Dita mondar-mandir gelisah di depan ruang unit gawat darurat. Asisten Livia itu tengah menunggu dokter memeriksakan keadaan Livia. Awalnya, Dita ingin memanggil dokter ke rumah namun Dita memilih untuk langsung memerisakan keadaan bosnya itu ke rumah sakit demi mendapatkan pemeriksaan lebih lengkap. Dia takut kalau sampai ada hal-hal yang serius pada Livia.Dan hingga detik ini Dita masih belum memberitahukan keluarga Livia termasuk dengan Kaivan. Bukan tanpa alasan tapi Dita tidak berani memberitahu sebelum mendengar penjelasan dari sang dokter tentang keadaan Livia saat ini. Ya, kejadian di mana Livia pingsan bertepatan dengan mobil Kaivan yang telah meninggalkan rumah.Ceklek.Pintu ruang unit gawat darurat terbuka. Sang dokter berdiri di ambang pintu. Reflek Dita langsug berlari menghampiri dokter itu dengan wajah yang panik.“Dokter bagaimana keadaan Nyonya Livia?” tanya Dita tak sabar. Nadanya tersirat begitu cemas dan takut.“Maaf, Anda memiliki hubungan apa dengan Nyonya Livia
PrangggggSebuah bingkai foto tersenggol jatuh oleh Krystal, membuat pecahan bingkai foto itu memenuhi lantai. Krystal terkejut melihat pecahan bingkai foto itu.“Astaga, Krystal. Kamu ceroboh sekali,” seru Krystal seraya mengembuskan napas kesal. Dia kesal pada dirinya sendiri yang begitu ceroboh dan tidak berhati-hati. Sesaat Krystal melihat foto pernikahannya dengan Kaivan yang berada di lantai. Meski hanya bingkainya yang pecah tetap saja Krystal merasa bersalah karena sudah menjatuhkan bingkai foto pernikahannya dengan Kaivan. “Jadi hancur begini. Untung fotonya tidak rusak,” gumamnya lagi yang mulai bersimpuh dan membersihkan pecahan beling.“Nyonya, ada apa?” Sang pelayan yang hendak masuk ke dalam kamar dan tengah memegang nampan yang berisikan makan siang untuk Krystal langsung terkejut melihat banyaknya beling yang memenuhi lantai kamar. Dengan cepat pelayan itu segera membantu Krystal.“Biarkan aku sendiri saja.” Krystal berucap lembut sambil mengumpulkan beling-beling yang
“Saya tidak bercanda, Tuan. Saat Anda dan Nyonya Livia bertengkar kemarin, Nyonya Livia pingsan. Dan ketika Nyonya Livia dilarikan ke rumah sakit, dokter mengatakan Nyonya Livia hamil. Kandungan Nyonya Livia sudah delapan minggu.”Tubuh Kaivan memegang. Sepasang iris mata cokelatnya terhunus tajam pada Doni yang ada di hadapannya. Tatapan tersirat tak percaya dan menuntut agar Doni memberikan penjelasan padanya.“Tidak mungkin! Kamu pasti bercanda, Doni! Aku dengar sendiri ketika dokter mengatakan Livia tidak bisa mengandung! Bagaiaman mungkin sekarang kamu bilang dia sedang hamil!” bentak Kaivan menahan geraman. Pria itu mengepalkan tangannya dengan begitu kuat.Doni terdiam sejenak. Dia mengembuskan napas panjang seraya berkata, “Tuan, dokter hanya manusia biasa. Jika dokter memvonis seseorang tidak bisa mengandung, bukan artinya orang tersebut sama sekali tidak bisa mengandung. Sehebat apa pun seorang dokter akan kalah pada takdir yang menentukan.”Bagai tersambar petir, Kaivan mem
