Kandungan Krystal memasuki minggu ke delapan belas. Perutnya kian membuncit. Beberapa baju lamanya sudah tidak lagi Krystal pakai. Saat ini Krystal lebih menyukai memakai dress berbahan kaus yang nyaman dan tentu berukuran lebih besar agar perutnya tidak sesak. Memasuki trimester kedua ini, Krystal sudah tidak lagi mual. Pun permintaan aneh Krystal sudah mulai berkurang. Tepatnya ketika memasuki trimester kedua ini Krystal sudah tidak lagi mengidam hal-hal yang membuat Kaivan naik darah. Seperti makan nasi uduk dengan lauk ikan asin, rujak Pak Udin, lalu pergi Taman Safari. Semua keinginan Krystal itu memang dituruti Kaivan. Hanya saja perlu perjuangan. Karena semua keinginan Krystal itu sukses membuat Kaivan emosi. Suara dering ponsel terdengar membuat Krystal yang tangah duduk bersantai di balkon kamar segera mengalihkan pandangannya pada ponsel miliknya yang berdering itu. Kini Krystal mengambil ponselnya, dan menatap ke layar—seketika senyum di wajah Krystal terlukis melihat nom
“Krys, ada yang ingin aku katakan padamu.” Suara Kaivan memecahkan keheningan dirinya dan Krystal yang tengah sarapan di dalam kamar. Sejak tadi Kaivan fokus pada ponsel di tangannya. Sedangkan Krystal tengah membaca majalah—yang baru saja diantarkan oleh pelayan.“Iya, ada apa, Kai?” Krystal mulai mengalihkan pandangannya, menatap sang suami dengan tatapan lembut.Kaivan meletakan ponselnya ke atas meja. Pria itu memberikan tatapan yang lekat pada Krystal sambil berkata, “Aku memiliki rencana untuk membuka restoran dan kamu yang mengolahnya. Chef yang aku pilih nanti semua harus sesuai dengan yang kamu inginkan. Aku tahu kamu pasti sangat jenuh di rumah. Kemungkinan restoran ini akan jadi dalam waktu dua atau tiga bulan lagi. Apa kamu mau? Kalau kamu tidak suka aku akan membatalkan pembukaan restoran ini.”Tampak raut wajah Krystal begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Kaivan. Tenggorokannya seakan tercekat. Nyaris tak mampu mengeluarkan kata-kata. Otak Krystal mencerna s
“Baiklah, Tuan Kaivan sampai bertemu di meeting selanjutnya. Suatu kehormatan bagi saya bisa mengenal Anda secara langsung.” Roland—rekan bisnis Kaivan menundukan kepalanya berpamitan pada Kaivan. Pun Kaivan membalas ucapan Roland dengan menundukan kepalanya sedikit menghormati rekan bisnisnya itu.Hingga saat Kaivan hendak melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya, tatapan Kaivan teralih pada Doni—yang melangkah sedikit terburu-buru menghampirinya. Tampak kening Kaivan mengerut melihat Doni seperti ingin menyampaikan sesuatu padanya.“Tuan,” sapa Doni kala tiba di depan Kaivan.“Ada apa, Doni?” tanya Kaivan dengan nada dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Saya ingin memberitahukan kejadian pagi ini, Tuan,” jawab Doni dengan hati-hati.“Kita bicara di dalam,” ucap Kaivan datar.Doni menganggukan kepalanya. Lalu melangkah mengikuti Kaivan yang sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya.Saat tiba di ruang kerja, Kaivan duduk di kursi kebesarannya. Pria itu menatap lekat Doni—yang ber
Satu minggu setelah kejadian di mana Maya memergoki calon suaminya berselingkuh; Krystal tidak bisa menghubungi Maya. Beberapa kali Krystal menghubungi nomor Maya tapi nomor temannya itu tidak aktif. Bahkan Krystal sudah mendatangi rumah Maya tapi nyatanya Krystal tidak menemukan keberadaan Maya. Entah ke mana temannya itu. Jujur saja, Krystal mencemaskan keadaan Maya. Namun, mungkin saja Maya masih membutuhkan waktu untuk menyendiri. Itu yang membuat Krystal memilih membiarkan Maya menenangkan diri. Dan beruntung video di mana Maya bertengkar dengan Dicky yang sempat viral di sosial media sudah dihapus. Bahkan akun-akun yang berkomentar buruk pun sudah diblokir oleh Kaivan.Sejenak, Krystal menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. Sesaat Krystal memejamkan matanya kala merasakan embusan angin menerpa kulitnya. Ya, pagi ini Krystal tengah duduk di taman. Baru saja dia mengantar Kaivan berangkat ke kantor. Krystal sengaja tidak langsung masuk ke dalam kamar. Dia memilih dud
