Aryan menatap Felicia yang tengah tertidur dalam dekapannya. Senyuman samar di wajah Aryan terlukis melihat Felicia yang tertidur begitu pulas. Hingga detik ini Aryan tidak menyangka akan menikah dengan adik dari teman baiknya sendiri. Padahal dulu Aryan mengingat dengan jelas dalam benaknya masa kecil Felicia. Gadis manja yang cerewet dan selalu menginginkan hal-hal aneh kini telah resmi menyandang status sebagai istrinya.Sejak Aryan kecil, dia memang sudah mengenal Felicia. Hanya saja dia memang tidaklah dekat dengan Felicia. Aryan hanya dekat dengan Kaivan namun mengenal Felicia adalah gadis yang manja. Pun Aryan sebenarnya sudah lama tidak bertemu dengan Felicia. Karena sejak Felicia lulus SMA, Felicia sudah berada di Amerika untuk menempuh pendidikan di Negeri Paman Sam.Kini Aryan memberikan kecupan lembut di bibir ranum Felicia. Dia tidak bisa menahan diri jika hanya menatap sang istri. Kecupan itu perlahan menjadi lumatan-lumatan kecil. Membuat Felicia yang tadinya tertidur p
“Kak, aku berangkat ke bandara tidak usah diantar. Aku bisa sendiri.”Suara Galen berujar pada Krystal seraya memasukan dompet, dan ponselnya ke dalam tas. Ya, setelah pernikahan Aryan dan Felicia; Galen harus kembali ke Amerika. Dia tidak bisa berlama-lama di Indonesia karena Galen memiliki banyak tugas kuliah yang menumpuk. “Galen, kamu langsung kembali ke Amerika? Apa tidak mau tinggal lebih lama dulu di sini?” tanya Krystal dengan nada yang mencemaskan sang adik. Dia takut kalau adiknya itu kelelahan dan jatuh sakit. Pasalnya, Galen baru saja datang tepat dua hari sebelum pernikahan Aryan dan Felicia. Dan sekarang baru saja kemarin diadakan pesta pernikana Aryan dan Felicia tapi adiknya itu sudah memilih untuk kembali ke Amerika. Padahal Krystal masih ingin Galen berada di sini. Di rumah barunya ini pun Krystal bahkan sudah menyiapkan kamar yang bagus dan nyaman untuk adiknya itu.“Maaf, Kak. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Banyak sekali tugasku. Lusa aku memiliki janji bert
Dua bulan kemudian…Kaivan berlari menelusuri koridor rumah sakit. Raut wajah pria itu tampak begitu panik, cemas, takut bercampur menjadi satu. Ya, Kaivan baru saja mendapatkan telepon dari rumah yang mengatakan istrinya itu kontraksi. Mendengar kabar itu, Kaivan langsung meninggalkan semua pekerjaannya. Dia tidak peduli meski itu adalah meeting penting sekalipun. Dalam benak Kaivan saat ini hanya memikirkan tentang istri dan anaknya.“Kaivan?” Elisa menatap Kaivan yang baru saja datang dengan raut wajah yang cemas. Di depan ruang operasi ada Elisa yang ditemani oleh Farel. Mereka lebih dulu datang karena disaat Krystal kontraksi; Elisa dan Farel bersama dengan Krytsal. “Ma, di mana Krystal?” tanya Kaivan dengan raut wajah yang kian panik.“Di dalam, Nak. Cepat kamu ke dalam,” jawab Elisa cepat.Kaivan mengangguk. Lalu dia berlari masuk ke dalam ruang operasi meninggalkan kedua orang tuanya yang berjaga di depan ruang operasi.Saat Kaivan tiba di ruang operasi, dia menatap Krystal y
“Sayang, ayo lebih cepat. Krystal sudah melahirkan. Aku ingin segera melihat keponakanku.”Suara Felicia meminta Aryan untuk melajukan mobilnya lebih cepat lagi. Ya, kini Aryan dan Felicia berada di dalam mobil. Mereka baru saja mendengar kabar Krystal melahirkan. Tentu Felicia dan Aryan segera menuju ke rumah sakit. Setelah mereka pulang dari bulan madu, Aryan memang memilih banyak menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Itu kenapa Felicia bisa dengan mudah meminta sang suami mengantarnya ke rumah sakit.“Sabar, Felicia. Ini lampu merah. Aku tidak mungkin menerobos lampu merah. Kita bisa mencelakai orang. Di arah sana lampu hijau, Fel,” ujar Aryan mengingatkan sang istri agar bersabar. Pasalnya dari arah berseberangan dengannya rambu lalu lintas berwarna hijau. Jika dirinya menerobos maka besar kemungkinan akan terjadi kecelakaan.Felicia menghela napas dalam. “Kenapa di saat seperti ini jalan padat sekali? Aku kan ingin segera melihat keponakanku,” ucapnya dengan nada kesal bercampur m