“Nyonya, mencari apa?” Suara pelayan bertanya kala melihat Krystal yang tengah mengedarkan pandangan ke sekeliling.“Di mana Kaivan? Apa belum pulang juga? Ini sudah malam,” ujar Krystal dengan raut wajah bingung. Ya, pasalnya tadi siang Kaivan pergi ketika dirinya tertidur pulas. Tapi hingga detik ini Kaivan belum juga pulang. Padahal sekarang sudah pukul dua belas malam. Pun Krystal berusaha menghubungi nomor ponsel Kaivan, tetapi ponsel Kaivan tidak aktif. Tidak biasanya Kaivan pergi dengan ponsel yang tidak aktif. Selama ini Kaivan selalu memberikan kabar sesibuk apa pun pria itu.“Nyonya, Tuan Kaivan masih belum pulang. Lebih baik Anda istirahat saja, Nyonya. Ini sudah malam. Mungkin sebentar lagi Tuan Kaivan akan segera pulang,” kata sang pelayan dengan sopan. Menyarankan untuk Krystal beristirahat.Krystal mendesah pelan. “Sebenarnya Kaivan ada di mana? Kenapa dia sudah selarut ini belum juga pulang,” ucapnya yang mencemaskan Kaivan.“Nyonya, hari ini Tuan Kaivan pergi setelah
Tubuh Krystal bergerak-gerak. Keringat membanjiri keningnya. Wanita itu tetap memejamkan kedua matanya. Dia mengigau tidak jelas. Hingga didetik selanjutnya, Krystal menjerit dan langsung membuka kedua matanya.Napas Krystal memburu kala dirinya telah bangun dari mimpi buruknya. Kini Krystal mengedarkan pandangannya—menatap kesekelilingnya berada di dalam kamar. Ya, dia langsung bernapas lega karena dirinya hanya bermimpi buruk.“Kaivan di mana? Apa belum pulang juga?” Krystal bergumam pelan mencari keberadaan Kaivan. Padahal waktu sudah pagi buta seperti ini. Tidak biasanya Kaivan tidak pulang ke rumah tanpa memberikan kabar padanya.Ceklek.Pintu terbuka. Krystal langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Menatap Kaivan yang baru saja masuk ke dalam kamar.“Kai? Kamu sudah pulang?” Krystal segera mendekat ke arah Kaivan dengan terburu-buru.“Aku bertemu dengan Aryan dan tadi ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan,” jawab Kaivan sembari mengelus pipi Krystal. Ya, terp
“Livia?”Krystal bergumam pelan kala melihat sosok wanita yang tak asing yang mendekat padanya adalah Livia. Tampak Krystal bingung melihat keberadaan Krystal di rumah sakit.“Aku ingin bicara denganmu, Krys,” ucap Livia dingin dan ketus.“Kenapa kamu di sini, Livia?” tanya Krystal dengan suara tenang dan pelan.“Tidak perlu bertanya kenapa aku bisa ke sini. Yang pasti tujuanku adalah bicara denganmu,” jawab Livia dengan nada yang begitu dingin dan terdengar angkuh.Krystal terdiam sesaat. “Apa kamu membuntutiku ke sini?” tanyanya yang menduga. Pasalnya, tidak mungkin secara tiba-tiba Livia berada di rumah sakit ini.Livia tersenyum sinis. “Itu tidaklah penting. Sekarang lebih baik kamu jangan membuang waktuku. Kita di bicara di sana,” ucapnya seraya mengalihkan pandangan pada taman belakang rumah sakit.Ya, Krystal tak menyadari kalau tadi mobil Livia memang membuntutinya dari belakang. Tepat di saat mobil Krystal keluar dari rumah dan mobil Kaivan telah berbelok arah; mobil Livia se
Kaivan duduk di kursi kebesarannya seraya memejamkan mata lelah. Dia baru saja selesai meeting, dan memiliki sedikit waktu sebelum nanti menjemput Krystal di rumah sakit. Ya, Kaivan tidak ingin Krystal pulang sendiri dari rumah sakit. Meski area rumah sakit sudah aman, karena banyak anak buahnya yang berjaga-jaga demi tidak ada lagi yang mengejar Krystal tapi tetap saja Kaivan tidaklah tenang.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Kaivan segera membuka mata dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu serta menginterupsi untuk masuk.“Tuan Kaivan, permisi. Apa benar Anda memanggil saya?” tanya Doni dengan ramah dan sopan.Kaivan mengangguk singkat. Setelah meeting memang Kaivan meminta sekretarisnya menghubungi Doni untuk menghampirinya. “Aku ingin kamu melakukan sesuatu,” ucapnya dingin dengan raut wajah datar.“Ada apa, Tuan? Apa yang bisa saya bantu?” tanya Doni lagi.Kaivan terdiam sejenak. Dia menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya. Lalu mengetuk meja kerjanua dengan telunjukn
