan mereka dan pastinya mereka juga menggoda Alva dengan pembicaraan khas pria. Untungnya mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris sehingga Sidney tidak perlu merasa terkucilkan. Meski beberapa orang menggunakan bahasa Spanyol, tetapi Alva dan Aliyah dengan senang hati menerjemahkannya untuk Sidney. Sikap ramah dan santai teman-teman Alva membuat perasaan canggung yang menggelayuti pikirannya sejak Sidney memasuki tempat pesta sedikit memudar, bahkan beberapa orang wanita pasangan teman-teman Alva juga menyapa dan berusaha mengakrabkan diri kepada Sidney. Sidney tersenyum seraya mengeratkan tangannya yang berada di dalam genggaman tangan Alva, ia belum pernah merasa sebaik ini berada di tengah orang asing dan menjadi pusat perhatia

  • Belongs to the Player   39. Marry Me

    Happy reading and enjoy! Chapter 39 Marry Me Alva menghentikan langkahnya saat memasuki ruang ganti karena matanya terpaku pada sosok Sidney yang sedang berdiri membelakanginya di depan cermin. Wanita itu terlihat sempurna mengenakan barang-barang pilihnya, kecuali bra yang tidak dikenakan oleh Sidney karena gaun itu ternyata dirancang untuk dikenakan tanpa bra.Ia kemudian melangkah menghampiri Sidney dan lengannya langsung melingkari pinggang ramping kekasihnya dan berbisik, "Aku menyesal memilih gaun ini."Gaun itu seolah di desain khusus untuk Sidney, nyaris tanpa cela menonjolkan liukan tubuh Sidney.Sidney melirik cermin untuk memastikan riasan sederhananya dan juga tatanan rambut yang ia buat sendiri menggunakan kemampuan terbaiknya, khawatir jika riasannya terlihat payah karena di pesta nanti mungkin akan ada banyak wanita cantik yang mendampingi para pemain sepak bola. "Gaun yang indah dan aku tidak

  • Belongs to the Player   38. I Love You

    Happy reading and enjoy! Chapter 38 I Love You Alva menggenggam telapak tangan Sidney menjauhi stadion dengan dikawal beberapa orang bodyguard karena wartawan dan beberapa penonton mengikuti mereka seolah haus akan berita percintaannya yang seketika mengguncang jagat sepak bola dan juga hiburan. Seorang Alvaro Leonard yang beberapa tahun belakangan ini tidak pernah terdengar memiliki kekasih tiba-tiba mencium seorang wanita di tribune dan diketahui wanita itu adalah salah satu putri keluarga Johanson, tentunya berita itu menjadi sangat menarik. Lebih menarik dari pada dua gol yang dicetaknya. "Sepertinya kita membuat kerusuhan," seringai Alva seraya mengeratkan genggamannya di telapak tangan Sidney. "Aku belum pernah dikejar wartawan seperti ini," ujar Sidney dengan polos dan diselingi tawa ringan. Bahu Alva terguncang pelan. "Mulai hari ini kau harus menghadapi mereka." Sidney merengut, tetapi wajahnya tetap merah meron

  • Belongs to the Player   37. Never Surrender

    Happy reading and enjoy! Chapter 37 Never Surrender "Dua gol yang indah." Suara itu membuat Alva yang sedang memasang kancing kemejanya mengerutkan keningnya. Dengan gerakan santai berbalik dan mendongakkan kepalanya, bibirnya mengulas senyum tipis saat mendapati wanita di depannya. Dibandingkan enam tahun yang lalu, Jasmine jauh lebih terlihat matang dan pastinya banyak perubahan dari penampilannya yang tidak lagi kekanakan. "Jasmine?" sapanya seraya menyelesaikan mengancingkan kancing kemejanya. "Sepertinya aku selalu kehilangan momen yang tepat jika berurusan denganmu," ujar Jasmine dengan nada murung. Alva memiringkan kepalanya dan kembali mengerutkan keningnya. "Maksudmu?" "Kau selalu tidak memiliki ruang kosong untuk kutempati. "Jasmine mengedikkan bahunya kemudian menghela napasnya. "Mulai besok aku akan menjadi salah satu pengurus tim ini." Alva tersenyum seraya mengangkat sebelah le