“Sayang, kamu pintar sekali. Habis minum susu langsung tidur. Anak Mama yang tampan sangat pintar.”Krystal memeluk Kenard dan memberikan kecupan di kening Kenard. Baru saja Kenard selesai menyusu. Putra kecilnya itu sudah langsung tertidur begitu pulas dalam pelukan Krystal. Kini Krystal tengah duduk di ranjang seraya memeluk Kenard di pangkuannya. Krystal tengah menunggu Kaivan yang sedang berbicara dengan sang dokter. Ya, hari ini dokter sudah memperbolehkan Krystal bersama dengan bayinya pulang ke rumah. Hanya saja, Kaivan tidak langsung begitu saja menyetujui ucapan sang dokter. Kaivan harus kembali memastikan Krystal dan Kenard baik-baik saja. Itu kenapa Kaivan bertemu dengan sang dokter untuk menanyakan kesehatan Krystal dan Kenard. Padahal sudah berkali-kali Krystal mengatakan dirinya sehat tapi tetap saja Kaivan tidak mau terjadi sesuatu. Berlebihan memang. Tapi itulah Kaivan. Pria itu terlalu overprotective jika menyangkut istri dan anaknya.“Kamu mirip sekali seperti Papa
Suara tangis bayi membuat Krystal dan Kaivan yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Perlahan Krystal mengerjapkan matanya beberapa kali. Tepat ketika Krystal sudah membuka mata—dia langsung mengalihkan pandangannya pada jam dinding. Ya, waktu masih menunjukan pukul dua pagi.“Krys, biarkan pengasuh Kenard saja yang mendiamkan Kenard. Putra kita masih ada susunya, kan?” ujar Kaivan yang tak tega pada sang istri.“Kau Kenard menangis terus seperti ini, artinya dia tidak mau minum susu dari botol, Kai. Kamu tidur saja. Aku sebentar menyusui Kenard dulu,” kata Krystal seraya menyibak selimut. Lalu dia turun dari ranjang, dan melangkah menuju kamar Kenard.Kaivan mengembuskan napas panjang. Dia tidak mungkin membiarkan sang istri sendirian begadang. Detik selanjutnya, Kaivan turun dari ranjang dan langsung menyusul Krystal yang telah melangkah masuk ke dalam kamar Kenard.Di kamar Kenard, Krystal menatap putranya terus menangis dalam gendongan sang pengasuh. Benar apa yang diduga Krys
“Nyonya Krystal.” Sang pelayan melangkah mendekat pada Krystal yang tengah duduk di ruang keluarga, bersantai sambil memangku Kenard.“Iya? Ada aoa?” Krystal mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan mendekat padanya.“Nyonya, di depan ada Tuan Galen,” ujar sang pelayan yang sontak membuat Krystal terkejut. “Galen sudah ada di depan?” ulang Krystal memastikan.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya … Tuan Galen sudah ada di depan.”Tampak senyuman di wajah Krystal terlukis mendengar Galen sudah datang. Ya, Krystal memang Krystal tengah menunggu kedatangan Galen—yang harusnya sudah tiba sejak minggu lalu. Akan tetapi, Galen terpaksa menunda keberangkatannya ke Indonesia karena ada urusan di kampusnya. Pun Krystal harus mengerti karena memang kuliah di salah satu universitas terbaik di Amerika tidaklah mudah. Dan hal itu menyebabkan adiknya begitu sibuk.“Aku akan ke sana,” ucap Krystal hangat, dan tersenyum bahagia.“Baik, Nyonya.” Sang pelayan segera menundukan kep
“Pagi, Kak.” Galen menyapa Kaivan dan Krystal bersamaan kala kakak ipar dan kakaknya itu memasuki ruang makan. “Pagi, aku pikir kamu belum bangun Galen.” Krystal duduk bersamaan dengan Kaivan. Lalu dia mengambil kopi ekspreso sekaligus roti gandum untuk sarapan Kaivan. Pun Kaivan menerima sarapan yang disiapkan oleh Krystal, dan langsung menikmatinya.“Bagaimana kuliahmu, Galen?” tanya Kaivan seraya menatap Galen dengan tatapan yang terlihat begitu santai namun tetap menunjukan ketegasannya.“Kuliahku baik-baik saja, Kak. Semua berjalan dengan lancar. Hanya saja aku masih sedikit terkejut dengan sistem belajar di sana. Hampir semua mahasiswa memiliki kepandaian yang luar biasa hebat. Setiap kali ada diskusi aku selalu kalah dengan cara pemikiran mereka. Mereka mampu memberikan ide yang luar biasa. Bahkan apa yang tidak terbesit di otakku mereka mampu memunculkan ide,” ujar Galen memberitahu. Sesekali Galen mengembuskan napas panjang ketika mengatakan itu.Senyuman samar di wajah Kaiv