“Aku mau cerai darimu! Aku ingin kita berpisah, Kai!”Kalimat yang lolos di bibir Krystal, seketika membuat Kaivan langsung menghunuskan tatapan tajam dan penuh peringatan. Sepasang iris mata Kaivan memendung amarah. Rahang pria itu mengetat. Dia mengepalkan tangannya dengan kuat.“Bicara apa kamu ini, Krystal! Ada apa denganmu!” seru Kaivan meninggikan suaranya.“Aku tidak mau lagi denganmu, Kai! Kamu membohongiku!” Krystal memukul keras dada Kaivan. Meluapkan semua kemarahannnya. Rasa putus asa. Kecewa. Semua menjadi satu. Tangis Krystal mendera. Ya, Krystal kecewa karena Kaivan membohinginya. Bukan membenci kenyataan. Tapi Krystal membenci di mana dirinya dibohingi oleh Kaivan.“Apa maksudmu, Krys? Aku tidak pernah membohongimu!” Kaivan menangkup kedua tangan Krystal yang tengah memukulnya itu. “Jelaskan padaku, ada apa sebenarnya?”Krystal menangis kencang. “Kamu masih bertanya ada apa? Jelas kamu sudah berbohong padaku, Kai!”“Aku tidak berbohong, Krystal! Apa yang kamu maksud!”
Beberapa bulan kemudian … Madrid, Spain. Krystal melangkah menelusuri kota Madrid bersama dengan sang suami yang selalu ada di sisinya. Tampak tatapan Krystal dan Kaivan menatap Kenard dan Kaindra yang tengah berlari-lari menikmati keindahan kita Madrid. Ya, usia kandungan Krystal saat ini memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya kian membuncit. Dia bersama dengan suami sekaligus anak-anaknya tengah menikmati liburan sekaligus babymoon di Madrid. Kandungan Krystal sehat bahkan sangat sehat. Dokter pun mengizinkan Krystal untuk berpergian ke luar negeri. Itu yang membuat Kaivan membawa istri dan anak-anaknya pergi berlibur.“Kai … Kenard dan Kaindra senang sekali setiap kali kita ajak mereka berlibur,” ujar Krystal seraya memeluk lengan sang suami. Sesaat Krystal memejamkan matanya kala embusan angin menyentuh kulitnya.Kaivan tersenyum kala mendengar ucapan sang istri. “Aku juga senang jika melihat anak-anak kita menikmati liburan mereka.”Krystal mengalihkan pandangannya, me
“Papa … Mama … hari ini kita mau ke mana?” Suara Kenard dan Kaindra bertanya seraya menatap Kaivan dan Krystal. Tampak kedua bocah laki-laki itu sudah tampan dan rapi. Celana pendek dan kaus berwarna hitam dengan logo LV membuat Kenard dan Kaindra begitu menggemaskan.“Hari ini kalian akan melihat adik kalian, Sayang. Apa kalian mau?” Krystal mengelus lembut kedua pipi Kenard dan Kaindra. Ya, hari ini adalah hari di mana Krystal sudah dijadwalkan memeriksa kandungannya. Tentu Krystal sudah tak sabar ingin tahu bayi yang ada di kandungannya itu laki-laki atau perempuan. Sebenarnya Krystal hanya penasaran saja. Mengingat selama ini Kaivan begitu yakin kalau bayi yang ada di kandungannya ini adalah perempuan. Fokus utama Krystal memeriksakan kandungannya karena memang dirinya ingin tahu tumbuh kembang bayinya. Dan apa pun jenis kelamin anaknya nanti tetap membuat Krystal bersyukur.“Hari ini kami melihat adik?” Kenard dan Kaindra bertanya dengan kompak. Kedua bocah laki-laki itu begitu b