Aryan duduk di kursi kebesarannya seraya memijat pelipisnya. Tak sesekali pria itu mengembuskan napas kasar. Dalam benak Aryan saat ini memikirkan cara melamar yang tepat pada Felicia. Ya, hubungan mereka memang terbilang masih baru dalam memulai. Akan tetapi, sejak di awal niat Aryan memang akan mengajak Felicia menikah. Usianya bukan lagi usia muda di mana harus berpacaran lama. Pun selama ini hubungannya dengan Felicia sangatlah bertumbuh. Seiring berjalannya waktu Aryan memiliki perasaan pada Felicia. Sebuah perasaan di mana dirinya merasakan kenyamanan bersama dengan wanita itu. Felicia adalah wanita periang, manja, namun terkadang bisa dewasa dan mengerti dirinya. Perkataannya yang mengatakan Felicia adalah obatnya itu sangatlah benar. Wanita itu bagaikan obat di mana dirinya merasa bayang-bayang masa lalu mulai sirna. Tawa Felicia. Sifat periangnya. Manja. Semua hal-hal mengenai Felicia sangatlah Aryan sukai walau terkadang sering membuatnya pusing.“Tuan Aryan.” Dimas—asisten
Suara dering ponsel terdengar membuat Krystal yang tengah memakan ice cream—langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel miliknya yang berdering itu. Kini Krystal mengambil ponselnya, dan melihat ke layar tertera nama Nadia di sana. Tampak senyum di wajah Krystal terlukis melihat Nadia yang menghubungi dirinya. Detik selanjutnya, Krystal menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Hallo, Nad?” jawab Krystal saat panggilan sudah terhubung.“Krys … maaf baru bisa menghubungimu. Sudah dua minggu aku ke daerah yang susah sekali signal-nya. Aku sudah mendapatkan kabar tentang pembatalan pernikahan Maya. Jujur aku tidak menyangka Dicky akan selingkuh, Krys. Aku turut sedih dengan apa yang dialami oleh Maya,” ujar Nadia dari seberang sana. Nada bicaranya begitu menunjukan kesedihan.Krystal terdiam sejenak. Rupanya Nadia baru mendengar kabar tentang Maya. Sudah dua minggu ini memang Krystal tidak bisa menghubungi Nadia. Krystal berpikir Nadia b
“Kai, hari ini kita ke rumah Papa dan Mama kan?” Krystal bertanya seraya memoles wajahnya dengan make up tipis. Ya, kini Krystal tengah duduk di kursi meja rias. Berias dengan riasan yang sederhana. Kemarin Kaivan mengatakan hari ini akan mengajaknya ke rumah keluarga suaminya. Itu kenapa pagi-pagi seperti ini Krystal sudah bersiap-siap.“Iya, ini permintaan Felicia,” jawab Kaivan datar seraya berkutat pada ponsel di tangannya. Jika Krystal tengah sibuk berias, lain halnya dengan Kaivan yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya karena membaca email masuk dari sekretarisnya.“Permintaan Felicia?” Krystal menoleh ke Kaivan, menatap lekat-lekat sang suami. “Memangnya ada apa, Kai?” tanyanya yang mulai penasaran.“Aku tidak tahu … adikku mengatakan ada yang ingin dia beritahu pada kita semua,” jawab Kaivan datar. “Itu kenapa dia meminta kita untuk datang,” lanjutnya lagi yang masih berkutat pada ponsel di tangannya.Krystal menghela napas dalam. “Felicia membuat orang penasaran saja,” gumamn
Kandungan Krystal memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya sudah begitu membuncit. Namun, Krystal masih tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Hanya saja jika Krystal sudah sangat lelah maka Krystal akan menggunakan kursi roda. Tepatnya satu bulan lalu, Kaivan sudah membuka restoran yang dulu pernah dijanjikan oleh Krystal. Konsep restoran itu dengan nuansa kontemporer. Restoran dengan bangunan tiga lantai itu memiliki gaya modern. Sentuhan persis seperti restoran Prancis namun tetap memiliki nuansa Indonesia di sana. Pun menu makanan yang tersaji di restoran itu bukan hanya makanan luar saja tapi makanan Indonesia dengan menu-menu terpilih.Sebelum membuka restoran, Krystal meminta Elisa—ibu mertuanya untuk mengajari dirinya beberapa menu makanan di kota Manado yang paling digemari banyak orang. Selama ini Krystal memang begitu dekat dengan ibu mertua dan adik iparnya. Ditambah dengan Felicia yang akan menikah dalam waktu dekat ini. Tentu Krystal pun terlibat dalam membantu pe