  • Belongs to the Player   36. Kept His Promise

    Happy reading and enjoy! Chapter 36 Kept His Promise Pergi ke Madrid seorang diri mungkin lebih baik dibandingkan pergi bersama Gabe dan Leonel. Ia dan Gabe memang sudah sepakat untuk mengakhiri ganjalan dalam hubungan mereka, tetapi nyatanya ketegangan di antara mereka masih membentang.Keberadaan Leonel bahkan tidak mencairkan suasana karena saudara kembarnya sibuk dengan iPad-nya selama perjalanan, sedangkan Gabe tidak membuka mulutnya, pria itu bersandar dengan nyaman di kursinya dan memejamkan mata sembari mendengarkan musik dari earphone-nya. Sementara Sidney yang tidak bisa memejamkan matanya mulai dilanda kebosanan setelah tiga puluh menit pesawat lepas landas dan mulai merasakan kegelisahan yang sebenarnya telah lama bercokol di dalam benaknya.Bagaimana jika Alva gagal mencetak dua gol?Pemikiran itu telah menghantui Sidney sejak kesepakatannya bersama Alva bergulir, yang artinya hubungannya bersa

  • Belongs to the Player   35. The Empty Hopes

    HAPPY READING AND ENJOY!Chapter 35The Empty Hopes Sidney bersenandung mengikuti suara penyanyi yang keluar dari speaker ponsel seraya mengaplikasikan maskara di bulu matanya, sesekali ia melirik ke arah jam di layar ponselnya yang diletakkan di atas meja rias. Ia sudah beberapa kali menonton pertandingan sepak bola di stadion, tetapi karena dulu ia tidak memiliki pemain bola yang diidolakan dan juga karena berada di stadion karena ajakan Gabe, rasanya menonton pertandingan menjadi biasa saja. Namun, hari ini sangat berbeda. Rasanya sangat mendebarkan, juga menyenangkan. Mendebarkan karena ia akan bertemu Alva dan menyenangkan karena akan menyaksikan sendiri perjuangan Alva untuk mendapatkannya. "Kau sudah siap?" Suara itu membuat Sidney mengalihkan pandangannya ke arah pintu di mana Gabe berdiri di sana dan seketika Sidney mengerutkan keningnya. "Gabe?" "Aku memutuskan ikut bersama kalian ke Madrid," ucap Gabe seraya mendekati Sidney. Si

  • Belongs to the Player   34. No!

    Happy reading and enjoy! Chapter 34 No! "Apa ada acara di rumah ini dan aku tidak tahu?" tanya Leonel saat kakaknya muncul di tempat tinggalnya bersama istrinya dan kedua anaknya. "Apa mengunjungi kediaman orang tua harus menunggu ada acara?" William yang menuntun Mandy menaikkan sebelah alisnya kepada Leonel. Leonel mengedikkan bahu kemudian melangkah menyongsong Mandy dan menggendong gadis kecil itu lalu menghujaninya dengan kecupan bertubi-tubi di pipinya. "Aku dan Sidney berencana pergi," ujar Grace yang berdiri tidak jauh dari William seraya memegangi kereta dorong bayi. Di dalamnya, Dylan terlihat nyenyak tertidur dengan empeng di mulutnya. "Dan kau meninggalkan para pembuat onar kecil di sini?" Leonel menciumi perut Mandy dengan gemas hingga gadis kecil itu terkekeh-kekeh. "Tenang saja, kami akan mengganggumu sampai kau tidak memiliki waktu bersantai," cetus William seraya mengambil alih kereta

  • Belongs to the Player   33. Obsession

    Happy reading and enjoy! Chapter 33 Obsession Jasmine Sinclair telah terbiasa dengan dunia sepak bola sejak ia berada di dalam kandungan ibunya. Ayahnya seorang pemain sepak bola dan ibunya seorang penari balet, keduanya dipertemukan dalam cerita yang menurut Jasmine unik dan mereka memutuskan untuk menikah. Jasmine mengira ayahnya akan menjadi pelatih di sebuah club sepak bola saat masa pensiunnya tiba, tetapi ayahnya justru mengambil langkah yang mengejutkan dengan menerima tawaran dari pemilik club yang ingin menjadikan dirinya salah satu petinggi club dan beberapa tahun kemudian ayahnya menduduki jabatan sebagai presiden club. Sebagai putri mantan pemain sepak bola yang sekarang menjabat sebagai presiden club, ia seringkali mengikuti ayahnya untuk sekedar turun ke tempat para pemain bola berkumpul ataupun berlatih, baik di lapangan dan di pusat kebugaran milik club dan di sana lah ia bertemu dengan Alvaro Leonard.Pria it

DMCA.com Protection Status