Barcelona, Spain. Suara tangis bocah perempuan sontak membuat Maya yang baru saja menuruni tangga—dan langsung mempercepat langkahnya menghampiri putrinya yang ada di taman. Tampak wajah Maya panik mendengar tangis putrinya yang keras.“Rania? Sayang kamu kenapa?” Maya menghampiri putrinya yang duduk di taman sambil menangis.“Nyonya.” Sang pengasuh menyapa Maya dengan sopan.“Ada apa dengan putriku? Kenapa Rania menangis seperti ini?” Maya bertanya seraya duduk di samping putrinya yang masih terus menangis. Maya pun segera memeluk erat putri kecilnya itu.“Maaf, Nyonya. Nona Rania menangis karena tangannya digigit semut. Tapi saya sudah memberikan minyak kayu putih di tangan Nona Rania, Nyonya,” ujar sang pengasuh sopan.Maya mengembuskan napas panjang kala mendengar ucapan sang pengasuh. “Kamu boleh pergi sekarang. Biar aku yang menenangkan putriku.”“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Maya.“Mama … sakit,
Pantai Matira, Pulau Bora-bora “Darwin … Daisy … berenangnya jangan jauh-jauh, Sayang. Pelan-pelan, Nak.”Suara Felicia menegur kedua anak-anaknya itu yang berenang semakin jauh darinya. Tampak Felicia mulai mendengkus sebal. Kedua anak-anaknya itu sangat keras kepala. Seperti saat ini ketika Felicia mengatakan jangan berenang jauh malah kedua anak-anaknya itu berenang semakin jauh. Sungguh, setiap hari Felicia harus memiliki stock kesabaran yang banyak.“Sayang … biarkan Darwin dan Daisy berenang. Mereka hebat dalam berenang. Kamu tidak perlu khawatir, Sayang.” Arya merengkuh bahu Felicia sembari memberikan kecupan di puncak kepela istrinya itu.Ya, kini Aryan dan Felicia tengah berlibur ke Pantai Matira, Pulau Bora-bora. Mereka berdua berenang bersama dengan kedua anak-anak mereka. Felicia yang memakai bikini seksi dan Aryan bertelanjang dada. Mereka berdua berjemur di bawah sinar matahari sekaligus berendam di air.Darwin Mahendra Dwitama adalah anak laki-laki pertama Aryan dan Fe
Lima tahun berlalu … “Mama … itu Papa … yeay! Papa ada di televisi. Papa … Papa … Papa …”Suara Kenard dan Kaindra memekik kegirangan melihat Kaivan tengah di wawancarai. Tampak kedua bocah laki-laki itu begitu bangga sekaligus senang setiap kali melihat ayah mereka berada di televisi.Ya, Kenard Bastian Mehendra anak pertama laki-laki Kaivan dan Krystal ini kini berusia enam tahun. Sedangkan Kaindra Bastian Mehendra anak kedua laki-laki Kaivan dan Krystal berusia tiga tahun. Well, tak hanya itu saja tapi saat ini Krystal pun tengah hamil lima belas minggu. Bagi Krystal kehamilan yang ketiga merupakan kecolongan. Pasalnya Krystal hanya menginginkan dua anak saja tapi kenyataannya Krystal kecolongan hamil anak ketiga. Alasan bisa kecolongan karena Krystal lupa minum pil KB. Pun Kaivan selama ini setiap kali melakukan hubungan suami istri dengannya tidak pernah memakai pengaman. Kaivan selalu bilang kalau pria itu tidak melarat jadi tidak masalah memiliki anak banyak. Sedangkan Krystal
Beberapa bulan kemudian …“Makanan apa ini? Kenapa membuatku mual sekali?” Suara Felicia berseru kala baru saja memakan udang bakar—yang dia minta pelayan untuk membuatnya.“Nyonya, ini menu udang bakar yang biasa Anda makan. Bumbunya masih tetap sama, Nyonya. Tidak ada yang saya ganti,” jawab sang pelayan dengan sopan.Felicia menyingkirkan piring yang berisikan udang bakar itu. “Aromanya membuatku mual. Kamu pasti menambahkan bumbu yang berbeda.”Sang pelayan menggarukan kepalanya tak gatal. Tampak wajah sang pelayan menjadi bingung. Pasalnya dia tidak menambahkan bumbu yang berbeda. Udang bakar yang dia sajikan adalah udang bakar yang sama seperti biasa disajikan.“Ada apa ini?” Aryan melangkah masuk ke dalam kamar. Pria itu mendengar seperti suara sang istri tengah kesal.“Tuan.” Sang pelayan segera menundukan kepalanya kala melihat Aryan datang.Felicia mengalihkan pandangannya, menatap Aryan yang baru saja datang. “Sayang, pelayan ini memberikanku udang bakar dengan bumbu berbed
Suara tepuk tangan riuh terdengar di ballroom hotel. Tampak para tamu undangan semuanya menatap Hans dan Maya yang tengah berciuman di altar. Ya, kini Hans dan Maya telah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua keluarga serta para tamu undangan pun turut berbahagia atas pernikahan Hans dan Maya.Kilat kamera memenuh ballroom hotel. Menyorot pada dua insan yang tengah berbahagia. Tak hanya menyorot pada Hans dan Maya saja tetapi juga menyorot pada Aryan dan Felicia serta, Kaivan dan Krystal. Lebih tepatnya para wartawan itu begitu banyak menyorot Kaivan dan Krystal. Pasalnya, sejak tadi memang Kaivan dan Krystal banyak mengundang perhatian para wartawan. Terutama Kenard yang berada digendongan Kaivan. Tentu, tak heran jika Kenard menjadi sorotan. Pasalnya pernikahan Kaivan dan Krystal banyak sekali memiliki masalah sampai menjadikan mereka berdua menjadi sebuah berita yang hangat diperbincangkan.Pernikahan Hans dan Maya terbilang sangat mewah dan meriah. Beberapa rekan bisnis Hans d
Sebuah gaun berwarna pastel membalut tubuh Krystal tampak sangat indah dan memukau. Make up flawless di wajah Krystal membuatnya sangat cantik dan terlihat fresh. Ya, kini Krystal baru saja selesai dirias. Gaun yang membalut tubuhnya sangat anggun dan menawan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Di mana hari ini Hans dan Maya akan melangsungkan pernikahan.Terkadang jodoh memang datang secara tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Seperti kali ini Krystal tak menyangka kalau kejadian waktu di mana Kenard diculik—membuat Hans dan Maya semakin dekat. Hubungan Hans dan Maya masih terbilang baru. Tapi nyatanya Hans dan Maya ingin segera meresmikan hubungan mereka ke sebuah jenjang menuju kebersamaan masa depan. Tentu Krystal bahagia. Karena memang Krystal berharap Maya mendapatkan jodoh yang terbaik. Setelah luka yang didapatkan Maya pada akhirnya, takdir membawa Maya pada seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Dan Krystal bisa melihat dari mata Hans; pria itu
Menjelang pernikahan Hans dan Maya, Krystal pun sibuk membantu persiapan pernikahan teman baiknya itu. Bukan hanya Krystal yang membantu persiapan pernikahan Hans dan Maya tetapi Felicia juga turut membantu. Well, tentunya jika berurusan dengan Felicia hal mudah akan menjadi sulit. Seperti contoh model gaun yang dipakai oleh Felicia harusnya bermodel kemben. Tapi tiba-tiba Felicia merubah model gaunnya ingin menjadi one of shoulder. Ya, dalam hal ini Krystal dan Maya sudah tidak lagi terkejut. Karena memang baik Krystal atau Maya sudah mengenal sifat Felicia. Terutama Krystal, dia sangat mengenal baik adik iparnya itu. Kejadian ini sama seperti Felicia menikah dengan Aryan. Dulu, Felicia sampai memesan banyak gaun pengantin akibat Felicia yang tiba-tiba merubah model gaun pengantinnya.“Nyonya Krystal.” Seorang pelayan menghampiri Krystal yang tengah sibuk pada iPad di tangannya. Pagi ini Krystal disibukan membaca email dari manager restoran. Selama ini memang yang memeriksa laporan k